"Berarti Alfredo... Kamu... Mengetahui jawaban Sejarah sebelum ini..?"
Pak Arnold bertanya. Alfredo mengangguk.
"Tentu saja saya tahu pak.... Saya tidak pernah melupakan Ibu dan Ayah saya.. Meskipun mereka hanya meluangkan sedikit Waktu dengan saya..."
Alfredo jelas jelas sangat sedih. Pak Arnold tidak tahu bagaimana cara mengatasi kesedihan Alfredo. Tetapi, Febri langsung memeluk Fredo.
"Fredo... Tidak apa apa... Kami disini untuk mu oke? Jika kamu menginginkan sesuatu. Kami akan membantumu..."
Febri berkata. Alfredo tersenyum sedih. Dia memeluk Febri dan dia menangis.
"Maafkan aku... Aku tidak bisa menahan tangis jika mengingat tentang orang tuaku... Karena itulah... Aku tidak pernah mengatakan apa apa selama ini. Aku tidak ingin melihatkan tangisanku."
Alfredo berkata. Febri memukul punggung Alfredo dengan lemah lembut.
"Nggak apa apa kok... Kalau kamu mau nangis. Nangis saja. Aku tidak akan menertawaimu. Aku akan selalu mendukungmu. Karena, Kita adalah keluarga..."
Febri berkata. Alfredo terdiam. Dia memerah. Febri kebingungan tentang apa yang baru saja dia katakan. Pak Arnold tertawa.
"Dek... Bagus sekali... Kau baru saja menyatakan bahwa, Kau dan Alfredo adalah keluarga..."
Febri menyadari apa yang baru saja dia katakan. Febri tidak bisa berbicara apa apa. Dia mendorong Alfredo ke depan dan melihat Alfredo dengan wajah yang sangat merah.
"P-P-Permisi!!!"
Febri langsung saja lari dari ruang tamu ke luar. Dia membawa teh yang disuguhkan Alfredo dan Alfredo tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Dia melihat ke Pak Arnold.
"Alfredo... Kau sudah melakukan Kerja yang sangat bagus... Aku semakin bangga kepadamu. Teruskan semangatmu. Jangan biarkan kematian orang tuamu menjadi sia sia... Kamu harus melakukan Keinginanmu."
"Terima kasih pak... Aku akan melakukan keinginanku sebelum aku mengikuti mereka..."
Pak Arnold tersenyum lembut. Dia memeluk Alfredo dengan Lembut dan memukul punggung nya dengan lembut.
"Jangan menyerah. Aku percaya terhadapmu. Majulah ke TNW dan ledakkan bakatmu. Buat namamu diketahui di seluruh dunia."
Pak Arnold berkata. Dia mendorong Alfredo dan memegang Pundak Alfredo. Dia berkata itu dan menatap Alfredo tepat di mata Alfredo. Alfredo mengangguk.
"Terima Kasih pak. Sampaikan salamku ke Febri... Dia Lari sebelum aku bisa mengatakan terima kasih."
Alfredo berkata dengan senyuman masam. Pak Arnold tersenyum masam juga. Febri mengintip dari pintu rumah Alfredo dan berkata.
"B-Bang... Ayo pulang... F-Fredo... Sampai jumpa besok..."
Alfredo tersenyum ke Febri. Alfredo mengambil foto masa kecilnya dan berkata.
"Sampai Jumpa. Terima kasih sudah mendengarkan ceritaku."
Pak Arnold keluar dari rumah dan mendorong Febri di depannya. Febri sangat malu untuk melihat Alfredo di matanya. Jadi. Febri hanya melambaikan tangannya dengan gugup. Alfredo melambaikan tangannya. Pak Arnold dan Febri kembali ke jalan mereka. Alfredo menutup pintu rumahnya dan membawa Teh Dinginnya ke kamarnya. Dia meletakkan foto masa kecilnya di meja.
Dia membuka Teh dan meminumnya.
"Aku harus mengecat rambutku kembali... Aduh... Makin banyak kerjaan..."
Alfredo berkata. Dia pergi ke Kamar Mandi untuk kembali mengecat rambutnya. Dia membiarkan Catnya. Hari sudah mulai gelap. Alfredo menutup Rambutnya dengan sebuah Topi Mandi. Dia pergi untuk masak.
Dia memasak Mie Ramen Dengan Daging Ayam. Lalu, Dia memakannya.
"Enak..."
Alfredo bergumam dengan senang. Dia melihat ke kuah Ramennya. Dia melihat warna matanya sendiri. Dia teringat dengan Ayahnya. Tetapi, Alfredo tersenyum.
"Ayah... Aku berjanji untuk menikmati hidupku sepenuhnya. Dan Ibu. Terima kasih telah memberikan kenangan indah selama 4 Tahun."
Alfredo berkata. Dia menghabisi Ramennya dan langsung meminum kuahnya. Dia mencuci piringnya dan pergi mandi untuk membilas Rambutnya.
Setelah Mandi. Alfredo melihat ke cermin.
"Tidak sehitam sebelumnya... Aku harus memakainya lagi besok pagi."
Alfredo bergumam. Besok, Dia akan bangun jam 3 Pagi. Jadi, Dia harus tidur jam 8 Malam. Intinya, Dia sekarang mulai tertidur.
Setelah Tidur dengan sangat Lelap. Alfredo terbangun dengan badan yang sangat fresh. Dia langsung saja mengecat kembali rambutnya. Dia membuka Laci di mejanya dan membaca sesuatu.
Itu adalah jimat keberuntungan yang diberikan Ibunya sebelum dia pergi ke Perang dan Meninggal.
Trevor dan Jeanne Mati setelah mereka berhasil mengalahkan Dwarf. Tetapi, Mereka Mati bukan karena Dwarf. Mereka Mati karena Racun. Hasil Autopsi mengatakan, Bahwa salah seorang Rekan Mereka, Meracuni makanan mereka setelah mereka berhasil mengalahkan para Dwarf.
Tanpa menyadari sesuatu, Racun tersebut membunuh mereka. Dan mereka tidak bisa dibilang di bunuh karena racun. Jadi, Mereka dibilang terbunuh karena serangan Dwarf.
Alfredo yang mengetahui kebenaran itu. Memiliki 1 Tujuan. Untuk membunuh orang yang membunuh orang tuanya. Dia tidak akan menikmati kehidupannya sebelum dia membunuh orang yang meracuni orang tuanya.
Dia tidak peduli jika dia dibilang sebagai pembunuh. Intinya, dia hanya ingin membalaskan dendam. Dendam Alfredo berjalan sangat Dalam ke hatinya. Untungnya, Alfredo itu masih memiliki Sisi kemanusiaan. Jadi, Dia tidak pernah berjalan ke jalan Kebencian. Karena Pak Arnold dan Febri selalu memberi dia sebuah waktu yang tidak pernah tergantikan.
"Untuk Sekarang... Mari tenangkan diriku..."
Alfredo berbisik ke dirinya. Dia mandi untuk membilas rambutnya. Meskipun tidak terlihat sempurna, Rambutnya setidaknya terlihat bagus. Jadi. Alfredo memberikan perlindungan ke Badannya dan bersiap diri untuk pergi ke sekolah.
Alfredo berjalan keluar rumahnya. Setelah dia menutup gerbang rumahnya. Dia melihat Febri di sebrang jalanan. Bersembunyi di balik sebuah tiang Lampu. Alfredo tersenyum kepadanya. Febri langsung menghindari Alfredo.
Alfredo menjulurkan tangannya ke arah sekolah. Dia menyuruh Febri untuk berjalan duluan dan dia akan berjalan di belakangnya. Febri tersenyum lembut dan lari ke depan. Dia melanjutkan perjalanannya dengan senang. Alfredo tersenyum dari belakang.
Dia sudah mengenakan Kontak Matanya. Jadi, Dia terlihat sangat normal. Febri dan Pak Arnold adalah satu satunya orang yang mengetahui bentuk sesungguh Alfredo. Dia terlihat sangat liar ketika Rambut dan Matanya berbeda.
Ketika Sampai Di Sekolah. Pak Arnold masuk ke kelas mereka dan berkata.
"Anak Anak, Kita akan Mengadakan 4 Ujian Hari ini. Sosial, Biologi, Fisika dan Ekonomi."
"Baik pak~"
Semua Orang cukup bahagia tentang itu. Mereka memulai Ujian Sosial mereka. Alfredo dengan mudah menjelaskan Teori Teori tentang masyarakat Sosial. Dia sangat menyukai pelajaran Sosial karena Ibunya sering berbicara tentang Cara untuk mendekati orang secara Social. Dan Alfredo menyukai itu karena, Ibunya selalu memujinya ketika Alfredo menjawab dengan Benar.
'Ah... Aku sekarang merindukan ibuku... Sialan... Kenapa harus Sosial sih di jam pertama.'
Alfredo menyelesaikan ujiannya dalam 15 Menit. Dia mengumpulkan Ujiannya dan langsung pergi ke luar. Dia menahan tangis sejak mereka Mulai. Jadi, Dia mengeluarkan air matanya untuk sementara waktu. Ketika sudah Selesai. Dia kembali masuk untuk mengerjakan Biologi.
Pada Jam Biologi, Itu masih mudah untuk Alfredo. Tetapi, Fisika dan Ekonomi. Alfredo mendapatkan sesuatu yang orang sebut 'Otak Melebur' seperti kata katanya. Otak Alfredo melebur menjadi bubur karena mengerjakan persoalan yang memakai Rumus.
Di Jam Terakhir, Ekonomi. Alfredo benar benar menjadi bodoh. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia salah memasukkan Rumus. Dia memasukkan Rumus MTK dan Fisika ke Ekonomi.
Dan karena Itu, Alfredo gagal dalam mengerjakan soal soal ber-rumus. Untungnya, TNW tidak memerlukan pengetahuan seperti itu. Mereka hanya memerlukan orang orang yang Kuat. Dan Alfredo adalah orang yang Kuat.
Meskipun dia lemah di Teori. Dia Kuat di Praktek.