Sarah terus berjalan dengan langkah yang tertatih. Rasa sakit di kakinya merambat sampai ke pahanya. Sesekali, dia berhenti untuk beristirahat, menenangkan perut dan tenggorakannya yang sudah sangat kering.
Sarah bersandar pada pohon yang batangnya agak besar. Dia sengaja memilihnya agar tubuhnya terlindung dari pandangan. Mungkin saja kedua penjahat itu melewati jalan yang ada di belakang dan melihatnya, sementara dia sudah tidak punya tenaga untuk berlari.
Sebuah mobil berhenti di jalan. Sarah mengintip untuk memastikan bukan penjahat itu yang datang.
Sarah bernafas lega saat dilihatnya seorang gadis turun dari mobil. Dengan tergesa-gesa, gadis itu berjalan masuk di antara pohon dan rimbunan semak yang ada di dekat Sarah.
Sarah diam, menahan gerakannya.
Tak lama kemudian, gadis itu berkata, "Ah! Leganya ..." Lalu kembali ke mobilnya.
Krek! Sarah tak sengaja menginjak ranting saat akan berdiri.
Gadis itu menoleh. Dia mendekati asal suara yang didengarnya, dan menemukan Sarah sedang memegangi kakinya yang terluka akibat terkena patahan ranting.
"Kak, apa yang terjadi?" tanya gadis itu dengan nada khawatir.
Sarah mengangkat wajahnya dan menatap gadis yang berdiri di depannya.
"Kakiku terluka. Aku tidak kuat untuk berjalan lagi," jawab Sarah sambil mengeluh.
Gadis itu berjongkok dan membantu Sarah untuk berdiri.
"Sini, Kak. Biar aku bantu," kata gadis itu, lalu memapah Sarah dan membawanya ke mobil.
"Aku akan membawa Kakak ke rumahku. Biar lukanya bisa aku bersihkan dan diberi obat," lanjut gadis itu setelah berhasil mendudukkan Sarah di mobilnya.
Sarah mengangguk, "Terima kasih," ucapnya.
Dia tidak punya pilihan lain selain mengikuti gadis itu.
Mobil gadis itu melaju dengan tenang hingga akhirnya memasuki halaman rumahnya.
Setibanya di dalam, dengan cekatan, gadis itu merawat luka Sarah.
"Kak, namanya siapa? Aku Grace," tanya gadis yang bernama Grace itu, usai mengobati luka Sarah.
"Sarah."
Grace manggut-manggut, "Sebaiknya Kak Sarah beristirahat dulu di kamar. Di sini masih ada satu kamar yang kosong," kata Grace, seraya memapah Sarah lagi ke kamar.
"Baiklah, Kak. Aku kembali ke kamarku dulu. Selamat beristirahat, Kak." Grace meninggalkan Sarah yang sudah berbaring di kasur.
______
Di ruang autopsi, detektif Rosa dan Rudy, sedang bersama dengan dr. Salma. Proses autopsi pada tubuh Pak Gani sudah selesai. Ditemukan empat buah luka tembakan dari jarak dekat.
"Apa ada yang lain?" tanya Rosa.
"Sayangnya, hanya itu. Kecuali peluru 9mm yang sudah dikirim ke lab," jawab dr. Salma.
Detektif Rosa dan Rudy meninggalkan ruang autopsi, dan kembali ke ruang kantor mereka. Di saat yang bersamaan, Aslan muncul dan duduk di depan mereka.
"Apa gadis itu sudah ketemu?" Aslan bertanya tanpa basa-basi.
"Belum. Bagaimana denganmu? Apa kamu menemukan sesuatu?" jawab Rudy, lalu balik bertanya pada Aslan.
Aslan menggeleng.
"Siapa dia, Aslan? Aku belum pernah melihatmu mengkhawatirkan seorang perempuan seperti ini, selain Alexa," selidik Rosa.
Aslan menarik nafas dalam-dalam. Dia kemudian menceritakan kejadian malam itu. Tentang bar, Niken, dan Arman. Aslan terlihat merasa sangat bersalah.
"Kalau bukan aku yang membawa gadis itu ke sana, tentu semua ini tidak akan terjadi, dan Pak Gani tidak perlu mati. Lalu, Sarah ..."
"Jadi, namanya adalah Sarah," ujar Rosa manggut-manggut, "Apa menurutmu Arman mengirim orang untuk membunuh Sarah?" lanjut Rosa bertanya.
Aslan menggeleng, "Aku tidak yakin. Gadis ini ..." Aslan tidak melanjutkan ucapannya.
Dia menatap lurus ke sisi meja dengan pandangan kosong.
"Siapa Sarah sebenarnya? Insting polisiku mengatakan, Sarah ini, bukan gadis biasa," tanya Rudy sambil menatap lekat wajah Aslan.
Aslan menarik dan menghembuskan nafasnya dengan berat. Dia tidak tahu, apa harus memberitahu mereka atau tidak.
"Katakanlah, Aslan!" bujuk Rosa.
"Sarah adalah anak angkat dari pasangan Jordan dan Lily. Sedang orang tua kandungnya adalah wanita yang terkenal dengan julukan 'The Ghost.' Apa sekarang kalian paham?" Aslan akhirnya mengatakannya juga pada Rosa dan Rudy.
"Oh, sangat kurang beruntung," ujar Rudy yang bisa membayangkan nasib gadis itu.
Orang tua angkat dan kandungnya adalah pembunuh kelas elit sebuah perusahaan "Contract Killer" di negara 'Sembilan Pulau.'
_____
Pukul 9 malam, detektif Rosa pulang ke rumah dan menemukan Grace, anaknya, sedang asyik mengobrol dan tertawa bersama Sarah.
"Hai, ada tamu rupanya," sapa Rosa seraya ikut duduk bersama mereka.
"Kenalkan, Ma. Ini Sarah, teman baru Grace," ucap Grace dengan senyumnya yang riang.
Rosa terkejut mendengar nama yang disebutkan oleh anaknya. Dia lalu memperbaiki posisi duduknya dan bertanya dengan nada serius pada Sarah.
"Sarah. Tolong jawab dengan jujur. Kamu tidak perlu takut. Apa kamu mengenal Aslan?" tanya Rosa dengan sangat hati-hati.
Sarah tersentak mendengar pertanyaan dari Rosa. Gadis itu tampak gugup. Dia menatap Rosa dengan binar ketakutan.
"Tak apa, Sarah. Aku adalah detektif Rosa, dan Aslan adalah sahabatku. Aku akan menolongmu." Rosa berusaha menghilangkan rasa takut Sarah.
Sarah langsung mengangguk.
"Hah! Akhirnya kamu ketemu juga," ujar Rosa sambil bernafas lega.
Di luar terdengar suara Bingo sedang menyalak. Rosa berdiri dan mengambil pistolnya. Dengan perlahan, dia melangkah mendekati jendela.
Dorr!
Peluru melubangi kaca jendela.
Rosa merunduk. Sarah dan Grace terkejut dan berlari ke atas. Terdengar suara langkah sepatu dari luar yang mendekati pintu.
Rosa berlari ke balik dinding pembatas ruang tamu dan ruang keluarga. Dia mengambil ponselnya dan menelpon kantornya untuk meminta bantuan.
Rosa menahan nafas saat mendengar pintu di dobrak.
"Cari gadis itu di atas!" perintah salah satunya.
Rosa tidak bisa membiarkan pria itu naik ke atas. Dia tidak mau terjadi apa-apa pada kedua gadis itu. Rosa menembak untuk mengulur waktu mereka.
Satu pria mendekati tempat persembunyian Rosa. Semakin dekat ...., dekat ...., Rosa menyiapkan dirinya untuk menembak.
Dorr! Dorr!
Dua tembakan merobohkan pria itu.
Rosa mengintip dari balik dinding, dilihatnya Aslan sedang berdiri tidak jauh darinya.
"Aslan! Sarah ada di atas dan pria itu ...."
Brak!
Suara keras itu melanjutkan ucapan Rosa.
Rosa melihat ke atas, ada Dom yang sedang berdiri di sana. Dom baru saja melempar pria yang hendak membunuh Sarah.
Dengan cepat, Rosa berlari ke kamar Grace untuk memeriksa kondisi putri satu-satunya dan juga Sarah.
Sarah duduk di sudut kamar sambil menekuk kedua lututnya. Dia menahan tangis dengan menggigit bibirnya. Wajahnya pucat dengan tubuh yang masih gemetar. Sedang Grace langsung berlari memeluk ibunya.
Aslan masuk ke dalam kamar dan berjongkok di depan Sarah.
"Ayo, berdirilah! Aku di sini bersamamu, tidak perlu takut lagi," ucap Aslan sembari mengulurkan tangannya.
Sarah menatap Aslan sejenak, kemudian memeluk pria itu dan mulai menangis.
Suara sirene terdengar mendekat, polisi baru saja tiba.