3 bulan kemudian ....
"Ayo, Sarah! Jangan ragu!" Dom terus berteriak memberi semangat pada Sarah untuk terus berlatih.
Sebuah pukulan diarahkan Sarah ke wajah Dom, tapi pria itu berkelit dengan cepat.
Satu pukulan balasan dari Dom hampir mengenai pipi Sarah.
"Cukup!" Aslan menghentikan latihan Sarah dengan Dom.
Sarah dan Dom bersalaman dengan kepalan tangan, lalu mendekati Aslan yang sedang duduk menikmati udara pagi dan secangkir kopi.
Sarah duduk di samping Aslan, sementara Dom hanya berdiri seperti layaknya seorang pengawal atau bodyguard
"Duduklah, Dom! Untuk apa berdiri," kata Sarah yang merasa tidak nyaman melihat Dom terus berdiri di sampingnya.
"Ikuti saja apa katanya, Dom. Kalau tidak, dia akan terus berkicau sepanjang hari," ujar Aslan seraya menoleh pada Dom.
Sarah hanya tersenyum.
"Jadi, apa kalian sudah tahu siapa kedua pria yang waktu itu ingin membunuhku?" tanya Sarah saat Dom sudah mengambil tempat duduk di samping Aslan.
"Belum. Tapi aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Sepertinya, kamu akan terus hidup di bawah bayang-bayang masa lalu orang tuamu," jawab Aslan.
Sarah terdiam mendengar ucapan Aslan. Sebenarnya, Sarah juga tidak pernah menyangka kalau orang tuanya punya sisi kehidupan yang sangat gelap. Dan sekarang ..., Sarah harus menanggungnya.
"Tapi aku punya firasat, perusahaan tempat orang tuamu bekerja dulu, mengirim orang-orangnya untuk menghabisimu juga, karena orang tuamu dianggap sebagai pengkhianat," ujar Aslan.
"Kecuali ..." Dom yang dari tadi diam akhirnya ikut menimpali.
Aslan dan Sarah menoleh pada Dom, "Kecuali apa?" tanya Sarah yang penasaran dengan pendapat Dom.
Dom melihat sejenak pada Aslan, dia tampak ragu untuk melanjutkan ucapannya.
"Kecuali ini berhubungan dengan The Ghost." Dom mengatakannya dengan sangat hati-hati. Takut jika Aslan tidak setuju mereka membahas tentang Ibu kandung Sarah.
"The Ghost? Siapa dia?" tanya Sarah dengan nada sangat penasaran.
"Ibu kandungmu," jawab Aslan.
Sarah terkejut. Tapi kemudian dia tertawa. Sarah menganggap mereka berdua hanya bergurau. Seingatnya, Ayah dan ibunya sudah meninggal beberapa bulan yang lalu.
"Sudahlah? Aku mau mandi dulu, setelah itu aku akan keluar untuk berjalan-jalan." Tanpa menunggu reaksi dari Aslan, Sarah langsung beranjak dari kursinya.
30 menit kemudian, Sarah menemui Aslan yang masih asyik mengobrol dengan Dom.
"Aslan, aku pergi dulu, ya ...," ujar Sarah seraya mencium pipi Aslan.
"Ajak Tommy bersamamu," kata Aslan sambil menatap Sarah.
Sarah cemberut. Setiap kali dia keluar melewati pintu gerbang, Aslan pasti menyuruh anak buahnya untuk mengawalnya.
"No! Kali ini aku akan pergi sendiri, tanpa Tommy atau Paul," bantah Sarah, lalu pergi meninggalkan Aslan yang masih menatapnya.
____
Sarah pergi ke Mall C hanya untuk melepaskan suntuknya. Melihat wajah-wajah asing atau yang sudah sering ditemuinya di sana. Dengan cara itu, Sarah merasa bahwa kehidupan di dunia ini masih ada. Itu karena Aslan terlalu membatasi kebebasannya.
"Demi keselamatanmu, Sarah." Tiga kata itu yang selalu keluar dari mulut Aslan.
Sedang senang-senangnya, Sarah tiba-tiba merasa, dua orang di belakangnya yang awalnya Sarah pikir adalah sepasang kekasih, terus mengikutinya dari sejak awal dia masuk ke pusat perbelanjaan itu.
Sarah berpura-pura tidak menyadarinya. Dia keluar dari Mall dan tetap berjalan dengan santai.
"Sarah!" teriak wanita yang mengikutinya itu. Sarah menoleh, dan dilihatnya ada pistol yang mengarah padanya.
"Oh!" Sarah berpaling dan segera berlari, masuk ke dalam gang terdekat.
Tapi sayang, gang itu hanya beberapa meter panjangnya, selebihnya tertutup oleh jaring kawat.
"Mau lari kemana kamu?" tanya wanita itu lagi.
"Siapa yang mau lari? Aku sengaja masuk ke sini agar kalian tidak salah tembak. Kalau kena orang lain, bagaimana?" Sarah berkilah.
"Jangan banyak bicara!" kata wanita itu seraya mengarahkan senjatanya lagi pada Sarah, siap untuk menembak.
"Eh, tunggu dulu! Kalian sama saja pengecut kalau bisanya hanya menembak gadis yang tak bersenjata. Bagaiman kalau kita fight saja tanpa senjata?" ujar Sarah untuk mengulur waktu. Dia sedang terdesak. Pria dan wanita itu, keduanya bersenjata, sedang Sarah ..., dia lupa membawa senjatanya.
"Sudah aku katakan, jangan banyak bicara! Kami diperintahkan untuk membunuhmu, bukan untuk berkelahi denganmu," bentak wanita itu.
Akhirnya Sarah hanya bisa pasrah. Dia menutup matanya, berharap peluru itu akan meleset darinya.
Tapi sampai beberapa menit, Sarah tidak mendengar suara tembakan apalagi peluru yang mengenainya.
Sarah membuka matanya dengan perlahan. Dua manusia yang ingin membunuhnya, sekarang terkapar di aspal.
"Apa yang terjadi? Siapa yang membunuh mereka?" Sarah melihat ke sekitarnya, sunyi, tidak ada siapa pun.
Dengan cepat, Sarah meninggalkan tempat itu dan kembali ke rumah Aslan.
"Bi, Aslan dan Dom tidak ada di rumah?" tanya Sarah pada Bi Asih yang kebetulan lewat di depan Sarah.
"Belum pulang, Non," jawab Bi Asih, lalu pamit kembali ke dapur.
_____
Keesokan paginya, saat Aslan, Dom, dan Sarah, seperti pagi sebelumnya, duduk bersantai menikmati segelas kopi. Pagi ini, Sarah tidak latihan bela diri bersama Dom. Moodnya sedang tidak bagus sejak peristiwa kemarin.
Detektif Rosa dan Rudy muncul dan bergabung dengan mereka.
"Ada apa? Apa kantor polisi libur hari ini?" seloroh Dom.
Rudy menuangkan kopi ke gelas kosong yang ada di meja dan meminumnya dengan perlahan.
"Nikmat! Ehm ..., aku dan Rosa ke sini sebenarnya ingin menemui Sarah," kata Rudy usai menyeruput kopinya.
Sarah terkejut. Dia yakin, ini pasti tentang dua orang kemarin. Sarah mulai diserang panik. Kira-kira dia harus menjawab apa.
"Kami menemukan dua mayat di sebuah gang tak jauh dari Mall C. Dari rekaman CCTV yang ada di gang, kami melihatmu bersama mereka disaat kejadian," kata Rosa.
"Jadi, di sana ada CCTV? Lalu, siapa yang membunuh mereka?" tanya Sarah bersemangat.
Rosa dan Rudy bertatapan. Aslan yang sejak awal sudah terkejut, akhirnya memarahi Sarah karena tidak menceritakan kejadian yang hampir mencelakainya.
"Apa kamu tidak melihat siapa pun di gang itu selain dua orang ini?" tanya Rudi.
Kamera di gang itu hanya menangkap Sarah dan dua orang yang sekarang sudah menjadi mayat. Itu sebabnya, Rosa dan Rudy butuh kesaksian Sarah.
Sarah menggeleng, " Aku memejamkan mata saat wanita itu ingin menembakku. Lalu, tidak ada yang terjadi. Dan saat aku membuka mata ..., mereka sudah berbaring di aspal," ujar Sarah yang sampai sekarang juga bertanya-tanya.
"The Ghost. Itu ciri khasnya," ujar Dom dengan tiba-tiba.
"Maksudmu, dia datang untuk menyelamatkan putri ..." Rosa tidak melanjutkan ucapannya. Tapi matanya sempat melirik kepada Sarah.
Sarah menatap Aslan seperti meminta penjelasan.
Tapi Aslan hanya berkata, "Jika kamu mengetahui rahasia tentang The Ghost, kamu harus bersiap untuk menerima rahasia yang lainnya. Itu akan menyakitimu, Sarah."