Dom menabrak mobil yang terparkir di jalan. Si penembak turun dari motornya dan berjalan mendekati mobil Dom. Dia berniat menuntaskan pekerjaannya.
"Good bye, Sarah! Rest in peace," ucap penembak itu seraya mengarahkan pistolnya ke kepala Sarah yang masih dalam kondisi antara sadar dan tidak.
Dorr! Dorr!
Peluru melesat menembus dada si penembak. Beberapa detik dia masih sempat berdiri dengan tegak, lalu ambruk ke aspal.
Dom yang sudah sadar, segera membangunkan Sarah dan mengajaknya pergi dari tempat itu. Orang-orang sudah mulai berkerumun. Suara sirene polisi sudah terdengar mendekati tempat itu.
Dom segera memanggil taxi dan membawa Sarah pergi dari tempat itu. Saat tiba di kediaman Aslan, Dom langsung menghubungi Aslan yang sudah berada di Rusia. Dom menceritakan seluruh kejadian yang dialaminya bersama Sarah hari ini.
Aslan sangat geram dan memerintahkan Dom agar menjadikan masalah itu menjadi pribadi. Itu artinya, Aslan memberi perintah pada Dom untuk menghabisi satu per satu orang yang ingin membunuh Sarah, termasuk dalangnya.
Dom memanggil tim pembersih "Organisasi Singa" untuk menjalankan perintah dari Aslan. Tidak butuh waktu lama untuk menyelidiki dari organisasi mana para pembunuh bayaran itu berasal. Salah satu dari mereka menyusup ke ruang otopsi polisi untuk melihat wajah orang yang menembaki Dom dan Sarah.
Tengah malam, tim pembersih yang beranggotakan 7 orang itu, mendatangi markas Andre dan menembak mereka satu per satu. Andre yang sedang berada di kamar bersama seorang wanita, terkejut melihat kedatangan mereka.
"Ke .. kenapa kalian ada di sini?" tanya Andre terbata-bata. Tangannya berusaha meraih pistol yang ada di bawah bantalnya.
"Urungkan niatmu, Andre. Kamu seharusnya tidak mencari masalah dengan bos kami. Tapi karena semua sudah terjadi, maka ..., say bye bye, Andre," kata Reno, salah satu dari 7 di tim itu.
Dorr!
Satu tembakan paling efektif, melesat ke arah kepala Andre. Wanita yang bersamanya menjerit histeris.
"Pergilah, Nona! Atau kamu mau berada di sini saat istri Andre datang bersama polisi?" kata Reno pada wanita yang terus berteriak itu.
Wanita itu memakai pakaiannya dengan asal dan mengambil sepatunya, lalu pergi dari rumah itu dengan tergesa-gesa.
Reno menelpon polisi dan melaporkan kejadian di rumah Andre. Lalu, mereka pergi tanpa meninggalkan jejak. Ya, begitulah cara kerja tim pembersih. Pekerjaan mereka harus rapi dan aman.
Reno juga menelpon sang pemberi perintah, yaitu ibu tiri Sarah, agar mempersiapkan dirinya. Reno juga mengirimkan photo Andre dengan lubang di dahinya.
Ibu tiri Sarah menjerit dan membangunkan semua penghuni rumah. Suaminya hanya bisa menatap istrinya dengan tatapan penuh penyesalan saat melihat photo yang dikirim Reno itu.
"Kamu memang harus dihukum. Perbuatanmu 20 tahun yang lalu sungguh kejam," ujar suaminya yang sudah mengetahui banyak cerita dari pertemuan rahasianya dengan The Ghost, usai Sarah menemui istrinya.
"Ini semua salahmu! Kalau saja kamu tak berkhianat!" seru istrinya.
Ding! Dong!
Terdengar suara bel sampai ke lantai atas. Ibu tiri Sarah berlari ke balik pintu kamar dan melarang suaminya untuk membuka pintu.
"Itu pasti mereka! Jangan buka!" katanya dengan nada memohon.
Suaminya, tidak mempedulikan ucapan istrinya. Dia keluar dari kamar dan turun ke bawah untuk membuka pintu. Dia sudah tidak peduli lagi siapa yang datang. Dia harus bertanggung jawab untuk semua yang sudah berlaku di masa lalu dan masa sekarang.
"Maaf, Pak. Kami dari kepolisian, ingin menangkap Nyonya dengan tuduhan percobaan pembunuhan berencana terhadap Sarah." Ternyata yang datang adalah polisi.
Pukul 01.15, dini hari, Nyonya (Ibu tiri Sarah) di tangkap dan dibawa ke kantor polisi.
Sementara itu di kediaman Aslan, Dom melaporkan keberhasilan tim Reno pada Aslan yang saat itu sedang bersama seorang wanita yang berasal dari masa lalunya di sebuah hotel di kota Moscow.
Suara desahan nafas yang saling memburu, terdengar dari kamar hotel. Aslan dan Alexa bertemu kembali di Moscow. Mereka berdua saling melepaskan rindu di kasur hotel yang hangat.
Mereka meluapkan semua perasaan cinta dan rindu yang selama ini tersimpan rapi di brangkas hati keduanya. Aslan dan Alexa saling berbicara lewat bibir yang saling bersentuhan dengan hangat. Seolah tidak ada lagi yang akan memisahkan mereka.
Tapi di saat ciuman dan pelukan hampir berlanjut ke arah lain, Aslan mendorong tubuh Alexa dengan perlahan. Pria itu seolah terbangun dari mimpi indah dengan ending yang suram.
"Aku tidak bisa melakukannya, Lex. Tetaplah di sini, aku akan pindah ke kamar lain," kata Aslan seraya berdiri dan mengemasi tasnya.
Alexa tidak terima diperlakukan Aslan seperti itu dan segera melemparnya dengan bantal. Alexa memaki Aslan sambil menangis. Tapi tangisan Alexa tidak mempengaruhi keinginannya untuk pindah ke kamar lain.
Aslan juga tidak ingin hal itu terjadi. Tapi ingatannya memutar rekaman dirinya sedang mencium Sarah sebelum berangkat ke Moscow. Dan hal itu membuatnya merindukan gadis itu dan melenyapkan secara spontan perasaan rindunya pada Alexa.
Sama halnya dengan Sarah. Gadis itu bertanya Dom tentang masa lalu Aslan. Siapa Alexa yang disebutkan oleh Pak Handoko, ayah Dom, di restoran itu.
"Semua pria punya masa lalu dengan seorang wanita, Sarah. Tapi kalau kamu mencintai Aslan, maka kamu harus kuat dan sabar. Aslan bukan pria yang mudah. Kehidupannya, hartanya, dan wajahnya yang tampan, tidak akan pernah membawanya jauh dari wanita," demikian nasehat Dom.
Sarah dan Dom tertawa.
"Lalu bagaimana denganmu, Dom? Siapa wanita yang ada di masa lalumu?" tanya Sarah tiba-tiba.
Dom melirik Sarah sejenak, lalu menunjuk sebuah gugusan rasi bintang.
"Dia sudah bergabung dengan gugusan bintang itu. Tapi itu yang terbaik untuknya. Akhir dari sebuah penderitaan di dunia hanyalah kematian. Kecuali ..., dia sanggup seperti dirimu," jawab Dom dengan mata yang mulai meredup.
Pagi sudah hampir tiba. Keduanya masuk ke dalam rumah dan kembali ke kamar masing-masing.
Di antara mereka berempat, hanya Alexa yang masih terjaga. Rasa cintanya pada Aslan berubah menjadi dendam. Dia merencanakan sesuatu yang sangat jahat.
"Tunggu saja, Aslan. Aku tidak akan tinggal diam diperlakukan seperti ini," ucap Alexa dengan penuh kebencian.
Mata Alexa di penuhi olen air mata yang sebenarnya berusaha untuk dibendungnya, tapi rasa sakitnya terlalu dalam. Bahkan ada sedikit rasa malu di hatinya saat Aslan meninggalkannya di kamar itu.
"Kamu tidak tahu apa yang terjadi padaku, Aslan," bisik Alexa dengan tubuh telungkup di kasur. Dia menangis sejadi-jadinya, berharap semua rasa yang tertinggal buat Aslan, larut bersama air matanya.
Alexa sudah memikirkan sebuah rencana untuk menghancurkan Aslan. Rencana yang menurut Alexa sebanding dengan penderitaannya selama 3 tahun.
"Kalau dulu aku yang menyelamatkanmu dari maut, sekarang aku yang akan mengundang maut untukmu, Aslan," desis Alexa penuh kebencian.