"Apa?! Kalian gagal lagi!" seru seorang wanita yang berusia sekitar 45-an tahun pada dua pria yang diperintahkan untuk membunuh Sarah siang tadi.
"Maaf, Nyonya Ana. Wanita itu muncul lagi dan menolong Sarah," ucap salah satu pria itu.
Dengan garangnya, wanita itu berkata, "Ah, aku tidak mau ada alasan. Aku akan meminta bos kalian untuk mengirim anak buahnya yang terhebat, agar tidak ada lagi kegagalan dan Sarah bisa cepat musnah."
"Baik, Nyonya." Kedua pria itu berjalan mundur, lalu keluar dari rumah Nyonya Ana yang mempekerjakan mereka.
"Halo, Andre. Anak buahmu gagal lagi. Sebaiknya kamu mengirim orangmu yang terhebat untuk membunuh Sarah. Dan ingat! Jangan sampai gagal!"
Klik!
Nyonya Ana menutup teleponnya dan meletakkannya dengan kasar.
"Ada apa, Ma?" Seorang gadis yang hampir seusia dengan Sarah, muncul di hadapan Nyonya Ana.
"Anak buah Andre gagal lagi menjalankan misi. Wanita itu selalu muncul. Sebenarnya siapa dia?" jawab Nyonya Ana yang juga adalah Ibu dari gadis itu.
"Mungkin wanita itu adalah keluarganya, atau ..." kata gadis itu sambil melirik serius ke arah ibunya.
"Atau apa, Vi?" tanya ibunya yang tidak sabar mendengar Vivian, gadis itu, melanjutkan ucapannya.
"Vivian baru saja dengar obrolan Kak Arya dengan istrinya. Katanya Sarah adalah anak tiri Mama. Anak haram dari Ayah dan wanita simpanannya. So, mungkin saja wanita itu adalah Ibu Sarah yang mencoba melindungi anaknya. Iya, 'kan?" Vivian berkata dengan sangat hati-hati.
Nyonya Ana terdiam mendengar ucapan Vivian. Lalu, "Tidak mungkin di Dewi masih hidup. Mama sudah memerintahkan orang untuk membakarnya di mobil. Dia tidak bisa lolos dalam keadaan sangat lemah dan terluka parah," kata Nyonya Ana dengan sangat yakin.
"Menurut Mama, kenapa julukan The Ghost disematkan padanya? Bukankah karena dia seperti hantu?" sanggah Vivian mematahkan keyakinan ibunya.
Nyonya Ana menatap Vivian dan berkata dengan nada tidak senang, "Vi, kamu seharusnya mendukung Mama. Bukannya malah mengagumi si Dewi."
Vivian menggeleng, "Bukan begitu, Ma. Vivi cuma berusaha membantu Mama. Lagipula, apa salah Sarah? Dia juga tidak minta dilahirkan kok."
Nyonya menatap tajam pada putrinya. Dia sangat marah mendengar Vivian membela Sarah.
Vivian yang melihat ibunya marah, segera kembali ke kamarnya. Dia tidak mau berdebat lagi dengan wanita yang sudah melahirkannya itu.
Vivian memang berbeda jauh dengan watak ibunya dan kakaknya, Arya. Vivian bahkan tidak pernah merasa dendam pada Sarah. Malah dia berencana akan menemui Sarah suatu saat nanti dan memperkenalkan pada teman-temannya sebagai adiknya.
******
Keesokan harinya, detektif Rosa dan Rudy kembali mengunjungi kediaman Aslan karena kejadian di jalan kemarin siang. Rosa dan Rudy semakin penasaran dan jengah dengan kejadian yang terjadi belakangan ini.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Dom? Warga kota mulai resah dengan adanya penembakan di jalan. Aku harap kamu dan Aslan cepat mengatasi ini," ucap Rosa.
"Bukankah itu tugas kalian untuk menyelidiki dan menangkap pelakunya?" jawab Dom dengan santai.
Rudy tertawa dengan keras mendengar ucapan Dom yang terdengar sedang merendah. Padahal, siapa yang tidak mengenal Aslan dan Dom di kota XYZ. Tidak ada yang lolos saat siapa pun mencoba mengusik mereka.
"Sejak kapan kamu mempercayakan urusan kejahatan yang menimpa kalian pada polisi?" ujar Rudy di sela tawanya.
Dom hanya tersenyum mendengar ucapan Rudy yang dianggapnya pujian untuknya dan Aslan.
"The Ghost masih hidup. Dia menunjukkan dirinya pada kami. Ini misinya, aku dan Aslan tidak mau ikut campur," kata Dom tanpa menghiraukan Sarah yang datang dan duduk di sampingnya.
Rosa dan Rudy saling berpandangan. Jika benar The Ghost masih hidup, maka mereka akan segera disibukkan oleh kasus penemuan mayat di jalan.
"The Ghost harus segera dihentikan. Kalau tidak, kota akan kacau," kata Rosa pada Dom.
"Tidak. Jika dia benar Ibu kandungku, maka misinya hanya melindungiku, bukan membuat kekacauan. Aku akan menolong Ibu untuk menemukan siapa dalang yang menginginkan kematianku. Dengan begitu, Ibu tidak akan menebar ketakutan di jalan,"kata Sarah dengan tegas.
"Kalau begitu, mulailah dari ibu tirimu," Rosa memberikan saran.
"Apa?" tanya Sarah dengan ekspresi bingung.
Rosa memperbaiki posisi duduknya dan menghadap ke arah Sarah. Dia mulai menceritakan pengalamannya selama jadi polisi. Bagaiman dia mencari pelaku yang dimulainya dari orang-orang yang terhubung dengan korban.
"Dan orang pertama yang akan ada di dalam daftarku, jika aku jadi kamu, adalah istri sah dari ayahku. Apalagi dia punya kemampuan untuk melakukannya," kata Rosa.
"Baiklah. Aku akan mencobanya," kata Sarah dengan mantap.
*****
Tanpa sepengetahuan Dom dan anak buah Aslan yang lain, Sarah nekat menemui istri sah ayahnya.
Kedatangannya disambut baik oleh Vivian, apalagi saat Sarah menyebutkan namanya. Mereka malah sempat mengobrol dan bercanda sebentar, sebelum ibunya datang.
"Sarah ..." Nyonya Ana terkejut melihat gadis yang duduk di samping Vivian.
Pak Nugroho, suaminya, yang juga adalah Ayah Sarah dan Vivian juga sama terkejutnya.
"Sarah .... Bukankah kamu adalah ..." Pak Nugroho memperhatikan wajah Sarah dengan teliti.
"Anak Ayah juga," kata Vivian untuk memastikan dugaan ayahnya.
Nyonya Ana marah mendengar ucapan Vivian. Dengan suara yang lantang, dia menyuruh Sarah untuk keluar dari rumahnya.
Sarah berdiri, lalu berkata dengan sangat tegas, "Aku akan pergi, Nyonya. Tapi setelah aku memastikan anda tidak akan mengganggu hidupku lagi!"
Pak Nugroho bingung mendengar ucapan Sarah. Dia bertanya pada istrinya, "Apa yang sudah kamu lakukan, Ma? Jangan melakukan kejahatan seperti dulu!"
"Aku tidak akan mengganggu kehidupan kalian. Aku datang ke kota ini hanya untuk mencoba kehidupan baru. Bukan untuk mengusik keluargamu," ujar Sarah dengan sinis, lalu melangkah keluar dari rumah itu.
Tapi sebelum Sarah melewati pintu, dia sempat berkata pada ibu tirinya, "Ibuku masih hidup. Jika anda masih mengirim orang untuk membunuhku, maka ibuku tidak akan segan lagi untuk menghancurkan keluarga kalian!"
Wajah ibu tirinya berubah menjadi merah, menahan marah mendengar ucapan Sarah.
"Kamu sungguh keterlaluan, Ma. Aku tidak menyangka kamu punya hati yang sangat jahat!" seru Pak Nugroho dengan sangat marah.
"Itu semua karena kamu, Pa. Kamu yang selingkuh dengan Dewi dan melahirkan anak haram itu!" balas istrinya dengan geram.
Plak!
Ayah kandung Sarah menampar istrinya dengan keras.
Sarah masih bisa mendengar pertengkaran mereka saat akan keluar dari gerbang rumah itu.
"Sarah!" Vivian mengejar Sarah.
"Vi."
Vivian menggenggam tangan Sarah, "Kamu tidak marah padaku, 'kan?" katanya dengan mata penuh harap.
"Tentu saja tidak. Jika bukan karena ibumu mengirim orang untuk membunuhku, aku bahkan tidak akan tahu kalau kalian ada," ucap Sarah dengan lirih.
Vivian mengangguk. Saat mereka masih asyik berdiri dan mengobrol, Dom datang untuk menjemputnya.
"Kamu sangat lancang, Sarah! Aslan akan membunuhku jika terjadi apa-apa padamu," kata Dom yang sedang marah karena Sarah pergi dengan diam-diam.
"Aku bisa menjaga diri, Dom," kata Sarah.
Dorr! Dorr!
Dan entah berapa banyak lagi peluru yang terus mengenai mobil yang dikendarai oleh Dom.
"Sial!" Dom memaki dan menambah kecepatan mobilnya.
Sebuah motor yang dikendarai oleh seorang pria muncul tanpa terduga tepat di samping mobil Dom.
"Sarah! Merunduk!" seru Dom dengan tiba-tiba.
Dorr! Dorr!
Pengendara motor itu menembak mereka dari jarak dekat. Peluru masuk melewati kaca jendela dan ....
Brak!