Jack berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya karena ia merasa gelisah dan bersalah. Ia pun lalu duduk dikasurnya dan berpikir.
"Apa aku nggak usah turun untuk makan, ya? Tapi perutku lapar sekali dan aku tidak sempat makan di kampus tadi." gerutunya dalam hati.
"Jack! Ayo makan malam dulu!"
Tiba-tiba saja tubuh Jack tersentak karena kak Vivi memanggilnya dari bawah.
"Iy..iya kak. Aku akan turun sebentar lagi." balas Jack dari dalam kamarnya. "Aduuhh..gimana nih? Aku malu ketemu kak Vivi." pikirnya dalam hati.
'Kruuukkkk' suara perut Jack yang sudah meronta-ronta karena sudah sangat kosong. Ia pun sontak memegangi perutnya yang kelaparan. Karena tidak ada pilihan lain, Jack pun memutuskan untuk turun dan makan malam bersama dengan kakak iparnya. Dia menuruni tangga pelan-pelan walaupun ia sendiri tak tahu kenapa ia melakukan hal itu.
Ketika sampai di lantai bawah ia menengok ke arah dapur tapi tak menemukan kak Vivi. Begitu juga saat ia melihat ke arah meja makan. Dirinya sedikit merasa lega.
"Untunglah, sepertinya kak Vivi sudah selesai makan dan masuk kembali ke kamarnya. Kalau begitu aku bisa lang...waaa" Jack terkejut karena tiba-tiba saja kak Vivi muncul dari balik meja konter dapur dengan memegang mangkuk sayur.
Nampaknya saat Jack turun, kak Vivi sedang mengambil mangkuk sayur dari laci meja konter dapur. Jadi Jack tak melihat kakak iparnya ada disana.
"Kamu sudah turun, Jack? Sebentar kakak ambilkan sayurnya. Kamu tunggu saja di meja makan." suruh kaka Vivi yang langsung saja dilakukan Jack yang juga tak berani menatap mata kakaknya.
Jack duduk dengan patuh selagi kakaknya menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Keringat mengalir dari dahinya karena ia merasa sangat gugup saat itu.
"Aa..aku bisa..ba..bantu apa kak?" Jack menawarkan diri untuk membantu kakaknya walau dengan terbata-bata.
"Ah, iya. Sini Jack." panggil kak Vivi.
Jack pun beranjak dari kursinya dan mendekati kak Vivi. Namun lagi-lagi Jack harus dibuat terkejut dan terpaksa mengalihkan pandangannya. Bagaimana tidak, Jack datang saat kak Vivi kebetulan sedang menunduk untuk mengambil benda dari laci meja konter dapur bagian paling bawah. Padahal saat itu ia sedang memakai gaun tidur berwarna merah muda dengan hiasan renda pada bagian dada dan bawahnya. Karena kak Vivi memakai gaun tidur, otomatis baju itu memiliiki belahan dada yang rendah dan panjangnya yang hanya setengah dari paha putih dan mulus kak Vivi.
Jack dapat melihat dengan jelas dada kakak iparnya yang besar menggantung di depannya. Dan lagi saat itu kak Vivi juga tidak memakai bra, sehingga membuat kedua gunung daging indah itu terlihat jelas. Bahkan sampai puting dan lingkaran disekitarnya yang berwarna merah muda sangat jelas terlihat. Dengan cepat Jack pun mengalihkan pandangannya walaupun ia masih ingin menatap keindahan itu.
"Kamu malah ngeliatin ke mana sih, Jack? Cepat sini bantu kakak menuangkan sayur ke dalam mangkuk." ucap kak Vivi pada Jack.
"Iy..iya kak." Jack pun melaksanakan apa yang diperintahkan oleh kaka iparnya tersebut.
Tak berselang lama, semua hidangan sudah siap berada di meja makan. Jack pun duduk yang diikuti oleh kak Vivi yang ada di depannya. Mata Jack kemudian tertuju pada dada kakak iparnya tersebut. Walaupun tertutup, tapi karena memang ukurannya yang besar, dada kak Vivi seolah ingin keluar dari gaun tidur yang terlihat sangat indah di tubuh kak Vivi. Jack dapat membayangkan bentuk dan rupa dari dada kakaknya itu dengan mudah karena ia beru saja mendapatkan " penglihatan" kembali.
"Kamu mau pakai sayur kan, Jack?" tanya kak Vivi yang membuyarkan lamunan jorok Jack.
"Eh, iya..pakai, kak." Jack pun memajukan mangkuknya kearah kak Vivi yang sudah mengulurkan tangan untuk menuangkan sayur untuknya.
Saat Jack menyerahkan mangkuknya, tangannya tak sengaja bersentuhan dengan tangan kak Vivi. Karena Jack sangat gugup, mangkuk yang terbuat dari melamin itu terjatuh sampai ke bawah meja.
"Ah, maaf kak." ucap Jack buru dan segera menunduk untuk mengambil mangkuknya.
Mangkuk itu terjatuh agak ke tengah bawah meja sehingga membuat Jack harus turu dan berlutut serta mengulurkan tangannya untuk meraih mangkuk itu. Dengan upaya lebih, Jack pun dapat meraih mangkuk itu. Karena meja makan tidak terlalu besar, wajah Jack pun dekat dengan kaki kakak iparnya yang sexy itu. Tapi bukan itu yang akhirnya membuat Jack terbelalak dan seketika memaksanya untuk berdiri sehingga membuatnya membentur keras meja makan.
Melihat hal itu, kak Vivi pun melongo ke bawah untuk melihat keadaan Jack.
"Kamu tidak apa-apa Jack? Kepalamu terbentur meja ya?" tanya kak Vivi yang nampak cemas.
"Iy..iya kak. Tapi aku sudah dapat mangkuknya kok." balas Jack dan ia pun kemudian kembali ke kursi. "Gila! Kak Vivi nggak pake daleman! Keindahan itu tepat berada didepanku tadi!" serunya dalam hati yang tanpa ia sadari telah membuat " si joni" bangkit.
"Kamu beneran nggak apa-apa, Jack? Wajah kamu memerah lo." tanya kak Vivi dengan raut wajah yang cemas.
"Aku nggak apa-apa kok kak. Mungkin aku cuma terlalu lapar," jawab Jack asal membuat alasan. Tidak mungkin juga ia mengatakan wajahnya memerah karena terangsang oleh selangkangannya yang baru saja ia lihat dengan jelas.
"Benarkah? Ayo makan kalau begitu." ajak kak Vivi.
Mereka berdua pun kemudian makan dengan lahap. Jack juga kadang melirik ke arah kakak iparnya dan kakaknya itu tersenyum manis saat ia bertemu pandang dengan Jack.
"Kakak belum turun, ya?" tanya
Jack.
"Sepertinya begitu, nanti aku akan antarkan makan malam untuknya," sahut kak Vivi.
Setelah selesai makan, kak Vivi pun mengumpulkan piring-piring kotor untuk kemudian membawanya ke tempat cucian kotor dan mencucinya. Tapi karena Jack merasa tidak enak karena selalu merepotkan, ia pun meminta kakaknya berhenti dan menggantikan tugas tersebut. Kakaknya berterima kasih dan tersenyum. Jack pun mengumpulkan piring kotor dan membawanya ke wastafel. Setelah itu ia pun segera mulai mencuci piring.
Ditengah Jack mencuci piring, kak Vivi berjalan mendekatinya dan berdiri tepat disampingnya.
100
"Bisa, Jack?" tanya kak Vivi dengan lembut.
"Bisa dong. Kalau cuci piring sih masih keciill buat Jack." ucap Jack menyombongkan diri.
Kak Vivi pun mendekatkan kembali tubuhnya ke tubuh Jack.
"Kamu sudah punya pacar di kampus belum, Jack?" tanya kak Vivi lagi.
"Ya belum dong, kak. Lagian belum juga sebulan Jack masuk kuliah." jawab Jack sambil terus menggosok piring kotor dengan spons yang penuh busa sabun.
Lagi-lagi kak Vivi mendekat. Kali ini mereka sangat dekat. Bahkan Jack dapat merasakan dada kenyal kak Vivi menyentuh lengannya.
"Eh, biar Jack lanjutin cuci piringnya, kak. Kak Vivi Isthirahat saja." kata Jack yang mulai salah tingkah. Ia tahu betul kakak iparnya itu tidak memakai bra sehingga kekenyalan dari dadanya semakin terasa di lengan Jack.
"Jack, kakak boleh tanya sesuatu ?" ucap kak Vivi dengan lembut dan memilin-milin rambut panjangnya.
"Ta...tanya a...apa, kak?" Jack sudah semakin gugup.
"Kamu lihat, kan" tanya kak Vivi dengan berbisik di telinga Jack.
Saking terkejutnya, Jack tanpa sengaja melempar piring kotor yang sedang ia bersihkan. Beruntung refleknya cepat dan ia berhasil menangkap piring itu kembali. Setelah menangkap piring itu, mata Jack pun bertemu dengan mata kak Vivi, dan kak Vivi pun tersenyum penuh makna padanya.