Chereads / Gairah Kakak Tiri / Chapter 5 - Chapter 5 "Sendiri”

Chapter 5 - Chapter 5 "Sendiri”

Kelas kuliah Jack telah selesai hari itu. Namun hari masih terlalu sore untuk Jack pulang. Jack dan para sahabatnya sedang nongkrong di food court kampus mereka dan asyik dengan handphone mereka masing-masing. Suasana food court sore itu sudah tak seramai siang tadi. Bahkan sudah ada beberapa penjual yang tutup. Jack dan yang lainnya memang tidak ingin makan disana. Mereka hanya mencari tempat yang enak untuk menghabiskan waktu saja. Di depan mereka berempat pun hanya ada gelas minuman.

"Ahhh, aku bosan! Enaknya kemana nih?" tanya Jack seraya merenggangkan tubuhnya.

"Mau kemana sore-sore begini?" sahut William.

"Si Silvi juga paling sebentar lagi pulang karena harus kerja. Iya kan?" tanya Ronald pada Silvi yang masih memainkan handphone nya.

Silvi hanya menjawab dengan mengangkat kedua alisnya dengan mata yang tetap tertuju pada layar handphone.

"Kamu kasih di café itu, Sil?" tanya Jack yang berusaha mencari topik pembicaraan.

"Memang kau tahu aku kerja dimana lagi?" jawab Silvi dengan ketus.

"Katanya Will kamu mau keluar?" tanya Jack lagi.

William pun terkejut dengan pertanyaan Jack dan memberi isyarat pada Jack untuk berhenti bertanya dengan wajah yang panik. Dia lalu melirik pada Silvi yang telah menatapnya dengan tajam. William pun hanya meringis dengan tatapan maut Silvi.

"Dasar bawel!" ketus Silvi yang kembali menyibukkan diri dengan handphone nya.

"Loh, kenapa sih?" Jack nampak bingung.

"Sstt, jangan diterusin. Nanti Silvi bisa marah," bisik Ronald pada Jack.

Jack pun nenurut saja dengan kecewa karena merasa ketinggalan satu berita dari teman-temannya yang telah dahulu tahu.

"Aku mau balik," kata Silvi yang tiba-tiba saja berdiri dan menyahut tasnya dari atas meja dan berjalan menjauh. Tapi baru satu langkah dia berjalan, Silvi berhenti dan membalikkan badannya. "Nggak usah tanya-tanya soal tadi, Jack. Awas juga buat yang cerita-cerita." Ancam Silvi yang membuat Jack, William dan Ronald memilih untuk menatap ke arah lainnya dari pada melihat tatapan tajam Silvi. Setelah itu Silvi pun kembali berjalan menjauh dan melambaikan tangan pada teman-temannya tanpa berbalik badan sambil terus berjalan

"Memangnya ada apa sih?" tanya Jack yang masih penasaran.

"Ahh..aku...kayanya mau pulang juga deh," William terlihat kikuk dan meraih tasnya.

"Loh, kok pulang?" ucap Jack yang tambah kecewa." Kamu masih disini kan, Ron?" tanya Jack pada Ron yang juga sudah bersiap-siap untuk pulang.

"Ehm, aku lupa kalau aku harus... ah, ngasih makan anjing peliharaanku ," ucap Ron yang melirik pada Wiliam.

"Kamu mau ikutan balik, Ron? Kasih makan anjing apaan? Kamu kan nggak punya anjing!" sahut Jack yang kecewa dengan kedua temannya.

"Ah iya ya. Oh iya, ini mau sekalian beli di jalan, dah ya Jack. Bye ." pamit Ron yang juga diikuti oleh William di belakangnya sambil melambaikan tangan dan meringis.

"Apa apaan sih mereka itu? Malah pada pulang semua. Terus aku ngapain sendirian disini? Mending pulang saja terus main game di kamar ." Jack pun memutuskan untuk pulang juga dirumah karena ditinggal sendirian oleh teman-temannya.

Sesampainya dirumah, Jack memarkirkan motornya di garasi dan masuk ke dalam. Suasana rumah saat itu sangat sepi. Tidak kelihatan kak Brian maupun kak Vivi. Kalau kak Brian memang sudah biasa tak berkeliaran di rumah walaupun dia seharian di rumah saja.

Kak Brian biasanya bekerja di ruang kerjanya di lantai dua dekat dengan kamar Jack. Jika sedang bekerja, ia biasa mengunci diri disana. Bahkan kak Vivi pernah bilang kak Brian pernah di dalam ruang kerjanya selama tiga hari berturut-turut. Kak Vivi hanya bisa menyediakan makanan yang ia taruh di depan pintu ruang kerja suaminya dan mengambilnya saat mengantarkan makanan selanjutnya.

Karena sudah hapal dengan kebiasaan suaminya yang mengunci diri saat fokus bekerja, kak Vivi sampai menyiapkan beberapa pakaian ganti di dalam ruang kerja suaminya karena di dalamnya sudah ada kamar mandi pribadi.

Saat Jack libur kuliah pun ia pernah melihat kakaknya mulai bekerja pukul sembilan pagi dan baru keluar dari ruangannya pada tengah malam. Mungkin pekerjaan sebagai kartunis memang membutuhkan privasi agar bisa membuatnya nyaman untuk bekerja karena yang diandalkannya adalah imajinasi yang katanya mudah buyar saat diganggu fokusnya.

Jack berjalan menuju dapur untuk mencari makanan yang ada di lemari es. Namun yang ia temukan hanya beberapa buah apel. Jack pun mengambil sebuah apel dan berjalan menuju kamarnya di lantai atas. Tapi saat ia hendak naik tangga, langkahnya terhenti. Ia mendengar sesuatu dari kamar kakaknya.

"Jangan-jangan mereka lagi' main' lagi sekarang." terka Jack.

Dia pun tak ingin mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Kemudian ia pun memutuskan untuk naik kelantai dua dan mengunci diri di kamar untuk bermain game di PC nya sesuai rencana.

Setelah berada di lantai dua, Jack terkejut. Ia mendengar alunan musik klasik dari dalam ruang kerja kakaknya. Yang menandakan bahwa ia ada di dalam dan sedang bekerja. Kak Brian selalu saja mematikan musik saat ia keluar walaupun hanya sebentar.

"Kalau kakak masih ada di dalam, suara apa tadi dari dalam kamar kak Brian?" tanya Jack dalam hati. " Jangan-jangan ada pencuri!" terka Jack.

Ia pun lalu memutuskan untuk turun ke bawah dan memeriksa kamar kakaknya.

"Kemana kak Vivi? Biasanya dia sore-sore begini dia lagi asyik nonton drama korea favoritnya di ruang TV? Apa kak Vivi lagi pergi keluar?" Jack bertanya-tanya dalam hati dan terus berjalan dengan perlahan.

Sesampainya di dapur, diraihnya penggiling adonan roti yang tergeletak disana.

"Ini pasti kak Vivi yang sedang membuat kue. Tapi kenapa belum selesai tapi sudah ditinggalkan? Mana masih berantakan semua." Jack lalu kembali melanjutkan berjalan menuju kamar kakaknya.

Setelah dekat ia mendengar suara itu memang berasal dari kamarnya. Ia tak bisa memastikan suara apa itu, tapi suara itu terus menerus terdengar. Dan juga karena rumah dalam keadaan sangat sepi, maka suara itu semakin terdengar.

Jack sampai di pintu kamar dimana ia teringat kejadian semalam yang mana adrenalinnya sangat terpacu dan membuatnya harus memuaskan dirinya sendiri di kamar. Jack terhenti tepat di depan kamar kakaknya. Walaupun tertutup, tapi ia bisa melihat pintu itu tidak terkait. Sehingga dengan mudah saja Jack mendorong sedikit demi sedikit pintu itu dan dengan sangat perlahan juga. Lalu ditahannya pintu itu agar tidak tertutup kembali.

Lagi-lagi Jack merasa sangat terkejut. Ia melihat kak Vivi sedang duduk bersandar di atas kasur. Kaosnya tersingkap sampai dadanya yang sempurna terlihat dengan jelas. Tangan kirinya sibuk meremas-remas gundukan daging yang berwarna putih tersebut. Sedangkan tangan kanan kak Vivi sedang memegang sebuah alat yang dimana alat itu ia tempelkan di alat kelaminnya yang sudah terbuka tanpa sehelai benang pun. Kakinyapun terbuka lebar dan celananya masih tersangkut di salah satu kakinya.

"Kak Vivi 'main' sendiri?" pikir Jack dalam hati yang melihat kak Vivi sedang asyik. mengerang-erang keenakan karena getaran dari vibrator di area kewanitaaanya.

Jack pun menelan ludah karena tak menyangka pemandangan itu akan dia saksikan. Dapat dilihatnya wajah kak Vivi yang memerah karena sangat terangsang diiringi erangan pelan dari bibir tipis merah mudanya.

Namun kali ini Jack segera sadar akan kesalahannya dan memutuskan untuk tidak mengulanginya lagi. Ia pun segera beranjak dari sana. Tapi saat ia baru mencapai langkah yang kedua. Ia lupa menahan pintu dan membuat pintu itu tertutup dengan menimbulkan suara lumayan keras.

Mendengar suara itu, Jack langsung saja berlari dengan berusaha tidak membuat suara apapun juga. Akhirnya ia berhasil mencapai kamarnya dan menutup rapat-rapatnya pintu kamarnya lalu duduk diatas kasurnya dengan jantung yang masih berdegup dengan kencang.

"Sialan! Kenapa aku lepasin begitu saja pintu itu? Tapi kenapa kak Vivi sudah 'main' sore-sore begini sih? Ia kan baru main semalam sama kakak." Keluh Jack dalam hati seraya mengelap keringat dari dahinya.

Kemudian jantung Jack merasa mau copot karena tiba-tiba saja ia mendengar ketukan di pintu kamarnya.

"Jack? Kamu sudah pulang?"

Ternyata kak Vivi yang mengetuk pintunya. Jack pun panik dan bingung mau menjawab apa. Tidak mungkin juga ia diam untuk pura-pura belum pulang

"I..iya kak, aku sudah pulang." jawab Jack.

Kak Vivi diam sejenak di balik pintu sampai ia kembali bicara. "Ya sudah, kakak mau bikin makan malam untuk kita. Nanti kalau sudah jadi kamu kakak panggil ya?" kata kak Vivi.

"Iya kak, nanti aku turun kalau sudah jadi."balas Jack.

Setelah itu ia mendengar langkah kak Vivi pergi menjauh dan turun ke lantai bawah yang dimana tak didenganrya tadi.

"Kak Vivi tahu nggak ya aku tadi habis ngintip dia?" pikir Jack dalam hati.