Chereads / Gairah Kakak Tiri / Chapter 3 - Chapter 3 "Interogasi”

Chapter 3 - Chapter 3 "Interogasi”

Kak Brian menatap tajam pada Jack yang tak menundukkan kapalanya karena tak berani menatap kakaknya. Jack sadar bahwa yang dilalukannya sangat salah dan patut jika mendapat hukuman dari kakaknya.

Selama ini Jack memang sangat hormat pada kakaknya. Disamping kakaknya selalu mencontohkan hal yang baik padanya. Didikan dari orang tuanya berpengaruh penting bahwa dirinya tidak boleh kurang ajar dan melawan pada orang yang lebih tua.

Karena itu juga, Jack saat itu merasa seperti sedang disidang oleh kedua orang tuanya karena telah berbuat kenakalan yang sudah sangat keterlaluan.

Kak Vivi berjalan mendekat dan meletakkan dua gelas teh di atas meja. Satu untuk suaminya dan satunya lagi untuk dirinya. Saat menaruh gelas untuk Jack, dia yakin sekali kak Vivi mengedipkan matanya pada Jack seraya tersenyum manis. Tentu saja Jack merasa sangat bingung dengan sikap kakak iparnya tersebut. Tapi pandangannya kembali tertunduk setelah kak Brian menaruh handphone nya dengan sedikit keras ke atas meja.

"Apa yang sudah kamu lakukan? Kamu pikir yang kamu lakukan itu benar? Orang tua kita tidak mengajarkan hal itu pada kita bukan?" tanya kak Brian dengan tegas serta tangan yang menyilang di depan dadanya.

"Eee..anu kak...aku...saat itu..." Jack seketika menjadi gagap dan tak bisa menjawab kakaknya dengan benar.

"Kamu kira kakak nggak bakalan tahu yang kamu lakukan? Kamu kira kamu bisa bersembunyi seperti itu dari kakak? Kakak bisa tahu walaupun kaka tidak melihat secara langsung kamu melakukan hal itu." ujar kak Brian lagi yang makin meninggikan nada bicaranya.

"Soalnya itu kak, pintunya..." Jack bisa merasakan dirinya berkeringat lebih deras.

"Pintu? Kenapa pintunya?" sahut kak Brian.

"Pin..tunya...be..lum ter...tutup." jawab Jack pada akhirnya yang masih saja tergagap-gagap.

"Belum tertutup?" tanya kak Brian yang malah semakin marah.

"I..iya kak...pintu..nya..ter..buka se..sedikit." jawab Jack dengan terbata-bata.

"Apa yang kamu katakan? Ngomong yang jelas, jangan kaya orang gagap gitu!" desak kak Brian.

Jack menelan ludahnya untuk membasahi tenggorakannya yang terasa sangat kering. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan pelan. Jack sadar kalau ia harus menghadapi konsekuensi atas perbuatannya yang tidak senonoh itu. Mau tidak mau ia harus menerima hukuman dari kakaknya, bahkan jika itu adalah diusirnya dia dari rumah kakaknya dan kembali ke rumah orang tuanya.

"Iya, kak. Aku minta maaf," ucap Jack dengan pelan walaupun sudah terdengar tak terbata-bata.

"Apa? Kakak nggak dengar!" ucap tegas kak Brian.

"Aku minta maaf, kak." balas Jack dengan lebih keras meski belum berani menatap mata kakaknya.

"Kenapa kamu melakukan hal itu? Kakak tahu kamu sudah dewasa, tapi orang tua kita membesarkan kita dengan mewanti-wanti untuk tidak melakukan hal itu bukan?" tanya kak Brian yang nada bicaranya tidak setinggi tadi.

"Soalnya itu kak..." Jack berhenti

bicara.

"Soalnya kenapa?" desak kak Brian.

"Kakak tidak menutup pintu dengan benar." jawab Jack mengatakan alasan kenapa ia mengintip semalam.

Walaupun ia tahu bahwa sebenarnya ia bisa saja tidak melakukannya dan memilih untuk kembali ke kamarnya sendiri. Tapi lagi-lagi karena rasa penasaran yang tinggi, dan tentu saja juga karena birahi yang tinggi juga, membuatnya melakukan hal tersebut.

Bahkan ia sempat bertatap mata dengan kak Vivi di tengah-tengah pergumulan antara kak Brian dan kak Vivi. Di kesempatan kedua itu Jack malah memilih untuk melanjutkan kegiatan terlarangnya demi memuaskan nafsu duniawinya.

Sejujurnya Jack juga merasa sangat bersalah telah melihat kemolekan tubuh kak Vivi yang jika bisa dikatakan, merupakan tipe tubuh wanita yang sangat ia sukai dan ia damba-dambakan. Kak Vivi adalah perwujudan kesempurnaan dari sosok wanita yang ingin dimiliki oleh Jack.

Jack memang sudah terkenal playboy semasa ia bersekolah di bangku SMA. Dan juga ia didukung dengan keuangan yang mumpuni yang berasal dari kedua orangtuanya yang memang kaya raya. Dari modal tubuh atletis -yang ia dapat karena dia suka bermain basket dan juga sempat ikut klub basket-, wajah yang tampan, serta banyak uang. Membuat ia sangat mudah mendapatkan gadis yang dia inginkan. Karena hal itu pula ia sedikit nakal dalam urusan dengan wanita walaupun nilai-nilainya juga tidak bisa dikatakan buruk di sekolah.

Jack juga tak langsung melanjutkan ke jenjang kuliah setelah ia lulus sekolah. Dia merasa lebih bebas karena tak terkekang peraturan sekolah dan juga bebas untuk keluar malam. Dari sini lah Jack lebih mengenal dunia malam dan sering bergonta-ganti pasangan. Free Sex sudah merupakan hal yang lumrah bagi dirinya. Apalagi saat itu orangtuanya sering keluar negeri untuk bekerja dan hanya memberikan uang untuk Jack. Sampai tak terasa Jack sudah hampir dua tahun hidup dalam hingar bingar kehidupan malam di balik kekayaan orang tuanya. Meskipun hampir setiap malam pergi ke klub malam dan minum minuman keras. Jack tidak pernah sekalipun mendekati narkoba dan obat-obatan terlarang. Sejak kecil orangtuanya sudah mencegah kedua anaknya dari bahaya dan obat-obatan terlarang karena mendapatkan contoh langsung dari paman mereka harus meregang nyawa karena terjerat narkoba.

Berbeda sekali dengan Brian yang sejak lulus SMA dia sudah tahu apa kelebihannya dan memilih kampus mana yang akan menunjang bakatnya sebagai kartunis. Bagaikan langit dan bumi, Brian tidak suka dengan hingar bingar kehidupan malam. Hidupnya sangat lurus dan tidak "neko-neko". Setelah lulus kuliah, Brian pun menekuni pekerjaannya sebagai kartunis dan saat ini namanya sudah mulai besar dan terkenal di bidangnya. Sampai ia beberapa kali bekerja untuk proye-proyek besar dan mendapatkan banyak uang dari sana. Dari pekerjaannya itu pula Brian bisa mandiri untuk tidak lagi meminta uang pada orang tuanya dan bisa membeli rumah. Kemudian bertemu dengan Vivid an tak lama kemudian dan menikahinya.

Melihat hal itu, kedua orangtua Jack merasa bersalah dan menyesal karena sudah memanjakan Jack dengan harta mereka. Mereka pun memutuskan untuk berhenti memberikan uang yang banyak pada Jack dan menganjurkan padanya untuk kuliah. Walaupun semapt menolak, akhirnya ia menurut juga setelah kakaknya ikut turun tangan.

Jack pun sadar setelah juga di nasehati oleh kakaknya yang sudah sukses diusia muda. Akhirnya pada umur kedua puluh tahunnya, Jack memutuskan untuk pergi kuliah dan mendapatkan kampus yang berdekatan dengan rumah Brian.

Sejak saat itu juga orang tua Jack menitipkan Jack pada Brian agar bisa lebih dewasa dan kuliah dengan benar. Serta menitipkan sebagian besar uang untuk kuliah pada Brian. Dan sejak saat itu juga mereka tinggal bertiga bersama dan Jack memulai masa kuliahnya.

"Apa maksud kamu kakak tidak menutup pintu dengan benar?" tanya kak Brian dengan wajah bingung.

"Iya benar itu kak," jawab Jack.

"Apa hubungannya kamu mendaftar ikut kegiatan mahasiswa pecinta alam dengan pintu kakak?" kak Brian semakin tidak mengerti dengan jawaban dari adiknya tersebut.

Seketika Jack mendangakkan kepalanya dan melihat pada kakanya dengan tatapan bingung juga. Dia pun kemudian melirik pada kak Vivi yang berada di belakang kak Brian yang dimana sedang tertawa dengan tak bersuara dan menutupi mulutnya dengan tangan.