Malam itu tiba, dan Shirou berdiri di balkon Twilight Manor, menatap bulan yang bersinar lembut di langit malam. Cahaya bulan memberikan suasana yang tenang, namun pikirannya masih penuh dengan perenungan setelah hari yang panjang, di mana ia akhirnya membuka masa lalunya kepada Loki Familia.
Tiba-tiba, dia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya. Ketika dia menoleh, dia melihat Aiz datang menghampirinya. Aiz tampak sangat cantik dalam balutan pajama dress putih yang sederhana, kecantikannya seperti boneka hidup yang penuh dengan keanggunan. Shirou sejenak terpesona melihat sosok Aiz di bawah cahaya bulan, yang menambah kesan misterius pada dirinya.
"Shirou," panggil Aiz dengan suaranya yang lembut, menghentikan langkahnya di samping Shirou. "Aku ingin berterima kasih... karena kau telah membuka masa lalumu tadi pagi. Itu pasti tidak mudah bagimu. Dan sekarang... aku juga ingin membuka masa laluku padamu."
Shirou menatap Aiz dengan penuh perhatian, merasakan betapa pentingnya momen ini. Dalam hati, Aiz tahu bahwa dengan membuka masa lalunya, dia akan mulai bergantung pada Shirou. Itu bisa membuatnya lemah, dan dia benci merasa lemah. Namun, Shirou adalah pengecualian. Di mata Aiz, Shirou adalah pahlawan—seseorang yang dia percaya akan menyelamatkannya, seperti pahlawan dari masa lalunya.
Aiz mulai bercerita dengan suara yang lembut namun penuh dengan kesedihan yang tersembunyi. "Aku lahir 1000 tahun yang lalu... sebelum para dewa turun ke dunia fana."
Shirou mengingat kembali percakapan mereka di lantai 50, saat Aiz menyebutkan bahwa dia sudah berusia lebih dari 1000 tahun. Saat itu, Shirou mengira Aiz hanya bergurau, tapi sekarang dia tahu bahwa Aiz benar-benar serius.
"Ayahku adalah Albert Waldstein, seorang pahlawan di masa itu," lanjut Aiz, melihat sekilas ke arah Shirou, mengetahui bahwa dia mungkin tidak mengenal nama itu. Aiz tersenyum kecil, memahami situasinya. "Tentu saja, kau tidak akan mengenalinya, karena kau berasal dari dunia lain."
Shirou membalas senyumannya dengan anggukan penuh pengertian. Aiz kemudian melanjutkan ceritanya, kali ini tentang ibunya.
"Ibuku adalah Aria, seorang Spirit angin yang membantu ayahku dalam perjuangannya."
Mendengar nama Aria, Shirou langsung teringat pada Corrupted Spirit yang mereka lawan di lantai 59, yang berteriak memanggil nama Aria. Sekarang semuanya mulai masuk akal bagi Shirou.
"Kelahiranku adalah sesuatu yang... tidak biasa," lanjut Aiz, suaranya sedikit lebih tenang. "Spirit tidak bisa memiliki anak. Tapi entah bagaimana, aku dilahirkan... dan aku menghabiskan waktu yang indah bersama kedua orang tuaku."
Shirou tersenyum melihat Aiz, wajahnya tampak berseri-seri saat mengingat momen-momen bahagia dengan orang tuanya. Itu adalah momen kebahagiaan yang sederhana, namun sangat berharga.
Namun, kebahagiaan Aiz tidak bertahan lama. "Sampai suatu hari, kami diserang oleh Black Dragon. Ayahku berhasil melukainya dan mengubahnya menjadi One-Eyed Black Dragon, tapi dia tidak bisa mengalahkannya sepenuhnya. Ibuku, Aria, menyegelku di tempat yang aman... sementara mereka berdua menghadapi nasib mereka."
Aiz terdiam sejenak, memandangi langit malam dengan mata yang penuh kesedihan. "Aku tersegel di tempat itu selama 1000 tahun, sebelum akhirnya ditemukan oleh Loki Familia... delapan tahun yang lalu."
Shirou kini sepenuhnya mengerti mengapa Aiz pernah mengatakan bahwa dia sudah hidup lebih dari 1000 tahun. Sementara dunia terus berubah, Aiz berada dalam kegelapan, menunggu hingga saat itu tiba.
"Sejak aku bergabung dengan Loki Familia, aku hanya punya satu tujuan. Aku berusaha keras menjadi lebih kuat... agar aku bisa mengalahkan One-Eyed Black Dragon, makhluk yang telah merenggut kedua orang tuaku." Suaranya penuh dengan tekad, tetapi ada juga rasa kesepian yang mendalam di dalamnya.
Shirou, tanpa ragu, melangkah lebih dekat dan memeluk Aiz dengan lembut. "Aiz, kau tidak perlu memikul beban ini sendiri. Aku berjanji, kita akan melakukannya bersama. Aku akan membantumu mengalahkan One-Eyed Black Dragon."
Aiz awalnya ingin membantah, merasa bahwa ini adalah tugas yang harus dia hadapi sendiri. Tapi dia tahu bahwa Shirou bukanlah seseorang yang hanya bicara tanpa tindakan. Berkali-kali, Shirou telah menunjukkan bahwa dia bersedia menghadapi musuh yang jauh lebih kuat demi menyelamatkan orang lain.
Dalam hati, Aiz berbicara kepada ayahnya, yang sudah lama tiada. "Ayah... aku telah menemukan pahlawan itu. Pahlawan yang akan menyelamatkanku."
Mereka berdua duduk berdampingan, menikmati malam yang tenang di balkon, di bawah sinar bulan yang lembut. Shirou dan Aiz, dua jiwa yang dipenuhi oleh masa lalu yang berat, kini saling berbagi beban. Mereka tahu bahwa bersama-sama, mereka bisa menghadapi apa pun yang datang.
Setelah beberapa saat berdiam di bawah sinar bulan, Shirou dan Aiz menikmati keheningan yang penuh pengertian. Tidak ada kata-kata yang perlu diucapkan; kehadiran mereka di samping satu sama lain sudah cukup untuk menenangkan hati mereka yang penuh dengan kenangan masa lalu.
Aiz, yang jarang membiarkan dirinya merasa nyaman di dekat orang lain, kali ini merasa berbeda. Dia melirik Shirou dari sudut matanya, memperhatikan wajahnya yang diterangi oleh cahaya bulan. Wajah Shirou tampak tenang, tetapi penuh dengan tekad yang selalu membuat Aiz kagum. Shirou, dengan segala rahasianya dan masa lalu yang berat, tetap berdiri teguh sebagai seseorang yang akan selalu melindungi orang lain—sama seperti ayahnya dulu.
Aiz merasakan sesuatu yang aneh bergetar di dalam dirinya. "Apakah ini yang disebut... rasa nyaman?" pikir Aiz dalam hati. Dia jarang merasakan hal seperti ini sebelumnya. Shirou berbeda dari siapa pun yang pernah dia temui. Ada ketulusan dan kekuatan dalam dirinya yang membuat Aiz merasa... terhubung.
Tanpa sadar, Aiz menatap Shirou lebih lama, memperhatikan setiap detail wajahnya. "Dia selalu berjuang tanpa pamrih," pikir Aiz, hatinya mulai berdebar sedikit lebih cepat. Dia bukan hanya sekadar petualang yang kuat. Ada sesuatu yang lebih dalam diri Shirou, sesuatu yang membuatnya merasa... lebih aman di dekatnya.
Shirou, yang merasakan tatapan Aiz, menoleh ke arahnya dengan senyum lembut. "Kau baik-baik saja, Aiz?" tanyanya, suaranya penuh perhatian.
Aiz tersentak sedikit, merasa malu karena ketahuan sedang memperhatikannya. Wajahnya memerah sedikit, meskipun dia berusaha menyembunyikannya. "A-Aku baik-baik saja. Hanya... berpikir," jawabnya dengan nada pelan.
Shirou mengangguk, tidak menyadari kegugupan Aiz. "Jika ada sesuatu yang mengganggumu, kau tahu aku selalu ada di sini, bukan?" ucap Shirou, mengulurkan tangannya seolah memastikan bahwa dia akan selalu berada di sisinya.
Aiz menatap tangan Shirou sejenak, dan hatinya terasa lebih tenang. "Ya, aku tahu," jawabnya, suaranya lebih lembut dari sebelumnya.
Mereka duduk bersama untuk beberapa saat lagi, hingga akhirnya Aiz menyadari bahwa sudah larut malam. Dia berdiri perlahan, merapikan rambut pirangnya yang tertiup angin malam. "Aku... harus kembali ke kamarku. Besok kita masih banyak yang harus dilakukan."
Shirou tersenyum, berdiri dan mengangguk. "Tentu, aku juga akan kembali. Selamat malam, Aiz."
Aiz memandang Shirou sejenak, perasaan hangat menyelimuti hatinya. "Selamat malam, Shirou," jawabnya pelan.
Saat Aiz berjalan meninggalkan balkon, dia tidak bisa menahan diri untuk melihat sekali lagi ke arah Shirou, yang masih berdiri di tempatnya. Ada perasaan baru yang mulai tumbuh di dalam hatinya, perasaan yang telah tumbuh di hatinya.
"Shirou... kau memang pahlawan yang selama ini aku cari," pikir Aiz sebelum akhirnya kembali ke kamarnya, hatinya berdebar pelan saat dia memikirkan sosok Shirou.
Keesokan harinya, Shirou berada di dapur Twilight Manor, memasak sarapan untuk anggota Loki Familia seperti biasa. Dia telah terbiasa dengan rutinitas ini sejak bergabung, dan menikmati bagaimana memasak bisa menjadi momen tenang sebelum hari penuh petualangan dimulai. Setelah semuanya siap, dia mulai menghidangkan sarapan kepada para anggota Familia, termasuk kepada Loki, yang sudah duduk di meja dengan wajah penuh antisipasi.
Saat Shirou menghidangkan sepiring sarapan di depan Loki, sang dewi menyeringai lebar. "Hei, Shirou! Aku jadi penasaran, di duniamu ada dewa Loki juga, kan? Jadi, gimana dia? Pasti sehebat aku, 'kan?"
Shirou, yang awalnya sibuk menyiapkan hidangan lain, berhenti sejenak. Dia menggaruk kepalanya, tampak sedikit bingung dengan pertanyaan itu. "Uh... aku tidak banyak tahu tentang dewa Loki dari mitologiku, tapi yang aku tahu... dia dikenal sebagai dewa penipu. Dan, yah... dia juga yang menyebabkan awal mula Ragnarok—kehancuran besar di dunia."
Begitu mendengar jawaban itu, Loki, yang sedang menyesap air dari gelasnya, langsung menyemburkan air dari mulutnya. "APA?!" serunya, masih terbatuk-batuk karena kaget.
Shirou memandang Loki dengan sedikit canggung, merasa agak salah menjawab. Namun, Loki yang mendengar itu segera mengingat masa lalunya di Tenkai—dunia para dewa. "Hmm... Itu terdengar cukup mirip dengan apa yang kulakukan dulu sebelum aku turun ke Genkai (dunia fana)," pikirnya dalam hati, sambil menahan tawa atas kenangan nakalnya di dunia dewa.
Setelah merasa sedikit lebih tenang, Loki menatap Shirou dengan senyum nakal. "Oke, tapi... setidaknya, Loki di duniamu itu secantik aku, kan? Ayo, Shirou, beri tahu aku kalau versi dewa Loki di duniamu juga mempesona seperti ini!"
Shirou terdiam sejenak, tidak yakin bagaimana harus menjawab pertanyaan itu. Setelah berpikir beberapa detik, dia akhirnya berkata dengan ragu, "Ehm... aku tidak pernah bertemu langsung dengan dewa Loki di duniaku. Tapi menurut mitologi... Loki di sana digambarkan sebagai... laki-laki."
Sekali lagi, Loki yang baru saja merasa pulih dari batuknya langsung tersedak mendengar jawaban itu. "APA? Laki-laki?!" serunya dengan suara parau.
Suasana di meja makan menjadi riuh ketika anggota Loki Familia yang mendengar percakapan itu tidak bisa menahan tawa mereka. Tiona, Tione, dan Bete tertawa terbahak-bahak, sementara Finn dan Riveria hanya tersenyum, menahan tawa dengan lebih sopan.
"Loki sebagai laki-laki?! Aku tidak bisa membayangkannya!" seru Tiona sambil tertawa, air mata keluar dari matanya karena begitu terhibur.
"Ini benar-benar lucu! Bayangkan Loki dengan kumis!" tambah Bete sambil memegangi perutnya yang sakit karena tertawa terlalu keras.
Loki, yang merasa gengsinya sedikit terguncang, hanya bisa duduk di sana dengan wajah kesal sambil mengusap tenggorokannya. "Tsk, laki-laki ya? Mitologi duniamu aneh, Shirou. Sangat aneh!" Namun, di balik kekesalannya, dia tidak bisa menahan senyum kecil yang muncul di sudut bibirnya.
Shirou, meski merasa sedikit bersalah karena membuat Loki tersedak, tidak bisa menahan senyum kecilnya juga. Pagi itu, suasana di meja makan dipenuhi dengan tawa dan kegembiraan berkat percakapan yang tidak terduga itu.
Setelah sarapan selesai, suasana di ruang makan Loki Familia perlahan-lahan mulai tenang. Namun, sebelum semua orang benar-benar bubar, Loki dan Finn berdiri, meminta perhatian seluruh anggota yang masih berada di meja. Loki, dengan senyum nakal di wajahnya, jelas sedang bersiap-siap untuk mengumumkan sesuatu yang penting.
"Oke, oke, dengar semua!" kata Loki dengan nada riang. "Kami punya pengumuman penting buat kalian semua!"
Finn melanjutkan dengan sikap lebih serius, meskipun tetap santai seperti biasanya. "Aku mendapat informasi dari Hermes bahwa ada rumor baru tentang Dungeon. Kabarnya, ada jalan masuk lain ke Dungeon yang selama ini tidak diketahui."
Anggota Loki Familia mulai bergumam di antara mereka, penasaran dengan informasi baru ini. Shirou, yang duduk di sudut, mendengarkan dengan penuh perhatian.
Loki melanjutkan. "Kabar ini benar-benar menarik, dan setelah menyelidiki lebih jauh, Guild juga mengonfirmasi informasi ini. Ada jalan masuk ke Dungeon yang terhubung dengan kota Melen, sebuah kota pesisir di dekat pantai."
"Jalan masuk ke Dungeon di dalam laut," tambah Finn, mengarahkan tatapannya ke seluruh anggota yang mulai bersemangat. "Kita akan pergi ke sana untuk menyelidiki apakah jalan itu masih tersegel seperti yang dikatakan oleh sejarah."
Mendengar kata "pantai" dan "kota Melen," suasana langsung berubah. Banyak anggota Loki Familia yang tampak antusias, bahkan mulai membayangkan petualangan baru yang menanti mereka di kota pesisir yang indah itu.
"Wow, kita akan ke pantai!" seru Tiona, matanya bersinar penuh semangat. "Aku sudah lama ingin pergi ke tempat seperti itu!"
Tione tersenyum dan berkata dengan nada santai, "Sepertinya ini akan menjadi misi yang menyenangkan."
Namun, sebelum semua orang menjadi terlalu bersemangat, Loki tertawa terbahak-bahak dan melambaikan tangannya untuk menenangkan mereka. "Tunggu, tunggu dulu! Guild sudah khawatir kalau seluruh Loki Familia pergi dari Orario, kota ini bisa kacau balau. Jadi...," Loki berhenti sejenak, menatap semua orang dengan senyum licik, "hanya anggota perempuan yang akan pergi ke Melen kali ini!"
Seluruh ruangan kembali dipenuhi dengan sorakan dan tawa dari para petualang perempuan di Loki Familia, terutama dari Tiona, Tione, dan Lefiya yang langsung tertawa senang.
"Yesss! Pantai!" seru Tiona sambil melompat kegirangan.
"Kurasa kita akan punya waktu yang menyenangkan di Melen," tambah Tione sambil tersenyum licik, melihat kesempatan ini sebagai waktu yang sempurna untuk bersantai di tepi laut.
Di sisi lain, anggota laki-laki seperti Bete dan Gareth hanya bisa menghela napas kecewa, merasa ditinggalkan.
"Tch, jadi kita cuma tinggal di sini?" keluh Bete, merasa sedikit cemburu dengan kesempatan untuk pergi ke pantai yang hanya diberikan pada anggota perempuan.
Shirou, yang mendengarkan dari sudut, hanya bisa tersenyum kecil. Meskipun dia bukan bagian dari kelompok yang akan pergi, dia merasa senang melihat semangat teman-teman perempuannya yang begitu antusias dengan rencana tersebut.
Loki tertawa puas melihat reaksi mereka semua. "Baiklah, persiapkan dirimu! Kita berangkat ke Melen besok pagi. Dan kalian yang tinggal di Orario, jaga kota ini baik-baik, ya!"
Keesokan harinya, Shirou sibuk membantu para anggota perempuan Loki Familia bersiap-siap untuk perjalanan mereka ke Melen. Dia membantu mengemas perbekalan, memastikan peralatan sudah lengkap, dan memeriksa kembali apakah ada yang tertinggal. Meski dirinya tidak ikut, Shirou merasa senang bisa membantu rekan-rekannya mempersiapkan perjalanan ini.
Saat dia sedang memeriksa perbekalan Aiz, tiba-tiba Aiz mendekat, tampak ragu sejenak sebelum akhirnya bertanya. "Shirou...," katanya pelan, "Aku akan merindukan masakanmu selama perjalanan nanti. Apa... kau bisa ikut bersama kami ke Melen?"
Shirou terkejut mendengar permintaan itu, tapi sebelum dia bisa menjawab, Loki yang sedang mendengarkan dari dekat menyeringai lebar. "Hoh, Aiz! Jadi kau mau Shirou ikut ke pantai? Kalau begitu, pastikan kau siap menghadapi semua anggota laki-laki yang iri karena Shirou bisa liburan dikelilingi cewek-cewek!"
Shirou tersenyum canggung, merasa terjebak dalam situasi yang tidak nyaman. Dia membayangkan anggota laki-laki lain yang mungkin akan sangat iri jika dia bisa pergi dengan para anggota perempuan. "Aku tidak ingin membuat masalah," kata Shirou akhirnya. "Tapi jangan khawatir, Aiz. Aku berjanji, setelah kalian kembali dari Melen, aku akan memasak apa pun yang kau inginkan."
Mata Aiz berbinar cerah, jelas senang dengan janji Shirou. Dia bahkan sudah membayangkan hidangan-hidangan lezat yang akan disiapkan untuknya. "Aku akan menagih janjimu, Shirou," katanya sambil tersenyum tipis.
Loki, yang masih mengawasi mereka dengan senyum licik, menoleh ke arah Shirou. "Oh ya, Shirou, selama kami pergi ke Melen, jangan terlalu berani menjelajahi Dungeon sendirian. Ini perintah! Kau lebih baik bersantai di kota Orario, mengisi waktumu dengan hal-hal yang lebih ringan."
Shirou mengangguk, menerima perintah Loki dengan patuh. "Aku mengerti. Aku akan mengikuti nasihatmu, Loki."
Dengan janji kepada Aiz yang masih tersimpan di benaknya, dan dengan tanggung jawab untuk menjaga ketenangan di Orario, Shirou tersenyum saat melihat para anggota perempuan Loki Familia bersiap untuk petualangan baru mereka di kota Melen.
Shirou berdiri di depan gerbang Twilight Manor, berpamitan dengan anggota perempuan Loki Familia yang bersiap berangkat ke kota Melen. Loki yang ceria dan penuh semangat juga ikut bersama mereka, siap untuk memimpin misi investigasi di kota pesisir itu.
"Jaga diri kalian baik-baik," kata Shirou sambil tersenyum. "Dan jangan lupa untuk bersenang-senang di sana!"
Aiz, Tiona, Tione, dan Lefiya semua tersenyum kembali, melambaikan tangan mereka. "Kami akan merindukan masakanmu, Shirou!" seru Tiona, disambut tawa dari yang lain. Sementara itu, Aiz hanya mengangguk kecil, masih memikirkan janji Shirou untuk memasak saat mereka kembali.
Loki dengan nada bercanda menambahkan, "Dan ingat, Shirou, jangan terlalu sibuk mencari masalah di Dungeon. Bersantailah sedikit, kau juga butuh istirahat!"
Shirou tertawa kecil dan mengangguk. "Baiklah, Loki. Hati-hati di perjalanan."
Setelah para anggota perempuan Loki Familia berangkat, Shirou memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar Orario. Ia memikirkan bagaimana sebaiknya menghabiskan waktu selama masa libur ini. Biasanya, ia lebih suka terlibat dalam petualangan atau membantu orang lain, tetapi kali ini dia berencana untuk mencoba bersantai seperti yang disarankan oleh Loki.
Saat melintasi pasar yang ramai, Shirou tidak sengaja bertemu dengan Syr, yang sedang sibuk berbelanja. Begitu melihatnya, aroma khas yang selalu menyertai kehadiran Syr—wangi bunga musim dingin dengan sentuhan halus yang mengingatkan pada sesuatu yang ilahi—langsung tercium oleh Shirou. Meskipun sampai sekarang Shirou masih merahasiakan kecurigaannya tentang identitas Syr, dia tidak bisa mengabaikan kesan kuat bahwa ada sesuatu yang lebih dari gadis pelayan biasa ini.
"Shirou! Sudah lama kita tidak bertemu," kata Syr dengan senyum ramah yang selalu ia tunjukkan. Tanpa ragu, dia menyerahkan keranjang belanjaannya kepada Shirou, seolah sudah menjadi kebiasaan. "Kau bisa membantu membawakan ini, kan?"
Shirou tersenyum, mengambil keranjang itu dengan patuh. "Maaf, Syr. Aku memang jarang ke sini akhir-akhir ini. Aku sibuk membantu Familiaku."
Syr mengangguk, tersenyum lebih hangat. "Tidak apa-apa, Shirou. Aku mengerti. Tapi sekarang kau libur, kan? Bagaimana kalau kau menghabiskan waktu bersamaku hari ini?"
Shirou merasa sedikit terkejut dengan undangan tiba-tiba itu, tetapi dia tidak bisa menolak keramahan Syr. Dengan senyuman kecil, dia berkata, "Tentu, aku bisa membantu apa pun yang kau butuhkan hari ini."
Dengan itu, Shirou menemani Syr berkeliling pasar, membawa barang belanjaannya, sambil mencoba menyembunyikan rasa penasarannya tentang siapa sebenarnya gadis ini yang selalu memiliki aura ilahi di sekitarnya.
Setelah Shirou dan Syr selesai berbelanja, mereka berdua berjalan menuju Hostess of Fertility, membawa tas-tas penuh bahan makanan segar yang telah mereka beli di pasar. Jalanan Orario cukup ramai, dengan berbagai aktivitas dari penduduk dan petualang yang berlalu-lalang, tetapi Shirou merasa tenang karena sedang menghabiskan waktu dengan damai—sesuatu yang cukup jarang baginya.
Begitu mereka tiba di depan Hostess of Fertility, pintu kayu berat restoran terbuka, mengundang mereka masuk ke dalam kehangatan restoran yang selalu dipenuhi oleh tawa dan suara ramai pelanggan. Begitu Shirou melangkah masuk bersama Syr, dia langsung disambut oleh Anya, Chloe, dan Ryuu, yang tampaknya senang melihatnya setelah sekian lama tidak muncul di sana.
"Hei, lihat siapa yang datang!" seru Anya dengan senyum lebar di wajahnya. "Shirou! Lama tak jumpa, ya! Sudah kemana saja?"
Chloe, dengan senyum khasnya yang licik, menambahkan, "Benar, kami hampir berpikir kau sudah melupakan tempat ini, Shirou. Sibuk dengan petualanganmu, huh?"
Ryuu, yang biasanya lebih tenang dan bijaksana, menyambutnya dengan anggukan sopan. "Selamat datang kembali, Shirou. Sudah lama tidak melihatmu."
Shirou, sedikit tersipu karena sambutan hangat itu, dengan cepat menjelaskan. "Maafkan aku, semuanya. Aku memang jarang ke sini akhir-akhir ini. Aku sibuk membantu Familiku, terutama karena banyak tugas yang harus diselesaikan."
Ryuu mengerutkan kening sedikit, penasaran. "Jadi, kenapa sekarang kau punya waktu luang? Sepertinya kau selalu sibuk."
Shirou tersenyum kecil, merasa lega bisa berbagi kabar ini. "Sebenarnya, aku sedang libur sekarang. Aku tidak akan pergi ke Dungeon selama beberapa waktu, jadi aku punya waktu untuk bersantai dan melakukan hal-hal lain."
Mendengar itu, Syr tersenyum kecil, merasa lega bahwa Shirou bisa beristirahat sejenak. Tapi kemudian, sebuah ide muncul di kepala Shirou, sesuatu yang sudah lama dia rindukan.
"Ngomong-ngomong, sejak aku libur, aku baru kepikiran... bagaimana kalau aku kembali membantu memasak di sini selama beberapa waktu? Sudah lama aku tidak memasak di Hostess of Fertility."
Chloe mengangkat alisnya dan menatap Shirou dengan ekspresi geli. "Jadi, saat libur, kau memilih untuk bekerja lagi? Apa kau tidak tahu cara bersantai?"
Shirou tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu. Aku sangat suka memasak, dan sudah lama aku tidak bertemu dengan kalian semua di sini. Menghabiskan waktu dengan memasak bersama kalian sepertinya cara yang bagus untuk menikmati liburanku."
Anya, yang selalu penuh semangat, tertawa terbahak-bahak. "Haha! Aku yakin Mama Mia bakal senang kalau kau kembali bekerja di sini, Shirou! Lagipula, pelanggan-pelanggan suka makanan yang kau masak."
Mendengar itu, Ryuu tersenyum tipis, menyetujui usulan Shirou. "Itu benar. Kehadiranmu di dapur selalu memberikan sentuhan spesial. Aku pikir Mama Mia akan sangat senang menerima bantuanmu lagi, terutama saat restoran sedang sibuk."
Syr, yang telah mendengarkan percakapan itu dengan senyum lembut, mengangguk setuju. "Aku setuju. Shirou, masakanmu selalu spesial. Dan kami semua akan senang melihatmu kembali di dapur."
Shirou merasakan semangat kembali membara dalam dirinya, meskipun ini adalah kesempatan untuk liburan. Bekerja di dapur Hostess of Fertility selalu menjadi sesuatu yang dia nikmati, dan bisa memasak bersama teman-teman lamanya di sini akan membuat waktu liburnya lebih berharga.
"Kalau begitu, aku akan berbicara dengan Mama Mia nanti," kata Shirou, tersenyum penuh antusiasme. "Aku siap membantu kapan saja."
Dengan suasana yang hangat dan menyenangkan di antara mereka, Shirou merasa lega. Libur kali ini mungkin tidak melibatkan petualangan berbahaya atau eksplorasi Dungeon, tapi bisa kembali ke tempat yang familiar dan melakukan sesuatu yang dia cintai seperti memasak bersama orang-orang yang dia hargai adalah cara sempurna untuk menikmati waktu luangnya.