Chapter 9 - Ch9

Ketika matahari terbenam di kota Orario, cahaya neon yang berkilauan dan riuh rendah suara orang-orang mengisi udara di sekitarnya, setelah kesibukan yang Shirou lalui pada hari itu. Tidak banyak yang bisa ia lakukan pada hari itu. Ia tiba di sore hari di kota Orario, waktu yang ia punya setelah bertemu Syr ia habiskan untuk berkeliling di sekitar kota. Menurut pandangan Shirou kota Orario termasuk kota yang damai dan tertib. Walau tidak bisa dibilang kota yang kaya tetapi rata-rata warga yang ia perhatikan terlihat bahagia.

Selesai berkeliling, Shirou berjalan untuk menepati janjinya pada pelayan yang ia temui sebelumnya. Tepat di depan Shirou berdiri sebuah restoran dengan papan nama [Hostess of Fertility]. "Ini restoran tempat Syr bekerja." Shirou lanjut membuka pintu restoran tersebut.

Ia disambut dengan suasana ramai restoran tersebut. [Hostess of Fertility] adalah sebuah restoran yang menyambut para tamu dengan suasana yang hangat dan nyaman. Meskipun tidak mewah, restoran ini memiliki keanggunan yang khas dan mengundang siapa saja yang memasukinya.

Dinding-dinding restoran dihiasi dengan warna-warna lembut dan dekorasi sederhana, menciptakan suasana yang santai dan menyenangkan.

Pelayan-pelayan restoran tersebut adalah gadis-gadis muda berpenampilan menarik berseragam hijau dengan apron dan memakai maid headband di kepalanya. Mereka terdiri dari berbagai macam ras, Shirou dapat melihat sepasang cat-people dengan masing-masing rambut berwarna hitam dan coklat yang sedang membawakan hidangan untuk pelanggan restoran yang ribut. Seorang Elf berambut pirang bermata biru dengan ekspresi dingin yang sedang menuangkan minuman keras. Dan seorang manusia dengan rambut biru muda duduk menunggu di meja tengah ruang restoran. Dia adalah Syr, gadis yang Shirou buat janji sebelumnya.

Syr duduk termanggu terlihat sedang menunggu seseorang. Shirou yang telah menatapnya terlebih dahulu datang menghampirinya. "Hey, sudah apa kamu sudah lama menungguku?" Shirou lalu duduk di kursi sebelah Syr. Mata Syr melebar menatap Shirou, lalu diapun tersenyum "hmmm, datang juga kamu akhirnya, masak kamu biarkan gadis cantik menunggumu"

Belum sempat Shirou membalas perkataan Syr, gadis berambut biru muda itu pun mulai memesan makanan "Mama Mia, satu porsi menu spesial untuk meja utama!!!"

Keringat dingin mulai jatuh dari dahi Shirou, uang yang ia bawa ke Orario terbatas dari hasil perburuan [Kobold] sebelumnya.

Melihat panik dari wajah Shirou, senyum milik Syr semakin melebar "Ara, Shirou-san apa mungkin kamu tak punya cukup [Valis]?"

Wangi bunga lavender musim dingin tercium semakin semerbak dari tubuh Syr, seolah wangi itu semakin kuat saat Syr berhasil menjahilinya. Tak ingin Syr mengira dia orang yang mesum yang suka mengendus wangi perempuan yang baru ditemuinya, Shirou memalingkan muka dan menghela nafas "Haaah, mungkin aku harus mencari kerja sampingan karena uang tabunganku habis diperas oleh gadis pelayan satu ini"

Syr terkikik mendengar keluhan Shirou, "Kalau kamu dapat menghiburku malam ini mungkin akan kubantu kamu untuk mencari kerja sampingan". 

Mendengar ucapan Syr yang ambigu membuat Shirou tersentak dan rasa malu mulai menjalar ke mukanya. Shirou menggeleng kepalanya dengan kencang berusaha menghilangkan pikiran aneh itu. "Jadi apa maksudmu dengan 'menghibur' kamu Syr?" 

Syr yang dari tadi memperhatikan ekspresi Shirou yang berubah tampak jelas di mukanya. Syr terkikik merasa terhibur setelah menjahili Shirou.

"Tak usah berpikir macam-macam, kamu kan pendatang baru dari luar Orario". Shirou menganggukkan kepalanya.

"Jadi ceritakan pengalamanmu atau sesuatu yang menarik dari kampung halamanmu" lanjut Syr.

"Kampung halamanku?" Shirou mengingat kembali tempat tinggalnya di Fuyuki. Rumah tradisional peninggalan Kiritsugu yang jelas terlalu besar untuknya. 

Syr memperhatikan Shirou yang tersenyum sendiri mengingat masa lalunya. "Ya, kampung halamanmu. Pasti ada sesuatu yang menarik di sana, bukan?"

Shirou mengangguk pelan. "Fuyuki... Tempat itu bukan kota besar seperti Orario, tetapi penuh dengan kenangan. Ada banyak tempat yang aku sukai, seperti taman di dekat sungai atau pasar malam yang selalu ramai setiap musim panas. Tapi, yang paling berkesan adalah rumahku sendiri. Rumah tradisional, yang besar dan penuh dengan suasana tenang. Namun, di balik semua ketenangan itu, banyak hal yang terjadi."

Syr menatap Shirou dengan rasa ingin tahu yang semakin dalam. "Banyak hal yang terjadi? Maksudmu, seperti apa?"

Shirou terdiam sejenak, merenungkan apakah dia harus menceritakan tentang Perang Cawan Suci dan semua kekacauan yang pernah dialaminya. Namun, dia memilih untuk tidak terlalu mendalam. "Aku... mengalami banyak hal di sana. Pertarungan, kehilangan, dan juga pertemuan dengan orang-orang yang penting bagiku. Meskipun banyak kesedihan, aku tetap menghargai setiap momen yang aku lewati di sana."

Syr mengangguk pelan, seolah mengerti bahwa ada sesuatu yang lebih dalam di balik kata-kata Shirou. "Kedengarannya seperti tempat yang penuh kenangan. Aku senang kamu bisa menceritakannya padaku. Mungkin suatu hari, kamu bisa menunjukkan tempat itu padaku."

Shirou tersenyum tipis. "Mungkin. Jika takdir mengizinkan."

Makanan yang dipesan akhirnya tiba, dan aroma harum langsung memenuhi udara. "Nikmatilah, Shirou-san. Ini adalah salah satu menu terbaik di [Hostess of Fertility]."

Shirou mengangguk dan mulai menikmati makanannya, merasa sedikit lebih rileks meskipun pikirannya masih dipenuhi oleh ingatan-ingatan dari masa lalunya. Syr, di sisi lain, terus mengamatinya dengan senyum hangat, menikmati percakapan dan kehadiran pria yang penuh dengan misteri ini.

Di tengah suasana yang hangat dan nyaman, Shirou merasakan sejenak kedamaian, sesuatu yang jarang ia rasakan selama ini. Namun, di balik kedamaian itu, ada perasaan bahwa sesuatu yang besar dan tak terduga sedang menantinya di Orario ini. Sesuatu yang akan menguji batas kemampuannya dan mungkin akan mempertemukannya dengan takdir yang bahkan lebih besar dari yang pernah ia bayangkan.

Setelah beberapa saat menikmati makanan lezat yang disajikan, Shirou menatap sekeliling restoran, menyadari betapa hangat dan ramah suasananya. Namun, di balik semua itu, ia tahu bahwa tinggal di Orario tidak akan mudah, terutama dengan persediaan uang yang semakin menipis.

Shirou memutuskan untuk bertanya, "Syr, apa kamu tahu tempat penginapan yang murah di sekitar sini? Aku perlu tempat tinggal sementara sambil mencari pekerjaan."

Syr tersenyum lembut, tampak berpikir sejenak. "Hmm... penginapan murah, ya? Ada beberapa tempat di kota, tapi aku punya ide yang mungkin lebih baik."

Shirou menatapnya dengan rasa ingin tahu. "Ide apa?"

"Di lantai atas restoran ini, ada beberapa kamar yang sebenarnya tidak terpakai. Mama Mia kadang-kadang menyewakannya kepada orang-orang yang membutuhkan tempat tinggal sementara, terutama jika mereka bekerja di sini. Aku bisa membicarakan hal ini dengan Mama Mia untukmu," kata Syr dengan senyum yang semakin lebar.

Shirou tampak terkejut, namun juga merasa sedikit lega. "Kamu serius? Itu akan sangat membantu. Tapi, apakah tidak masalah bagimu dan Mama Mia?"

Syr menggeleng pelan, "Tentu saja tidak. Lagi pula, aku yakin Mama Mia tidak akan keberatan, apalagi jika kamu bisa membantu di sini sebagai gantinya. Bagaimana?"

Shirou merenung sejenak. Bekerja di [Hostess of Fertility] mungkin bukan hal yang dia bayangkan ketika pertama kali tiba di Orario, tapi itu akan memberinya tempat tinggal dan kesempatan untuk mengenal kota ini lebih baik. Selain itu, ia merasa tidak bisa terus-menerus bergantung pada orang lain tanpa berusaha sendiri.

"Jika Mama Mia setuju, aku akan sangat berterima kasih. Aku bisa bekerja di sini untuk menutupi biaya tempat tinggal," kata Shirou dengan tegas.

Syr tersenyum penuh semangat. "Bagus sekali! Aku akan segera berbicara dengan Mama Mia. Tunggu sebentar di sini, ya."

Syr bangkit dan berjalan menuju dapur, di mana suara keras dan riuh dari para koki bisa terdengar. Sementara menunggu, Shirou merasakan kehangatan yang memenuhi hatinya, sesuatu yang langka sejak ia meninggalkan Fuyuki. Dia tidak bisa menahan perasaan bersyukur atas kebaikan yang telah ditunjukkan oleh Syr dan orang-orang di Orario sejauh ini.

Tak lama kemudian, Syr kembali dengan senyum lebar di wajahnya. "Mama Mia setuju! Kamu bisa tinggal di salah satu kamar di lantai atas. Tapi sebagai gantinya, kamu harus membantu di sini setiap hari. Bagaimana menurutmu?"

Shirou mengangguk dengan penuh keyakinan. "Itu terdengar adil. Terima kasih banyak, Syr. Aku akan melakukan yang terbaik."

"Bagus! Ayo, aku tunjukkan kamarmu," kata Syr sambil mengajak Shirou menuju tangga yang menuju ke lantai atas.

Saat mereka berjalan menuju lantai atas, Shirou merasa bahwa meskipun dia berada jauh dari rumah dan menghadapi banyak ketidakpastian, dia tidak sendirian. Di Orario, dia akan menemukan teman-teman baru, dan mungkin, mewujudkan mimpinya. Dengan semangat baru, Shirou mempersiapkan dirinya untuk hari-hari yang penuh tantangan dan petualangan di depan.

Syr's POV

Saat Shirou mengikuti langkahku menuju lantai atas, aku tidak bisa menahan diri untuk terus memperhatikannya. Ada sesuatu yang sangat menarik tentang pria ini, sesuatu yang berbeda dari para petualang lain yang sering datang ke Orario. Meskipun dia tersenyum dan berbicara dengan sopan, ada bayangan gelap di balik mata coklatnya yang dalam. Seperti kilauan baja yang pernah terasah, tetapi sekarang penuh goresan dan karatan.

Aku telah melihat banyak orang di Orario—petualang, pedagang, dan bahkan orang-orang yang berasal dari tempat yang jauh. Tetapi Shirou Emiya... dia adalah teka-teki yang membuatku penasaran. Jiwanya, yang seharusnya dipenuhi dengan semangat muda, tampaknya sudah lelah, seperti seorang veteran perang yang terlalu cepat kehilangan kepolosannya.

Ketika aku memandangnya lebih dekat, aku dapat melihat bekas luka yang tidak terlihat di permukaan. Dia menyembunyikan mereka dengan baik, tetapi tidak bagi mata yang terlatih sepertiku. Setiap gerakannya, cara dia berbicara, bahkan cara dia tersenyum—semua itu adalah pertahanan. Sebuah tameng untuk melindungi diri dari luka yang lebih dalam lagi.

"Apa yang telah kau lalui, Shirou-san?" pikirku dalam hati. Apa yang bisa membuat jiwa seseorang menjadi begitu rusak pada usia yang masih muda?

Aku ingat ketika pertama kali melihatnya tadi siang. Tatapannya, meskipun lembut, membawa beban yang berat. Seperti seseorang yang telah melihat terlalu banyak kematian, terlalu banyak penderitaan. Itu bukanlah sesuatu yang bisa sembuh hanya dengan waktu, terutama jika lukanya tertanam begitu dalam di hati.

Sementara dia tampak tenang dan sopan di permukaan, ada sesuatu di dalam dirinya yang menarikku. Sebuah ketertarikan aneh yang membuatku ingin tahu lebih banyak. Apakah dia akan terbuka padaku suatu hari nanti? Ataukah dia akan terus menyimpan rahasianya rapat-rapat, membiarkan karat di jiwanya terus memakan dirinya dari dalam?

Tapi satu hal yang pasti—aku ingin melihat apa yang tersembunyi di balik tameng itu. Mungkin bukan sekarang, tetapi suatu hari nanti. Aku ingin memahami siapa sebenarnya Shirou Emiya, dan apa yang membuatnya menjadi seperti ini.

Saat kami mencapai pintu kamar yang akan menjadi tempat tinggalnya, aku menoleh padanya dan tersenyum. "Ini kamarmu, Shirou-san. Aku harap kamu merasa nyaman di sini."

Dia membalas senyumku dengan anggukan, meskipun aku bisa melihat sedikit kebingungan di matanya. Mungkin dia bertanya-tanya mengapa aku begitu baik padanya. Tapi itu bukan masalahku sekarang.

Aku tahu aku harus berhati-hati. Orang seperti Shirou bisa menjadi bahaya besar bagi dirinya sendiri jika tidak diperlakukan dengan hati-hati. Namun, di balik semua kekerasan dan kerusakan itu, aku bisa merasakan ada sesuatu yang murni di dalam dirinya. Sesuatu yang belum sepenuhnya hilang, meskipun terbungkus dalam lapisan kegelapan dan penderitaan.

"Shirou-san," aku berkata lembut, "jika kau pernah ingin berbicara atau butuh sesuatu, jangan ragu untuk datang padaku, ya?"

Dia tampak terkejut mendengar kata-kataku, tetapi kemudian senyum lembut kembali menghiasi wajahnya. "Terima kasih, Syr. Aku akan mengingatnya."

Aku hanya mengangguk dan meninggalkannya di sana, di pintu kamarnya yang baru. Saat aku berjalan kembali ke bawah, aku tidak bisa berhenti berpikir tentang betapa menariknya pria ini. Shirou Emiya adalah misteri, dan aku bertekad untuk mengungkapkan semua rahasianya, sedikit demi sedikit.

Karena meskipun jiwanya tampak karatan dan penuh goresan, aku yakin ada sesuatu yang indah tersembunyi di dalamnya. Sesuatu yang layak untuk ditemukan.