Chapter 8 - Ch8

"Gruduk, Gruduk..." Suara kuda berjalan terdengar dari dalam kereta yang ditumpangi Shirou. Ia meletakkan semua imbalannya serta peralatannya yang sedikit di dalam kereta. Batu kristal yang ia bawa telah ia berikan kepada [Guild] kota Gusnansel. Sekarang uang yang ada ditangannya berjumlah 110.000 Valis.

"Jadi ke kota Orario huh?, itu tidak seperti ceritamu sebelumnya?" Arther memecah keheningan dari kursi kemudi di depan kereta.

Shirou yang mendengar dari dalam kereta mulai memerah malu, "uhh, aku berubah pikiran, kurasa kemampuanku bisa kugunakan lebih bermanfaat sebagai seorang pahlawan"

"Ahahahaha!" Bapak tua itu tertawa keras sambil memegang perutnya yang buncit "Anak muda zaman sekarang emang pada plin-plan".

"Walau bapak merasa agak sedih kamu tidak akan menjadi filsuf di [Silverleaf Academy], menjadi pahlawan di kota Orario justru lebih baik" Bahkan dari dalam kereta Shirou dapat melihat senyum lebar bapak itu.

"Kamu tau tidak selain menjadi filsuf, bapak juga ingin menjadi pahlawan saat masih muda" Arther mulai bercerita cerita masa mudanya

Shirou sekali lagi merasa Deja vu, tetapi ia sekali lagi mendengar dengan seksama cerita sang penyelamatnya itu.

"Kita istirahat sebentar terlebih dahulu, kota Orario lumayan jauh oleh karena itu kita butuh beberapa penginapan untuk transit sebentar" Arther menjelaskan dengan senyum lebar di bibirnya.

"Baik, terimakasih pak".

Mereka berdua masuk ke salah satu penginapan setelah menitipkan barang dan kereta kuda mereka. Penginapan yang mereka tempati nampak lebih buruk kualitasnya dibandingkan daripada kota-kota yang Shirou tempati sebelumnya. Bahkan biayanya pun lebih mahal, Shirou merasa maklum karena dapat ia lihat dari dalam penginapan hanya ada sedikit orang dan terlihat sepi.

Shirou masuk ke dalam kamar yang ia sewa tepat berada di samping kamar Arther "Selamat malam pak"

"Selamat malam nak, tidur yang nyenyak, perjalanan masih panjang." Arther mengingatkan

Shirou pun menutup pintu kamar dan berbaring dan menyelimuti dirinya.

Mimpi yang panjang baru saja dimulai

Mimpi itu baru saja dimulai tetapi Shirou tahu kalau itu adalah lanjutan mimpi yang semalam. Ia melihat dirinya yang lain yang berhasil memenangkan [Holy Grail War] bersama Saber. Dengan kekuatan mereka berdua mereka berhasil mengalahkan Gilgamesh dan menghancurkan [Holy Grail].

Dalam mimpi itu dia hanya dapat melihat Saber kembali ke [Throne of Heroes] tanpa menghapus penyesalannya selama menjadi raja. Mereka berdua terpisah dengan senyum yang menyimpan banyak kata-kata yang belum terucapkan.

Setelah [Holy Grail War] yang berakhir pahit, Shirou tidak berhenti mengejar mimpinya. Ia dan Rin pergi berdua pergi ke Inggris menuju markas asosiasi magus di Clocktower. Sementara Rin yang diterima menjadi murid pengguna [True Magic] Zelretch. Shirou melanjutkan legasi ayahnya dan menjadi [Second Magus Killer] yang mana ia dengan efisien membasmi kriminal yang dikejar oleh asosiasi magus.

Hubungan antara Shirou dan Rin tidak terlalu dekat dalam mimpi, tidak seperti apa yang ia rasakan di dunia sebelumnya. Shirou yang mabuk oleh mimpi yang ia janjikan pada ayahnya terus maju tanpa mempedulikan konsekuensi perbuatannya. Ia membunuh para kriminal, membuka skandal para bangsawan yang ada di Clocktower, berburu vampir atau [Dead Apostle], semua itu ia lakukan tanpa henti. Setiap bertemu Rin menyempatkan dirinya untuk mengingatkannya, tetapi Shirou selalu saja mengidahkannya dan Rin pun akhirnya menyerah terhadapnya.

Semua itupun berakhir dengan konsekuensi. Orang-orang yang mendukungnya pun berakhir mengkhianatinya. Shirou yang selalu mengutamakan keadilan tidak pilih kasih dalam memukuk palu keadilan akhirnya merasakan akibatnya. Semua faksi dan pihak yang merasakan ia rugikan menaruh dendam kepadanya, sementara faksi yang lain merasa bahwa ia adalah anjing gila yang tidak bisa diberi kompromi.

Akhir hidupnya dimulai dari sebuah fitnah, ia ditangkap oleh pasukan elit yang dikeluarkan oleh asosiasi magus dan dihukum dikarenakan dosa dan kejahatan yang tak pernah ia perbuat. Hukuman itu adalah hukuman mati yang dilaksanakan dengan cara hukum gantung. Shirou tak merasa menyesal karena ia tahu bahwa dia akan berakhir seperti ini.

Ketika ia dibawa ke tali gantung ia melihat kesekitar, orang-orang disekelilingnya terlihat mengutuknya, Rin terlihat kecewa kepadanya. Akan tetapi ia tetap tersenyum walau tali gantung itu terikat lehernya. Saat tuas ditarik dan lantai mulai terbuka, badannya pun mulai jatuh dan kepalanya tergantung.

Dengan pelan ia berkata lirih "Ayah, apakah aku telah menjadi Pahlawan..."

Shirou terbangun dengan keringat yang membasahi badannya. Tunic yang ia kenakan basah karena keringatnya. Ia tau persis tentang apa mimpinya tersebut, ia memimpikan masa lalu Archer.

"Aku takkan menyesal.." Shirou tau mungkin dia juga akan berakhir seperti itu, walaupun ia berakhir di dunia lain impiannya tetap sama dan perilaku orang lain mungkin akan tetap sama. Siapa tau mungkin akhirnya bahkan bisa lebih buruk daripada Archer.

"Tok,tok,tok" pintu terdengar diketuk.

Shirou memaksakan dirinya untuk bangun dan membuka pintunya, dari jendela dapat dilihat matahari sudah terbit dan pagi sudah menyingsing. Biasanya ia bangun sebelum matahari terbit akan tetapi mimpi itu tidak membiarkan ia bangun dengan cepat

Dengan perlahan Shirou membukakan pintu dan ia melihat seorang bapak berjanggut dengan senyum lebar "Bangun nak, kamu harus bersiap-siap beberapa jam lagi kita akan berangkat"

"Terimakasih telah mengingatkanku Arther-san"

Pagi itu dilanjutkan dengan sarapan yang disiapkan oleh penginapan, mandi di pemandian umum dan pergi ke pasar untuk membeli peralatan, waktu berjalan terasa cepat dan tak terasa ia sudah kembali ke dalam kereta kudanya pak Arther.

Waktu terus berjalan dan pak Arther terus bercerita, sepanjang perjalanan Shirou setengah mendengarkan cerita pak Arther dan menjawab setengah hati pertanyaan bapak itu. Mimpi tadi malam terus menghantui Shirou dan merusak suasana hatinya. Perjalanan dilanjutkan dan setiap malam mereka berhenti di penginapan atau tidur di dalam kereta di tengah jalan. Tak ada yang menganggu mereka selain mimpi buruk Shirou yang terus berlanjut.

Di akhir nafasnya Archer diberikan kesempatan oleh kesadaran umat manusia atau [Alaya] untuk menjadi [Counter Guardian]. Ia berpikir dengan menjadi [Counter Guardian] dia akan melanjutkan mimpi yang diberikan ayahnya untuknya. Dengan senang hati Archer menerima tawaran [Alaya]

Akan tetapi apa yang ia pikirkan ternyata salah besar. Ia dipanggil bukan sebagai pahlawan akan tetapi dia dipanggil hanya sebagai pembersih, algojo yang membunuh tanpa ampun. Dia dipanggil ke medan perang membunuh semua yang terlibat, membersihkan penyakit menular dengan membantai semua pasiennya dan membakar mayat mereka tanpa abu tersisa. Menghancurkan paberik senjata massal walau membunuh satu kota bersamanya.

Setiap kali ia dipanggil maka semakin tenggelam ia ke dalam lautan darah dari korban yang ia bunuh. Lagi, lagi dan lagi. Ia melakukan itu bertahun-tahun tanpa menghitung umurnya.

Mimpi itu terus berlanjut setiap kali Shirou tidur di malam hari. Setiap malam dapat satu atau dua misi dilaksanakan oleh Archer di dalam mimpinya dan setiap malam Shirou mengerti mengapa Archer bisa berubah sejauh itu. Dari seorang pemuda yang selalu optimis pada impiannya menjadi orang yang sinis terhadap mimpi itu dan membenci dirinya sendiri terutama dirinya yang di masa muda yang tidak memikirkan apapun, siapapun selain impian itu sendiri.

Mimpi itu berakhir dengan bagaimana ia dipanggil sebagai [Servant] Archer pada [Holy Grail War] ke lima dan [Holy Grail War] itulah yang Shirou sendiri alami sebagai Masternya Saber.

"Bangun nak, kita sudah sampai" Arther menggoyangkan badan Shirou yang tidur terlelap dari siang hari.

Seperti biasa ia terbangun dengan keringat yang membasahi badan dan bajunya.

"Kamu sering tidur dengan gelisah, apa kamu sering mimpi buruk" Arther bertanya dengan nada khawatir.

"Bukan masalah pak, hanya teringat masa lalu" Sekali lagi Shirou mengucapkan White lie kepada pak Arther, ia tidak ingin membuat bapak yang telah banyak menolongnya khawatir. Ia merasa telah banyak merepotkannya.

"Ahahahaha!" Sambil menpuk pundak Shirou, bapak itu berkata "lingkungan baru tentu akan membuatmu gugup, bapak percaya kamu pasti bisa menjadi petualang terkenal di kota ini" kata bapak itu dengan niat menyemangati Shirou

Shirou tersenyum lalu ia membalas dengan canda "Kalau aku sudah terkenal, aku takkan lupa memberi bapak tanda tangan"

"AHAHAHA!" Arther tergelak dan tertawa dengan kerasa. Sambil mengusap air mata yang keluar di ujung matanya Arther berkata "Kutunggu waktunya nak, tapi jangan terlalu lama karena umur bapak tidak panjang lagi"

Setelah itu mereka berdua berpisah sambil dan berpelukan, Arther mengelus pelan rambut Shirou sebelum ia pergi mengurus urusannya di kota Orario. Shirou berpikir apakah pak Arther menganggap ia sebagai anak atau cucu sendiri, karena ia tau bahwa pak Arther tinggal sendiri dan tak ada orang lain yang tinggal bersamanya. Shirou berharap ia dapat memenuhi janjinya kepada pak Arther karena janji sebelumnya telah ia ingkari.

Dari luar kota Shirou dapat melihat menara tinggi menjulang keatas langit. Shirou tau itu adalah menara Babel yang telah diceritakan oleh pak Arther selama perjalanan. Menara tersebut mengingatkan menara Babel yang berada di Babilonia kuno. Entah ada hubungannya atau tidak, Shirou tidak tau.

Memasuki kota Orario, Shirou langsung merasakan suasana yang berbeda. Orario jauh lebih ramai dibandingkan kota yang ia kunjungi sebelumnya. Berbagai macam ras terlihat hidup damai dan banyak dari ras manusia lain itu belum pernah ia lihat bukan hanya Elf. Shirou melihat seorang wanita Dark Elf sedang menyiapkan anak panahnya. Pria pendek dengan tubuh kekar atau juga bisa disebut Dwarf yang berjenggot tebal memanggul palu di bahunya serta pemuda dengan badan kecil menyandang tas besar yang besarnya 2 kali lipat dari badannya.

'Ketiga mereka itu satu kelompok' pikir Shirou

Akan tetapi yang paling unik yang dapat Shirou lihat adalah Beast Human yang memiliki anggota tubuh binatang. Kebanyakan memiliki telinga binatang seperti kucing, anjing, serigala dan banyak lainnya.

"BRUK"

Tanpa disadari Shirou yang asyik melihat orang disekelilingnya menabrak seorang gadis yang tepat di depannya, gadis itu memiliki rambut abu-abu kebiruan yang diikat dengan simpul kecil dengan gaya kuncir kuda. Gadis itu jatuh dan terduduk di tanah sementara Shirou masih berdiri dengan lutut kanannya tertekuk kedepan

"Aduduh..." kata gadis itu meringis kesakitan ia memegang kepalanya yang dihiasi dengan headband maid putih.

Merasa bersalah Shirou mengulurkan tangannya "Miss, Apa kamu tidak apa-apa?"

Gadis itu meraih tangan Shirou dan berdiri dengan bantuannya ia pun membersihkan apron putihnya yang menyellimuti seragam pelayan berwarna hijau muda dan tanpa sedikitpun amarah dan kekesalan tampak di mukanya, gadis itu bertanya dengan senyum manis yang terpampang di bibirnya "Baru pertama kali ke Orario ya..?"

Shirou yang mengira akan kena marah tertegun sesaat. Ia merasa seperti orang udik yang tak pernah ke kota sebelumnya, sambil menggaruk kepalanya ia menjawab "umm, iya. Maaf aku tidak hati-hati melihat jalan"

"Hmm gimana ya..." Gadis itu meletakkan jari telunjuknya ke sudut bibirnya.

Shirou tergagap dan ingin meminta maaf "aku benar-benar minta maaf, aku akan melakukan apapun untuk menerima maaf mu"

Senyum gadis itu semakin lebar "Begitu dong, bagaimana kamu nanti malam datang ke restoran [Hostess of Fertility] dan pesan menu spesial atas namaku".

Banyak pertanyaan yang muncul di kepala Shirou, mulai dari lokasi restoran maupun menu spesialnya, akan tetapi ia menanyakan pertanyaan penting terlebih dahulu "Err, memesan menu spesial atas namamu.., boleh aku tahu siapa namamu?"

Tanpa ragu gadis berambut abu-abu itu mengulurkan tangannya "Syr Flova, aku pelayan yang bekerja di [Hostess of Fertility], kalau kamu memesan menu spesial, aku akan mendapat bonus"

Shirou menjabat tangan gadis itu "Shirou Emiya, aku hanya seorang pengembara yang baru tiba di kota ini"

Di saat ia menjabat tangan Syr, ia menyadari sesuatu yang tidak biasa dari salah satu inderanya. Bukan dari indera sentuhannya yang merasakan tangan lembut sang gadis, bukan juga indera penglihatannya yang menikmati kecantikannya. Akan tetapi indera penciumannya yang mencium aroma yang tidak biasa.

Ia bukanlah cowok mesum yang suka mengendus bau cewek. Akan tetapi hidungnya sensitif dengan kejadian supernatural. Saat [Holy Grail War] sebelumnya ia dapat menemukan sigil-sigil yang dipasang dan disembunyikan oleh Rider.

Kali ini ia mencium bau bunga yang baru mekar di musim dingin dari Syr. Shirou tau bau itu tidak berasal dari suatu parfum, akan tetapi itu muncul dari aura supranatural yang dikeluarkan oleh Syr. Shirou mulai bertanya dalam hati 'Apa mungkin Syr ini bukan manusia ya...'

Shirou tak pernah mencium bau semacam ini dari Saber ataupun Rin. Anehnya ia merasa aroma ini mirip dengan aroma nya Rider,Berserker bahkan Gilgamesh. Walaupun tidak ada dari salah satu diantara mereka berbau wangi bunga.

"Uhmm, kau boleh melepaskan tanganku sekarang" suara lembut Syr membuyarkan lamunan Shirou.

Dengan buru-buru Shirou melepaskan tangannya yang dari tadi lekat dengan tangan gadis itu "Maaf, aku tidk bermaksud apa-apa" Shirou takut dia dikira mencari alasan menyentuh tangan cewek

"Hihihi.." Syr hanya terkikik melihat Shirou yang panik . "Jadi bagaimana tawaranku tadi?"

Shirou yang merasa malu tidak mungkin menolak permintaan gadis tersebut, ia merasa telah dua kali berbuat salah kepadanya "Tentu saja aku terima, tapi aku tak tau dimana restoranmu itu"

"Itu mudah, restoran kami cukup terkenal, nanti kamu belok kanan dari pintu masuk Dungeon, di jaln itu restoran kami berdiri. Kalau kamu tersesat kamu bisa bertanya penduduk disana" Syr menjelaskan posisi tempat bekerjanya dengan kedua jarinya.

Shirou menganggukkan kepalanya "Baik, aku janji nanti malam aku pergi kesana"

"Kutunggu ya, jangan lupa" Syr pergi sambil melambaikan tangannya

Dengan kaku Shirou membalas lambaian tersebut.