- Chapter 9 -
Kami pun sampai di kosan Leia. Kosannya letaknya tidak terlalu jauh dari kampus, meskipun lumayan juga jaraknya kalau jalan kaki, tapi cukup dekat kalau naik motor. Ini adalah pertama kalinya aku masuk ke kosan yang khusus perempuan.
Pas sampai, kukira kosannya akan terlihat biasa kayak kamar kos pada umumnya. Tapi kosan tempat Leia ini cukup terlihat agak mewah seperti hotel. Selain kasur, lemari, dan meja belajar, terdapat tv led besar tipis beserta sofa agak panjang di tengah perantara depan tv dan kasurnya. Sudah dilengkapi dengan ac dan kamar mandi di dalam kamar kosan. Kamar Leia berada di lantai 2, selain ada jendela menghadap pemandangan ke arah kampus, di depannya juga terdapat balkon, dan ada pintu menuju balkon.
Pertanyaan yang terlintas di otak ku langsung saat melihat ini adalah.. "Buseh kena berapa nih ngekos disini?" tanyaku reflek keluar dari mulutku.
"Sekitar 1,8 juta perbulan. Mayan kan? Worth it sih menurut gue" ujar Leia tersenyum ke arahku.
((Tetep aja bagi gua itu mahal untuk bayar kosan doang)) ucap batinku hopeless. Tapi melihat fasilitas ruangannya, memang itu sepertinya lumayan sepadan untuk harga kosan ini. "Udah termasuk listrik sama air?" tanyaku ke Leia.
Leia mengangguk. "Iya. Bahkan ada wifi gratis dari kosannya juga lohh" ujarnya tersenyum.
"Weh mayan" ujarku. Sedangkan ku lihat yang lain, Rizty dia sudah langsung tiduran di atas kasur kosan Leia. Vira, Yura, dan Milda duduk di atas kasur sambil membuka hp dengan menggunakan wifi dari kosan untuk membuka internet dan media sosial. Sepertinya mereka sudah sering mampir ke kosan ini dan memanfaatkan wifi di kosan ini. "Gua bagi password wifinya juga dong apa?" tanyaku kepada Leia.
"Sini mana hp lo, biar gue ketikin. Atau cari aja yang namanya 'Bukan Kosan Biasa', passwordnya 'BayarDuluMakanya'. Itu" ujarnya.
Aku pun mengikuti yang dibilang Leia. Dan mengetikkan password wifi nya 'Bayardulumakanya' tetapi gagal. "Tulisan passwordnya gimana? Kok gua coba nggak bisa?" tanyaku sambil menyodorkan hp ku.
"Makanya biar gue yang ketikin aja" ujar Leia. Ia pun mengambil hp ku lalu mengetikkan passwordnya, dan tersambung. "Nih" ujar Leia sambil memberikan hp nya kembali padaku.
Aku melihat ketika ia mengetikkan passwordnya "Oalah. Huruf depannya gede semua toh" aku mengambil hp ku kembali dan tak sengaja sempat menyentuh tangan Leia sekilas saat aku memegang hp ku dari tangannya. "Oke thanks Leia" ujarku sambil mengacungkan jempol tangan kiri, sedangkan tangan kananku memegang hp.
Leia seketika terdiam sejenak menatap diriku saat setelah aku mengambil hp ku kembali. "...Fren" ujarnya pelan sambil tetap terpaku menatapku.
"Ya, kenapa?" tanyaku bingung menatap Leia yang terdiam menatapku lalu memanggilku pelan.
Leia terdiam sejenak. "Gua sempat ngeliat.." ujarnya masih menatapku. "..Gajadi deh" ucapnya seketika sambil melambaikan sebelah tangannya ke depan wajahnya dan memalingkan mukanya. Ia pun berjalan ke arah kasur.
"Kenapa?" tanyaku terheran menatap Leia. Aku kembali menatap layar hp ku yang kini koneksinya sudah tersambung. Kemudian duduk di sofa depan tv, sambil membuka internet.
"AAAA YA AMPUN YA TUHANN!!" teriak Vira mengagetkan tiba-tiba. "Calon suami gue ganteng bangeeett!!" teriaknya sambil menatap layar hp nya.
"Buset lo Vir! Ngagetin gue aja!!" ucap Milda sambil menoleh dan menepuk belakang bahu kanan Vira. "Liat apasih? Pasti boyband korea kesukaan lo ya?" tebaknya. Dan benar saja.
"Yoa" ucapnya. Ia pun menyodorkan layar hp nya ke arah Milda. "Tuh liat. Bias gue cakep banget kann?!!" ujar Vira kegirangan sendiri.
Aku yang juga sempat kaget mendengar teriakan Vira pun menoleh. "Buseh. Kirain ada apaan. Taunya boyband" ujarku sweatdrop.
"Tau tuh emang si Vira! Berisik. Ganggu tidur gua aja lo!" ucap Rizty menyetujuiku yang merasa keganggu tidurnya karena suara teriakan Vira. "Jangan kebanyakan halu, pake ngaku-ngaku calon suami segala. Tuh orang kenal lo aja kagak" ucapnya sambil tiduran menyamping dan memejamkan matanya kembali.
"Lo sih abisan tidur mulu kayak kebo!" sahut Vira kepada Rizty. "Daripada lo kebanyakan tidur mulu, kebanyakan mimpi tapi juga bukan kenyataan!" balas Vira. "Setidaknya gue masih lumayan terkenal di medsos. Siapa tau suatu saat mereka bisa notice gue gitu kan atau dapet chance bisa meet-up mereka langsung" ucapnya berbangga dan berharap.
"Setidaknya mending yang emang cuma mimpi dalam tidur. Lagipula mimpi lebih indah daripada pahitnya kenyataan hidup" ucap Rizty sambil merem.
"Makanya mending gue ngehalu sama bias gue. Yang penting mereka nyata, bukan ghoib!" ujar Vira yang lalu kembali menatap layar hp nya.
"Pantesan aja lo jomblo" ucap Rizty yang membuka matanya dan melirik sekilas ke arah Vira sembari masih tiduran menyamping.
"Lo sendiri juga jomblo! Gausah ngatain orang" ucap Vira meledek Rizty. Vira pun kembali fokus dengan hp nya menonton video boyband kesukaannya.
Rizty hanya memutar bola matanya. Ia pun melihat Leia yang berdiri di samping kasur. "Sini Lei, tiduran juga temenin gua" ajak Rizty sambil menepuk-nepukan kasur sampingnya untuk mengajak Leia tiduran di sebelahnya.
Leia masih terdiam menatap ke arahku seperti terkejut melihat sesuatu pada diriku, tapi ia pun kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Rizty. "Gue duduk aja. Lo kalo mau tidur, tidur aja gapapa" jawabnya.
"Ini kan kosan lo. Masa cuma gua yang tidur, lo nya enggak?" ujar Rizty. "Yaudah deh gua tidur lagi kalo gitu" ucap Rizty yang kemudian memejamkan matanya kembali.
Sedangkan Yura, ia sedang ketawa ketiwi pelan sendiri menatap layar hp nya. "Yaampunn lucu banget emang mereka berduaa" ujarnya seperti gemas sendiri menatap layar hp nya, sepertinya ia sedang menonton atau membaca sesuatu.
Aku pun membuka game battle di hp ku, dan sibuk memainkan game nya, apalagi sambil memanfaatkan wifi dari kosan Leia. Walaupun biasanya aku juga emang make wifi di rumah Zien.
Kami pun bersantai di kosan Leia. Sesekali mereka mengobrol dan menggibah sesuatu, apalagi Vira yang kadang menghebohkan. Kadang kembali fokus ke hp masing-masing. Tanpa terasa waktu pun berlalu. Dan tiba-tiba Zien menelfonku. Aku lalu mengangkat telfon nya. "Halo?" ucapku.
["Hallo. Dimana?"] tanya Zien.
"Masih di kosan Leia" jawabku.
["Oh.. Masih lama? Nanti mau aku jemput kesana atau kalian balik lagi ke kampus?"] tanya Zien.
"Gatau dah. Ntar gua tanya yang lain dulu pada mau balik kapan" jawabku. "Udah selesai kelasnya?" tanyaku.
["Udah, baru selesai. Nanti kabarin kalau mau dijemput atau balik dulu ke kampus. Alamat kosannya dimana?"] tanya Zien.
"Hm.. Ntar gua tanya Leia dulu dah alamatnya dimana, gua juga gak tau. Yang jelas masih deket kampus. Gedungnya juga masih bisa keliatan dari kosan ini" jawabku.
["Oke kabarin nanti"] ujar Zien. Kemudian ia menutup telfonnya.
Aku pun menutup telfonku. Kemudian aku menoleh ke arah para cewek-cewek yang pada di atas kasur. "Kalian pada mau balik kapan?" tanyaku ke mereka. "Gua kayaknya bentar lagi balik mau dijemput"
"Gue sih gampang. Jam berapa aja juga bisa" jawab Vira.
"Gue juga. Lagian gue kan bawa motor" jawab Milda. "Tapi gue masih pengen jalan lagi sih paling abis ini"
"Gue juga masih pengen jalan sebenernya. Jalan yuk abis ini!!" ujar Vira ke Milda, lalu menoleh juga ke yang lain.
"Yaudah yuk jalan. Gue butuh bahan untuk konten baru nihh" ujar Milda.
"Aku kayaknya sih bentar lagi balik" jawab Yura. "Takutnya dicariin nyokap pergi kemana kalo kelamaan baliknya"
Sedangkan Rizty ia sudah tertidur dengan pulas di atas kasur kosan Leia.
"Oke. Leia, gua boleh tau ini alamat kosannya dimana?" tanyaku ke Leia. "Atau patokannya kalo dari kampus juga boleh"
"Bilang aja deket dari kampus. Dari kampus belok kanan dikit, sebrang kampus ada Alfa. Masuk ke samping jalannya, lurus aja terus ke dalem ngikutin jalan. Cari alamatnya yang nomor 56, cat luarnya warna kuning dan krem. Pager item. Deket warung. Nah itu" ujar Leia.
"Oke thanks" aku pun mengetikkan patokan yang diucapkan Leia dan mengirimkan pesannya ke Zien jika mau menjemputku.
"Yaudah yuk Vir. Kita cabut duluan aja" ujar Milda mengajak Vira. "Ntar kesorean kalo kelamaan disini nggak sempat menikmati jalan" ucapnya sambil berdiri dari kasur dan merapihkan jilbabnya.
"Okedehh" Vira pun ikut berdiri dari duduk di kasur. "Bye semua. Kita hang-out dulu yaaa" ucapnya sambil melambaikan tangan ke arah kami. Diikuti oleh Milda yang juga melambaikan tangannya. "Yura lo mau sekalian ikut kita keluarnya juga nggak?" tanya Vira ke Yura.
"Iya. Aku ikut bareng keluar jugaa" Yura pun ikut berdiri. "Tapi aku langsung balik, nggak ikut jalan-jalan" ujarnya yang mengikuti Vira dan Milda.
"Yaudah bareng aja keluarnya" ujar Milda ke Yura. Milda pun berjalan keluar kamar duluan, diikuti Vira yang berjalan keluar kamar.
"Dadahh Leia, Frenia, dan.. Rizty yang lagi bobo. Byee" ucap Yura sambil melambaikan tangannya ke arah kami. Ia pun ikut berjalan keluar mengikuti Milda dan Vira.
Aku dan Leia pun balas melambaikan tangan ke arah mereka bertiga. Dan sekarang hanya tinggal kami bertiga. Aku, Leia, dan Rizty yang lagi tidur.
Leia kemudian berjalan menghampiriku lalu duduk di sebelah kiriku. Ia awalnya diam menatapku, lalu "Fren.." panggilnya. "Gue pengen mastiin sesuatu. Boleh?" tanya nya.
Aku menoleh padanya "Ada apa?" tanyaku terheran. "Mastiin apa?"
"Boleh.. Pegang tangan lo sebentar?" tanya Leia.
"Pegang tangan? Kenapa?" tanyaku heran. Aku mengikuti permintaannya menyodorkan tangan kiriku pada Leia yang berada di sisi kiriku.
Ia pun memegang telapak tanganku tanpa berbicara. Lalu ia memejamkan matanya.
Aku sedikit bingung dan deg-degan karena cewek itu menggenggam tanganku. Tapi daripada degdegan karena tangan dipegang cewek, ini lebih seperti ada ketakutan atau kekhawatiran sesuatu karena melihat tingkahnya seperti itu. ((Dia mau ngapain?)) tanya batinku bingung menatap Leia.
"Bener" ucapnya tiba-tiba sambil melepas genggaman tanganku setelah memejamkan matanya beberapa menit.
"Bener? Bener apanya?" tanyaku makin bingung.
"Lo... Sebenernya bukan cewek kan?" tanyanya sambil menatap lurus ke arahku.
Deg. Aku terkejut saat dia berkata begitu. Bagaimana ia bisa tau?! "Ma.. Maksudnya?" ucapku ragu pura-pura nggak ngerti.
"Gue ngeliat ada gambaran seseorang..." ujarnya. "Apa dalam waktu dekat sebelum ini lu ngalamin sebuah kecelakaan?" tanyanya menatapku.
"..." Aku terdiam sejenak. ((Kok dia bisa tau?!)) tanya batinku heran. "I..Iya sih.." jawabku.
"Bener kan?" ujarnya. "Dan juga yang gue liat.. Nggak ada wujud diri lo ini di masa lalu, tapi gua liat ada gambaran sesosok cowok yang.. Merupakan sebagai diri lo" jelasnya.
Aku terkejut dengan ucapan Leia. Bagaimana ia bisa mengetahuinya? Padahal kami baru saja kenal kurang dari sehari. ((Baru juga hari pertama kuliah, masa identitas asli gua udah langsung ketauan?!)) ucap batinku panik. "Lu salah liat kali" ujarku mencoba ngeles.
"Gak mungkin gue salah liat" ujarnya. "Jadi.. Apa lo sebenernya aslinya cowok?" tanyanya menatapku.
Aku terdiam tidak dapat menjawab. Apa aku harus mengakuinya secepat ini? ((Masa udah bocor secepat ini?! Gua harus jawab apa?!)) batinku makin panik.
"Tenang aja. Gue nggak akan bocorin hal ini ke siapa-siapa kok" ujarnya meyakinkan. "Jadi apa bener lo aslinya cowok?" tanyanya lagi. "Dan.. Lo sebenernya merasa terpaksa untuk dioperasi jadi cewek? Atau bisa gue sebut, lo itu.. Transgender?" ujarnya.
Aku terkejut dengan ucapan Leia. Aku bingung tidak tau harus menjawab apa. Entah aku harus mengakuinya atau tidak. Tapi karena Leia sudah bisa menebaknya dengan benar. Jadi aku.. "Gimana.. Lu bisa tau?" tanyaku pelan menatap Leia dengan ragu.
Leia tersenyum tipis ke arahku "Gue kadang bisa ngeliatan kilasan masa lalu orang yang gue sentuh" ujarnya.
"Apa?!" tanyaku terkejut. "Jadi.. Lu punya kemampuan kayak precognition gitu?" tanyaku penasaran menatap Leia.
"Lebih tepatnya disebut Retrocognition. Gue bisa melihat masa lalu, tapi tidak bisa melihat masa depan" ujarnya. "Yup. Contohnya.. Gue bisa melihat sedikit gambaran masalalu tentang Vira waktu hubungan dengan mantannya dulu, Milda waktu di sekolah sebelum pakai hijab, dan juga.. Rizty yang sebenarnya juga memiliki kemampuan tidak biasa sepertiku" jelasnya.
Aku terdiam sejenak. "Berarti.. Rizty juga punya kemampuan kayak lu?" tanyaku menoleh ke arah Rizty yang masih tertidur pulas di atas kasur Leia. "Apa itu?" tanyaku penasaran menatap Leia kembali.
"Sebaiknya, itu biar Rizty sendiri aja yang mengatakannya. Gue nggak mau bocorin kecuali dapet izin dari dia yang bilang" ujar Leia.
"Oke" ucapku. Tapi baguslah, itu membuatku agak yakin bahwa Leia orang yang masih dapat dipercaya menjaga rahasia. "Kalau contoh masa lalu Yura?" tanyaku karena ia tadi tidak menyebutkan tentang masalalu Yura.
"Yura.. Entah kenapa gue belum atau nggak bisa ngeliat masa lalu nya" jawabnya. "Gue rasa.. Dia juga memiliki kemampuan khusus makanya gue nggak bisa melihatnya"
"Berarti Yura juga punya kemampuan khusus?" tanyaku. "Tunggu.. Berarti apa anak-anak di kampus ini juga sebagian memiliki kemampuan lebih dari manusia biasa?" tanyaku heran.
Leia mengedikkan bahu dua kali dengan cepat. "Gatau juga sih. Mungkin ada beberapa anak yang punya. Tapi banyakan juga yang enggak setau gue" ujarnya. "Tapi gue juga kenal ada anak jurusan lain yang bisa liat hantu, dan ada juga yang bisa ngeramal gitu"
"Oh ya? Manteb juga" ujarku. ((Tunggu. Berarti apa Zien juga jangan-jangan.. Sebenernya punya kemampuan khusus?!)) pikirku bertanya-tanya. Tiba-tiba aku mendapat panggilan telpon dari Zien. Aku pun mengangkat telponnya. "Hallo?"
["Hallo. Kau masih di kosan? Kalau masih aku jemput ya"] ucap Zien.
"Iya masih. Mau jemput?" tanyaku sambil menoleh ke Leia. Leia hanya menganggukan kepala seperti mempersilakan. "Oke jemput aja kesini" ucapku ke Zien di telpon.
["Oke. Aku jemput kesana sekarang"] ujarnya. Kemudian ia menutup telponnya.
"Siapa? Pacarmu?" tanya Leia kepadaku.
"Buk–eh I..Iya" ujarku ragu sambil melirik ke kiri bawah sekilas lalu menatap Leia.
"Cowok?" tanya Leia menatapku.
"I..iya cowok" ucapku makin ragu.
Leia menatapku dengan tatapan membulat penasaran sekaligus seperti antusias. "Berarti lo homo?" tanyanya.
"Kagak!! Bukan pacar gua beneran itu!!" ucapku reflek karena ogah dibilang homo. ((Mampus. Malah kebocor lagi kan jadinya soal ini! Begoo!)) ucapku mengumpat diriku sendiri yang nggak bisa menjaga rahasiaku sendiri di depan Leia.
"Ohh.. Kukira.." ujar Leia seperti nada kecewa. "Berarti pacar bohongan?" tanyanya lagi.
Aku mengangguk dua kali. "Iya.. Gua cuma pura-pura pacaran sama dia, buat nutupin identitas asli gua yang.. Lu udah tau" ucapku. "Tolong jangan bilang tentang hal ini ke siapapun. Gua mohon!" ujarku ke Leia dengan tatapan memohon dan menepukkan kedua telapak tanganku di depan Leia.
"Oke. Gue bisa jaga rahasia kok" ucap Leia tersenyum sambil mengacungkan tanda 'ok' pada tangan kirinya.
"Oke thanks" ucapku merasa lega. "Eh tapi.. Lu kan udah tau nih identitas asli gua yang.." Aku melirik ke arah Rizty yang masih tertidur di atas kasur Leia sekilas, lalu memelankan suaraku "..Aslinya cowok" ucapku. "Gapapa nih gua maen di kosan lu?" tanyaku. Karena kosan tempat Leia ini adalah khusus cewek.
"Gapapa kok. Kan wujud lo sekarang cewek" ucapnya. "Gue nggak masalah sih sebenernya, kalo bukan karena peraturan kosan 'cowok dilarang masuk'. Tapi asal lo nggak berniat macem-macem aja" ujar Leia lalu menatapku dengan tatapan setengah tajam.
"Kagaklah. Gua juga kagak ada niatan kayak gitu" ujarku sweatdrop. "Lagipula.." aku memelankan suaraku sendiri sambil melirik ke kiri bawah. "Mana mungkin bisa.. 'Burung' gua sekarang kan udah nggak ada" ujar pelanku merasa sedih dan kehilangan harapan pada diriku sendiri.
"Pft" ujar Leia menahan tawa mendengar ucapan pelanku. "Iya iya gue percaya kok sama lo. Jadi gue izinin lo untuk tetep dateng ke kosan gue kalo lo mau dateng, gue bakal anggep lo sama kayak cewek-cewek yang lainnya di depan mereka" ujarnya santai.
"Makasih banget Lei. Ternyata lu baik banget!" ujarku kembali menepukkan kedua tangan di depan, sebagai ucapan terimakasih. "Tapi btw.. Rizty denger nggak ucapan kita?" ujarku melirik kearah Rizty karena masih ada kehadirannya disini, entah ia mendengar atau tidak. Walaupun terlihat sedang tidur, mana tau ia sudah bangun dan diam-diam mendengarkan percakapan ini. Aku hanya tidak ingin sampai identitasku kebocor selain ke Leia. Apalagi kalau Rizty tau dan sampai menyebarkan soal ini.
"Santai aja. Rizty juga nggak bakal bocorin kalau tau. Lagipula aku dan Rizty sudah biasa menyimpan rahasia satu sama lain" ucap Leia meyakinkan.
Aku bernafas lega. "Baguslah kalau begitu" ujarku. Tiba-tiba telponku berbunyi. "Sepertinya dia udah sampe. Gua pulang dulu ya" ujarku. Lalu aku berdiri dari sofa.
"Mau gue temenin sampe keluar?" ujar Leia yang ikut berdiri.
"Em.. Boleh deh. Gaenak juga gua keluar kosan khusus cewek sendirian, meskipun gua sekarang 'cewek' juga" ujarku.
Leia tertawa pelan. "Oke gue temenin yaa" ucapnya tersenyum.
Aku pun berjalan keluar dari kamar kosan Leia dianter oleh Leia turun ke lantai bawah, hingga keluar dari kosan tersebut. Di depan gerbang sudah terlihat mobil hitam, yang sudah dapat dipastikan mobilnya Zien. "Oke gua balik dulu ya Lei. Thankyou banget Lei" ucapku menepuk belakang bahu Leia sekilas. Lalu aku berjalan keluar gerbang dan menuju mobil Zien.
"Sama-sama Freniaa. Kapan-kapan mampir lagi aja ke kosan guee!!" ujarnya sambil melambaikan tangannya ke arahku yang ingin masuk ke mobil.
Aku pun membalas lambaian tangannya, kemudian masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya. Aku menghembuskan nafas lega begitu masuk ke dalam mobil.
"Itu kosan teman barumu yang barusan bersamamu?" tanya Zien kepadaku.
Aku mengangguk. "Iya" ujarku sembari memasang seatbelt.
"Oh" Zien menjalankan mobilnya. "Bagaimana dengan hari pertama kuliahmu? Apa semua aman berjalan lancar?" tanya Zien sambil menyetir mobilnya.
Aku terdiam. Aku ragu apakah aku harus menceritakan tentang Leia yang sudah mengetahui soal identitasku atau tidak kepada Zien.
To be continued..