- Chapter 12 -
"Saling kenal. Tapi nggak terlalu kenal juga sih. Soalnya beda jurusan dan jarang ngobrol sama dia. Tapi dia lumayan baik orangnya" jelas Leia.
"Zien yang mana dah? Yang dari fakultas Ekonomi itu bukan sih? Yang lumayan ganteng, tapi rada kalem dan cuek gitu anaknya?" tanya Rizty mengingat.
"Iya yang itu! Beneerr" ucap Leia mengangguk.
"Oh. Jadi Frenia pacarnya dia tuh?" tanya Rizty kemudian menatapku.
"Iya Frenia pacarnya Zien kan?" tanya Leia menatapku dengan semangat. "Kemaren berarti yang jemput lo itu beneran dia kan??"
"... Iya" ujarku mengangguk. "Jadi ternyata dia satu ukm sama kalian juga?" tanyaku.
"Iya dia ukm Pers juga kayak kita!" ucap Leia semangat. "Ayo Fren ikutan Pers juga!!"
"Hm oke. Kalo gitu mungkin gua bakal ikut Pers aja dah kayaknya.. Tapi nanti gua bakal tanyain dulu sama orangnya gua boleh ikut ukm itu juga atau enggak" ucapku.
"Oke" ucap Leia semangat. "Ciee. Sampe nanyain ke Zien dulu segalaaa" ledeknya.
"Oalahh Frenia beneran pacarnya Zien? Tapi nggak heran sih kalo dia udah punya pacar. Jadi ternyata pacarnya dia elo toh?" tanya Rizty menatap ke arahku.
"..Iya" jawabku ragu. "Emang kenapa?" tanyaku mengangkat alis ke Rizty.
"Ohh. Gapapa sih. Cuma dia kan lumayan banyak fans nya juga noh cewek-cewek. Dan dia nggak pernah keliatan kayak udah punya pacar atau belum. Jadi ya.. Banyak yang mo deketin dia gitu" ucapnya. "Kalo ternyata dia udah punya pacar dan elo itu pacarnya.. Para fans nya pasti nggak jadi bisa mengharapkan dia lagi wkwk" jelas Rizty.
"..." ((Pantes aja dia bilang gua juga dijadiin sebagai tamengnya dia kalau lagi dideketin cewek-cewek. Ternyata emang dia populer di kalangan cewek-cewek toh?)) ucap batinku sweatdrop. "Sial.. Gua ngiri juga mau dideketin cewek-cewek kek dia" ujarku pelan dengan nada hopeless.
"Hah? Pengen di deketin cewek-cewek?" tanya Rizty heran yang ternyata mendengar ucapan pelanku. "Jangan bilang lo itu sebenernya...?" ucap Rizty seperti tidak menyelesaikan kalimatnya.
"Sebenernya apa?" tanyaku mengangkat alis menatap Rizty. ((Dia nggak nebak gua sebenernya cowok kan?)) tanya batinku panik.
"Nggak. Gapapa" ucap Rizty. "Gua kira lo mungkin.. Belok?" ucapnya. "Tapi nggak mungkin kan. Soalnya lo kan pacarnya Zien" lanjut Rizty dengan nada setengah bercanda.
"... Gua masih normal" ucapku sweatdrop. Tapi di satu sisi aku merasa tidak bisa dikatakan normal juga karena sudah berubah menjadi Transgender. ((Meskipun gua Transgender, gua masih suka cewek! Tapi untuk suka cewek.. Argh sial. Gua gak belok dan gakmau belok intinya!)) ucap batinku stress karena kondisi tubuhku yang sekarang tidak bisa dikatakan sebagai perempuan ataupun laki-laki.
"Haha" ucap Leia tiba-tiba tertawa. "Frenia kan pacarnya Zien. Jadi tentu aja dia 'normal' kan?" ujar Leia menoleh ke arahku sambil menekankan kata 'normal'nya, lalu ia mengedipkan sebelah matanya padaku.
((Entah kenapa kok gua justru malah ngerasa feeling gaenak maksudnya kalo Leia yang ngomong)) ujar batinku sweatdrop. ((Tapi makasih Lei)) ucap batinku lega. "Yoi" jawabku. "Ohiya btw, UKM Pers kerjanya ngapain aja?" tanyaku ke mereka berdua.
"Hmm.. Banyak sih kegiatannya. Terutama nyari info dan update berita kampus. Ada yang bertugas bikin berita, mading mingguan, majalah bulanan kampus, juga untuk update info kampus di media sosial. Jadi nanti ada pembagian jobdesknya gitu juga" jelas Leia. "Jadi kalo ada berita terupdate di kampus entah pengumuman informasi dari dosen, petinggi, ataupun mahasiswa kampus, kita yang sebarin broadcastnya lewat media"
"Hoo.. Keknya emang ukm nya cocok kayak untuk jurusan kita juga yak. Broadcasting Media" pikirku. "Jobdesknya ada apa aja tuh?" tanyaku penasaran.
"Yup" Leia mengangguk. "Makanya itu emang cocok dan sesuai banget juga kan dengan jurusan kitaa" senyumnya. "Kebanyakan juga yang ikut anak dari fakultas komunikasi. Walaupun ada lumayan banyak yang dari fakultas lain juga selain komunikasi" jelas Leia. "Macem-macem sih pembagiannya. Ada yang di bagian jurnalis, illustrasi, penulisan, photograper, videographer, wartawan, dan lainnya. Tapi rata-rata sih bertugas nyari sekaligus ngumpulin berita dan informasi yang ada di kampus. Apalagi kalo ada kabar terbaru"
"Hoo.. Trus kalo kalian bagian tugasnya apa?" tanyaku menatap mereka.
"Gua dan Leia yang pasti bertugas ngumpulin berita kampus, sekaligus gua bantu dibagian penulisan juga. Sedangkan kalo Leia dia dibagian photography untuk ngumpulin foto bahan berita dan bukti kejadian" jelas Rizty. "Sekaligus dia bisa nyaritau dan siapa tau bisa nemuin informasi masalalu dibalik dari kasus yang terjadi entah dari foto, barang, atau orangnya langsung" ucapnya melirik ke Leia.
Leia mengangguk "Itu benar" ucapnya. "Jadi kita kadang mencari berita terbaru dan juga ngulik kasus-kasus yang ada di kampus. Apalagi kebetulan kemampuan gue juga berguna untuk mencari informasi masa lalu atau bahkan dibalik dari suatu kasus yang terjadi di kampus supaya hasilnya bisa sedikit lebih terungkap"
"Mantab juga" ujarku. "Kalo gitu gua mending dibagian apaan yak?" tanyaku berfikir.
"Lo bisanya bagian apa? Kalo lo bisa gambar, coba aja di bagian illustrasi. Keknya pers kekurangan orang yang bisa jadi Illustrator" ucap Rizty. "Itupun rata-rata yang dibagian itu kebetulan yang ikut dari anak jurusan fakultas desain"
"Gua nggak bisa gambar" ucapku sweatdrop. "Bisa sih dikit, tapi amburadul. Gak cocok keknya kalo bagian illustrator. Gua lebih tertarik dibagian fotografer juga deh keknya" pikirku. "Tapi gua nggak punya kamera dslr"
"Nggak mesti pake kamera dslr kok Fren. Pake kamera hp pun bisa. Gue juga pake kamera hp doang. Mana sanggup buat beli kamera dslr lagi. Ini aja kan duit teralih ke bayar kosan, itupun masih pake duit kiriman ortu" ujar Leia dengan sedikit tertawa hopeless.
"Oalah wkwk. Okedeh kalo gitu. Keknya gua bagian photography nya juga aja" ujarku.
"Yeay. Berarti barengan sama guee!" ucap Leia senang.
"Btw.. Di kampus emang pernah ada kasus kejadian apaan aja?" tanyaku penasaran.
"Ada beberapa. Pernah ada kasus orang ilang juga, mahasiswa dari kampus ini juga. Bahkan pernah juga sampe ada kasus.. Pembunuhan" jawab Leia.
"Pembunuhan?" tanyaku penasaran.
"Iya" ucap Rizty. "Dan sampe sekarang tapi pelakunya masih belum bisa ditemuin. Tapi gua sih curiga.. Orangnya berasal dari kampus kita juga"
"Trus kalo korbannya gimana?" tanyaku makin penasaran.
"Korbannya anak kampus kita. Salah satunya pernah ada anak cewek dari jurusan hukum. Pas gue sentuh barangnya yang dia bawa atau pake saat kejadian itu, gue liat gambaran dia dibunuh oleh seseorang sekilas. Tapi sayangnya gue nggak bisa ngeliat wujud pelaku pembunuhnya. Cuma bisa liat sedikit clue dia pergi kemana sebelum terjadinya pembunuhan" ucap Leia merasa agak payah karena tak dapat mengungkapkan kasus pembunuhnya. "Mungkin karena dia sendiri pun juga cuma ngeliat sekilas doang orang yang ngebunuh dia sebelum mati"
"Emangnya orang itu pergi kemana aja?" tanyaku penasaran.
"Hmm.. Dia kalo gak salah sempat pergi ke beberapa tempat. Selain ke kampus, ke apartmen dia tinggal, ke rumah sakit untuk ngunjungin jenguk keluarganya entah siapanya, kerja part time di suatu cafe, dan juga ke bar. Tapi nggak ada clue soal pembunuhannya itu. Bahkan lokasi tempat pembunuhannya dimana" ujar Leia dengan nada kecewa dibagian akhir kalimat.
"Itu baru salah satu korbannya yang terungkap. Tapi selain itu juga masih ada kasus pembunuhan dan korban yang lain dari kampus kita" ucap Rizty.
"Oh.." ucapku pelan. Seketika aku teringat bahwa Zien waktu itu pernah mengatakan bahwa ada beberapa kasus yang terjadi di kampusnya, dan aku disini juga bertugas untuk menjadi mata-mata nya di kampus ini selain untuk berkuliah dan berpura-pura jadi pacarnya. ((Mungkinkah.. Ini termasuk salah satunya dan ada kaitannya juga?)) pikirku. "Btw kalo Zien dia dibagian apa?" tanyaku.
"Zien.. Hmm, seinget gue dia cuma jadi pengumpul berita atau informasi aja sih. Tapi mungkin dia lebih ke editor berita sebelum dipublish publik?" ucap Leia mengingat. "Coba tanya aja langsung sama Zien nya" senyum Leia.
"Okedeh" ujarku. ((Berarti dia yang ngecekin beritanya sebelum dishare ya? ..Tapi apa Leia dan Rizty juga terlibat ada kaitannya dengan yang dimaksud Zien? Karena mereka kan juga sesama mencari info tentang kasus kampus. Dan bahkan.. Mereka punya kemampuan khusus)) pikirku.
Tiba-tiba hp ku bergetar. Dan kulihat ternyata ada pesan dari Zien. ((Panjang umur banget nih anak)) ucap batinku sedikit terheran. Aku pun membuka pesannya.
[Lagi dimana?] tanya pesannya Zien.
Aku membalas [Di kosan Leia. Kenapa?]. Lalu mengirimkan pesannya.
Pesan kembali masuk. [Oh.. Aku tadinya ingin ajak makan bersama. Masih lama disana?] ucap balasan dari Zien.
Aku pun mengetikkan pesannya. [Gatau dah. Paling sampe nunggu kelas masuk ntar sore. Lu masih ada kelas lagi abis ini atau udahan?] tanyaku ke Zien.
[Sudah selesai. Aku hanya perlu menunggu kelasmu] ucapnya.
[Oalah. Yaudah paling ntar aja abis kelas kita makan bareng. Yang jelas lu traktir. Sekalian ada yang pengen gua tanyain ke lu. Tapi ntar aja langsung pas ketemu atau setelah pulangnya] ucapku membalas pesan Zien.
[Tanya apa? Oke kalau begitu] balasnya.
[Ntar ae gua tanyainnya. Sip👍] jawabku.
"Ciee lagi pesan-pesanan sama siapa tuh? Pasti Zien?" tanya Leia dengan senyum jail.
"Iya" balasku sambil menoleh ke mereka berdua. "Udah selesai kelas dia katanya" ucapku.
"Yah berati bentaran lagi kelas kita masuk dong?" ucap Rizty seperti kecewa. "Padahal gua masih pengen nyantai di kosan Leia"
"Haha iya. Males ya rasanya mesti jalan ke kampus lagi" ucap Leia.
"Makanya.. Mager. Untung gua kesininya naek motor, gak gua tinggal motornya di parkiran kampus. Jadi setidaknya nggak perlu jalan kaki dah" ujar Rizty sambil menyenderkan tubuhnya ke sandaran kasur.
"Yaudah yuk mending kita siap-siap kelas ntar lagi masuk" ucap Leia sambil beranjak dari kasur. Ia pun merapikan isi tas nya.
"Haah anjir mager banget gua masih pengen tidurr" ujar Rizty setengah menguap. Rizty dengan malas pun bangkit dari kasur.
Aku pun berdiri dari duduk di sofa. Lalu kami bertiga keluar dari kosan Leia. Kami pun setelah itu kembali menuju kampus cengtri bertiga menaiki motor Rizty. Kemudian masuk ke kelas kami.
–
Setelah selesai kelas, aku berpisah dengan Leia dan Rizty untuk menghampiri Zien yang sudah menungguku di kantin. Aku pun membeli barbeque beef bowl bersama Zien ditraktir olehnya. Karena Zien sudah makan duluan sembari menungguku. Jadi kami langsung pulang saja, sekaligus menurutku lebih baik membicarakan soal ini di rumah dibanding di kampus. Apalagi kantin kampus ini cukup ramai. Takutnya bisa saja ada yang mendengar pembicaraan kami nanti, apalagi jika sampai menyinggung soal identitasku.
Setelah pulang dan sampai rumah, aku mengganti pakaianku. Lalu setelah itu segera ke meja makan untuk menyantap makananku. Dan aku pun memakan makananku.
"Btw Zien, lu ikut ekskul Pers?" tanyaku kepada Zien disela makanku.
"Iya, kenapa?" tanyanya. "Kau ingin ikut Pers juga?" tebaknya sembari memberikan minum dan duduk dihadapanku.
"Iya kayaknya. Soalnya Leia dan Rizty katanya ikut ukm Pers. Mumpung gua belum tau mau ikut ukm apa disini, dan selain mereka ternyata lu ikut Pers juga. Jadi mending keknya gua ikut ukm itu aja dah biar bareng sekalian" ucapku.
Zien tersenyum ke arahku. "Aku sebenarnya memang berniat ingin mengajakmu ikut ukm pers bersamaku, hanya saja belum sempat untuk mengatakan dan membahas hal itu. Tapi ternyata kau malah yang sudah mengajukan diri duluan untuk ingin ikut ukm itu. Kebetulan sekali" ucapnya dengan senyuman. "Tentu saja. Aku justru senang dan memang ingin kau ikut ukm itu bersamaku"
"... Bisa kebetulan gitu yak" ujarku dengan senyum sweatdrop. "Btw lu berarti juga udah kenal sama Leia dan Rizty dong?" tanyaku menatap Zien.
"Leia temanmu yang kosannya kau kunjungi itu? Ya. Aku mengenalnya" jawab Zien. "Aku kenal mereka berdua. Tapi hanya sebatas kenalan satu ukm saja. Kenapa?" tanyanya.
"Ya nanya aja" jawabku. "Tapi.. Apa lu.. Tau soal kemampuan dia?" tanyaku sedikit ragu, sekaligus penasaran apakah Zien mengetahui tentang hal itu juga.
"Ya. Aku tau Leia dia punya kemampuan bisa melihat masa lalu bukan? Apa dia sudah melihat dan mengetahui tentang masalalu dan identitasmu?" tanya Zien menatapku.
"Y-ya.. Itu" aku melirik kiri sekilas lalu menatap Zien dan mengangguk. "Apa nggakpapa kalo dia udah tau soal identitas gua?" tanyaku ragu.
"Tak heran jika dia tau. Justru mengherankan kalau ia sampai tidak dapat mengetahuinya. Karena kosan yang kau kunjungi itu ternyata kosan Leia, pasti cepat atau lambat identitasmu akan bisa terungkap olehnya. Tapi ternyata dia sudah tau secepat itu ya" ujar Zien memejamkan mata dan menyumpit makanannya. "Aku tidak terlalu masalah jika dia yang mengetahuinya, asalkan ia tidak menyebarkannya ke yang lain tidak jadi masalah" jelas Zien. "Tapi meski begitu, kau tetap harus hati-hati dan waspada"
"Bagus dah kalo gitu" ucapku lega. "Waspada sama Leia dan Rizty?" tanyaku menatap Zien.
"Bukan mereka. Tapi yang lain" jawab Zien sambil mengunyah makanan. "Malah menurutku bagus kau dekat dengan mereka. Kurasa kau akan lebih aman jika bersama mereka" ucapnya. "Bahkan mungkin dibanding beberapa orang yang juga ada di jurusanmu"
"Jadi lu percaya mereka berdua baik dan nggak bakal ngebocorin rahasia gua kan?" tanyaku memastikan. "Berarti lu udah kenal juga sama semua anak-anak di jurusan gua?"
"Mungkin. Jikapun kalau mereka sengaja membocorkannya, aku akan mengingatkan mereka. Bahkan berurusan dengan mereka jika perlu" ucap Zien. "Tidak juga. Hanya beberapa yang sudah ku kenal. Dan sebagian besar hanya sebatas tau" ujarnya menatapku sambil menyenderkan bawah pipi kirinya pada kepalan tangan kirinya dengan tumpuan di atas meja.
"Lu mau apain mereka emangnya? Lu nggak ampe berniat mukul cewek kan kalo mereka begitu??" tanyaku ragu. "Siapa aja yang udah lu kenal? Yura, Vira, Milda, Selina, Ranti, Alvan, Fery, dkk lu kenal?" tanyaku penasaran menanyakan nama-nama yang saat ini sudah kukenal di jurusanku.
"Tentu saja tidak. Aku tidak pernah main kekerasan dengan perempuan" senyumnya. "Tidak kenal, hanya sebatas tau mereka. Selina aku sedikit mengenalnya karena dia juga ikut Pers, tetapi juga tidak terlalu kenal secara personal" ucap Zien. "Tapi.. Sebaiknya kau perlu waspada juga dengannya"
"Hoo.. Waspada kenapa tuh sama Selina??" tanyaku makin penasaran.
"Kalau dia tau. Dia bisa saja membocorkan rahasiamu ke publik, apalagi dia cukup dikenal di kampus ini karena dia seorang model dan juga bagian dari BEM. Jadi sebaiknya jangan sampai hal ini diketahui olehnya. Karena potensi tersebar rahasiamu diketahui publik jauh lebih besar dibanding jika mungkin diketahui oleh beberapa orang yang lain" ucap Zien. "Apalagi pers memungkinkan berita terbaru untuk tersebar ke seluruh kampus. Berita tentangmu pasti akan menghebohkan jika sampai ia tau dan menyebarkannya. Maka jelas akan jadi berita hangat kampus"
"Waduh.. Ngeri juga ternyata kalo ketauan dia" ujarku sweatdrop. ((Oh jadi dia model toh? Pantes aja. Orangnya emang cantik banget dan tinggi juga sih, cocok emang jadi model. Padahal gua tadinya berharap bisa lebih deket sama dia. Tapi..)) ucap batinku. "Mampus. Kalau sampe jadi hot topic kampus, gua bakal jadi viral ketauan Transgender yang ada kalau gitu!" ucapku panik. "Berarti gua harus lebih hati-hati dan jaga jarak sama dia" ujarku sedih.
"Begitulah" ucap Zien sambil menyuap makanannya. "Itu lebih baik untuk keamananmu sendiri"
"Berarti jauh lebih aman kalo ketauan Leia dan Rizty dong ya? Untung aja yang tau baru Leia" ujarku merasa lega. "Tapi gakpapa kalo misalkan Rizty nanti tau? Gua khawatir kalo Rizty bakal tau juga" tanyaku. "Ya.. Semoga aja dia nggak bocorin soal identitas gua sih"
"Selama dia tidak membocorkan rahasiamu, mungkin tidak apa-apa. Aku lumayan percaya mereka dapat diandalkan" ucap Zien.
"Btw kalau Rizty.. Apa lu juga tau kemampuannya?" tanyaku ragu.
"Sedikit. Tapi belum pasti" ucapnya. "Riztya.. Anak itu sepertinya juga punya rahasia tersembunyi dan mungkin hanya Leia yang sepertinya tau" ujar Zien.
"Jadi lu juga udah tau soal kemampuan Rizty? Apa lu tau soal kemampuan anak-anak yang ada di kampus?" tanyaku penasaran.
Zien mengangguk. "Beberapa. Dan bukan hanya mereka berdua saja yang memilikinya. Terutama di ukm Pers. Ada lumayan banyak yang juga memiliki kemampuan lebih" jelas Zien.
"Iyakah?" tanyaku penasaran. "Berarti.. Apa lu jangan-jangan juga salah satunya?" tanyaku penasaran ke Zien.
Zien tersenyum tipis. "Mungkin" ujarnya.
"Berarti lu juga punya kemampuan khusus kan?! Kemampuan lu apa??" tanyaku sangat penasaran.
"Aku tidak akan memberitaukanmu sekarang. Tapi suatu saat kau juga pasti akan tau" ucapnya dengan senyuman tipis.
Aku penasaran dan ingin bertanya lagi, tetapi kurasa sepertinya dia tidak akan menjawab soal ini. "Btw soal kasus kampus.. Lu kan bilang gua supaya jadi mata-mata lu, apa ada kaitannya dengan hal ini?" tanyaku penasaran.
"Ya itu benar" ucap Zien. "Maka itu aku memang ingin mengajakmu ikut ukm Pers supaya bisa menjadi mata-mataku, sekaligus menyelidiki kasus di kampus ini" jelasnya.
To be continued..