Athena dan Ares sedang berada di toko buku. Pasalnya, Ares sedang mencari buku pelajaran. Biasa, orang pintar mah beda. Athena juga heran, ternyata ada juga laki-laki serajin Bara dan Ares.
Di salah satu tangan Athena, terdapat satu kresek putih berisikan novel yang menurutnya menarik. Tentunya, Athena membayar menggunakan uangnya sendiri. Ares sudah mentraktir ia makan, jadi ia tidak ingin merepotkan Ares lagi. Tapi jika Ares yang menawarkan, akan beda lagi ceritanya.
Athena sedari tadi hanya menatap Ares yang mondar-mandir memilih buku. Matanya dengan liar menatap sekitar, dan mendadak berbinar tak kala melihat toko kue di dekat Gramedia. Namun, toko itu sangat ramai pengunjung dan berdesakan. Athena ingin donat. Donat coklat disana nampak enak.
Athena menghampiri Ares dan menarik ujung baju Ares. Ares berbalik menatap Athena yang mendadak seperti anak kecil yang ingin dibelikan permen.
"Gue mau donat." Kata Athena menunjuk toko kue di sana.
"Sekarang?"
Athena mengangguk antusias.
"Nanti ya, gue masih milih buku. Tapi kalo lo mau sekarang, lo bisa beli sendiri 'kan? Gue traktir." Kata Ares menyodorkan uang berwarna merah muda kepada Athena.
Athena menatap toko kue yang sangat ramai itu, kemudian bergantian menatap uang yang disodorkan Ares. Athena mengangguk dan mengambil uang 100 ribu itu.
Athena rela berdesakan agar mendapatkan donat yang ia mau. Dari Gramedia, ia sudah mengincar donat coklat yang ditaburi Oreo, ataupun donat coklat lainnya.
Namun pada saat sampai di sana, donat itu hilang.
"Mbak ad---"
"Mbak! Aku ambil kue itu, sama yang itu." Potong seorang wanita menunjuk beberapa kue di dalam etalase kaca.
"Baik kak,"
Athena beralih ke penjual di sebelahnya.
"Mbak---"
"Mbak, ini uangnya."
"Baik, terimakasih kak."
Inilah mengapa Athena benci keramaian.
"Mbak! Ada kue donat coklat?" tanya Athena mengeraskan suaranya.
"Oh, maaf kak. Donat coklatnya baru saja habis. Kakak mau donat rasa lain?"
Athena lesu kembali dan mengangguk, "Donat rasa campurnya 1 kotak, mbak."
"Baik, ditunggu kak."
Setelah menunggu beberapa menit, satu box donat tersodor di hadapan Athena.
"Totalnya 50 ribu kak. Ada yang lain?"
Athena menggeleng dan menyodorkan uang berwarna merah muda itu.
Setelah selesai melakukan transaksi, Athena keluar dan mendapati Ares sedang menunggunya di depan toko.
"Udah?"
Athena mengangguk lesu dan menyodorkan uang sisa tadi.
"Kenapa lesu? Donatnya gak ada?"
Athena menggeleng dan mengangkat kresek yang berisikan box donat.
"Donat yang Lo mau nggak ada?" Tebak Ares tepat sasaran.
Athena menggeleng, kemudian mengangguk. Ares menghela nafas sabar. Ia kemudian berjongkok di depan Athena. Athena dengan senang hati nemplok di sana.
Sebelum pulang, Ares membelikan satu cup es krim untuk Athena. Wajah Athena menjadi sedikit lebih bersemangat dari sebelumnya. Ares menatap Athena yang sibuk dengan es krimnya. Plastik novel dan box donat sudah di ambil alih oleh Ares. Ares mengusap puncak kepala Athena lembut.
"Pulang?"
°•°•°•
Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Athena juga mengatakan yang sejujurnya kepada Ares alasan mengapa ia menjadi tidak bersemangat tadi. Hanya karena donat coklat.
Satu box donat tadi ia berikan kepada Theo yang kebetulan teman-temannya datang ke rumah. Ia hanya mengambil satu donat yang ditaburi kacang. Athena tidak menghiraukan ajakan Nasya yang mengajaknya bergabung dengan teman-teman kembarannya itu. Bahkan, ia juga tidak lagi nempel-nempel dengan Bara.
Pintu rumah di ketok. Nasya yang berada di ruang tamu langsung membuka pintu dan mendapati kurir yang mencari Athena.
Atas panggilan Nasya, Athena menghadap ke kurir itu. Pesanan itu atas nama Ares, untuk Athena. Pesanan itu juga sudah di bayar.
Athena kembali ke kamarnya tanpa menghiraukan teman-teman kembarannya yang menatapnya heran.
Athena membuka box itu, dan mendapati donat rasa coklat penuh. Mood Athena langsung naik. Athena tersenyum lebar dan menggigit salah satu donat disana. Senyumnya mengembang semakin lebar. Sangat enak, dan Athena suka.
Athena mengambil handphone-nya, dan menghubungi nomor Ares. Ares menerimanya. Athena tersenyum tulus meskipun Ares tidak bisa melihat itu. Meskipun begitu, suara lembut dan tulus yang sangat jarang gadis itu keluarkan untuk orang lain, untuk pertama kalinya Ares mendengarnya.
"Makasih, gue suka."