Sore nya, gadis penjaga kasir supermarket itu sebentar lagi akan bersiap pulang. "Sebelum pergi, aku harus membeli makanan hehe," ia juga membeli beberapa makanan ringan dari supermarket nya sendiri dan mengambil sesuatu yang sangat ia sukai.
Yakni mochi berwarna putih. "Hehe sangat harum," sepertinya dia begitu suka pada mochi berwarna putih susu.
Dan mengambil ponselnya. Tak lama kemudian, di sana tepat ada manajer toko yang merupakan seorang pria paruh baya yang terlihat tua. "Oh Shou, kau sudah selesai? Mau pulang?" tatap nya dengan ramah.
"Ya, manajer, aku akan kembali besok," balas Shou.
"Bagus lah, kau pasti sangat lelah karena aku tadi tak sengaja melihat di CCTV supermarket bahwa kau melayani beberpa seorang mengerikan ya?"
"Hah mengerikan? Yang aku lihat hanyalah banyak pria yang beberapa kali ambil rokok dan alkohol, ini itu tidak akan di sentuh... Kebanyakan mereka akan melihat ku dengan tatapan mesum!" teriak Shou dengan kesal.
"Tenang Shou, aku mengerti itu, di kawasan ini memang tempat nya para pria nongkrong, lihat di sana ada tempat nongkrong minum," Manajer menunjuk tempat di samping supermarket ada tempat minum. Di sana memang banyak tempat tongkrongan minum dan supermarket menjadi tempat toko serba ada untuk mereka yang menongkrong di luar.
"Jika kamu sudah tidak mau tak apa Shou, kamu boleh keluar," tambah manajer.
"Haiz.... Manajer, tolong jangan pecat aku hanya karena mengasihani aku, aku bekerja juga untuk uang, apa manajer pikir aku memiliki rumah sendiri," tatap Shou dengan mengintimidasi.
"E... Ya... Ya Shou, aku tidak akan memecat mu, tapi ingatlah. kawasan ini bahaya dan aku tidak bisa melindungi ataupun bertanggung jawab dengan tubuh krempeng ku," kata manajer.
"Haha manajer, kau itu tetap kuat dan hebat," balas Shou seketika manajer yang mendengar itu menjadi tersenyum haru. "Oh Shou, kamu benar benar gadis yang baik dan penuh suport..."
"Hehe.... Baiklah, manajer... Aku pulang dulu," kata Shou.
"Ya, hati hati di jalan," balas Manajer sambil melambai.
Lalu Shou berjalan pulang. "(Aku tak tahu apa yang aku lakukan setelah pulang... Mungkin pada akhirnya aku ingin menggambar dan melukis lagi...)" pikirnya sambil menikmati suasana kota yang ia lewati.
Tapi siapa sangka, di jalan nya pulang, dia terus saja teringat pada pria tadi. Pria yang datang menyelamatkan nya tapi yang ada dia malah seorang gangster.
"(Haiz.... Mau bagaimana lagi, aku baru bertemu dengan nya sekali dan belanjaan nya juga terlihat umum jadi dia mungkin hanya satu kali ke supermarket ku bekerja,)" pikir nya mencoba tidak kembali mengingat soal pria itu.
Tapi ponselnya berbunyi pesan masuk membuat nya berhenti berjalan dan memilih menatap ke ponselnya. Tertulis kan dari seseorang yang bernama Naya.
-Shou, kau ingin karaoke bareng hari ini?-
tawar pesan itu. Dia mungkin adalah teman dekat nya Shou.
-Aku ingin... Tapi aku sangat lelah, lagi pun aku tak bisa bernyanyi-
balas Shou yang mulai mengetik. Di saat selesai mengetik, ia kembali menoleh ke jalan dan siapa sangka, ia melihat sesuatu yang secara kebetulan nampak begitu saja.
Yakni pria tadi, pria gang yang menakutkan tadi tapi sempat menyelamatkan Shou tadi, sedang berdiri seperti menunggu seseorang di jalan dan ia juga sedang merokok santai dengan wajah datar nya. "(Astaga, kenapa kita harus bertemu lagi? Aku belum pernah melihat nya di kawasan ini sebelumnya, apa dia pindah atau tinggal di apartemen dekat sini, atau jangan jangan... Gang nya sedang melakukan pemerasan di sini?!)" Shou mulai berpikir yang tidak tidak.
"(Jika itu memang benar, aku harap dia tidak ada di apartemen ku dan sekarang, jangan sampai dia melihat ku.... Ini adalah ibu kota Korea, pastinya tempat ini luas untuk nya, tidak melihat ku,)" Shou berjalan sambil menundukan wajah dan siapa sangka. Pria itu menoleh padanya, ia melihat sambil terdiam menatap Shou yang berjalan melewatinya dengan wajah yang menunduk.
"(Dia tak melihatku kan.... Dia tak melihatku kan.... fyuh... Untung nya tak mengejar...)" Shou mencoba menoleh dan sudah berpikir bahwa pria itu tidak melihat ataupun mengejarnya. Tapi ketika menoleh, ia terkejut karena pria itu menatap nya dengan lirikan nya. Satu tangan berpose masuk di saku celana dan satunya memegang rokok di mulutnya melirik Shou dengan tatapan tajam nya.
"(Astaga, dia melihatku?! Apa dia sengaja melakukan nya, aku harus pergi!!)" Shou langsung berlari pergi membuat pria itu terdiam menatap nya pergi.
Akhirnya dia bisa menghela napas panjang dan kembali ke apartemen nya. Rupanya dia benar benar tinggal sendirian di apartemen nya.
"Haiz.... Melelahkan, aku ingin langsung tidur tapi ada yang harus aku kerjakan," gumam Shou yang mengeluh sendiri, lalu mengeluarkan buku gambar dari tas yang ada di sofa tadi dan di letakan di meja makan.
Ia membuka satu lembar di sana dan ada tertulis tulisan bertuliskan. 'Typography'
"Aku hampir lupa ada tugas ini," ia terdiam.
Tipografi, seni cetak atau tata huruf adalah suatu kesenian dan teknik memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, guna kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Sepertinya Shou ingin membuat seni yang seperti itu.
"Aku belum memikirkan ide yang bagus, mungkin aku harus mandi dulu," gumam nya sekali lagi, lalu ia berjalan ke kamar mandi. Ia melepas semua bajunya dan terlihat kulit nya yang sangat putih.
Sebelum ia melepas bra nya, ia melihat dirinya sendiri di kaca.
"Haiz.... Ukuran dada ku ini jika di pikir pikir kurang besar, tentu saja tinggi ku hanya 158 saja, seperti gadis remaja yang belum tumbuh padahal umur ku sudah ada 19 tahun... Haiz... Tapi paling tidak aku punya perut yang ramping hehe..." ia memuji tubuhnya sendiri. Hingga ia terpikirkan sesuatu, ia melihat lehernya sendiri.
". . . Kenapa aku berpikir soal itu lagi," gumam nya, lalu terpikirkan bahwa ia selalu melihat leher orang orang di sekitarnya ada bekas kecupan.
Bahkan semua teman nya. "(Aku benar benar berpikir, kenapa mereka memakai kerah tinggi di leher mereka, padahal sedang musim panas begini, apakah ini harus membuat ku berpikir bahwa mereka itu sedang menikmati sesuatu bersama pasangan mereka, apa jika aku punya pasangan nanti, aku juga akan dapat hal itu?)" tatapan nya pada dirinya sendiri di kaca benar benar tatapan yang polos.
Itu karena dia tak pernah pacaran selama umurnya 19 tahun, hanya menganggap lelaki sebagai teman saja dan sekarang dia mulai berpikir soal mendapatkan pasangan. "(Bukan nya aku ingin pasangan, tapi aku hanya ingin pasangan yang bisa hangat dan lebih dewasa dari aku,)" pikirnya sekali lagi, tapi siapa sangka. Ia malah terpikirkan pria gang itu.
Seketika ia terkejut sendiri. "Ahhkkk!!! Apa yang aku pikirkan!! Dia itu Ahjussi, pastinya sudah punya istri!!" ia memegang kepalanya sendiri dan tak tahu kenapa dia terus terpikirkan oleh pria itu.
Setelah mandi, ia selesai mandi dengan hanya menggunakan handuk berbentuk kimono yang berwarna merah muda.
Tapi tiba tiba saja, di saat akan masuk ke kamar nya, ia mendengar suara ada yang mengetuk pintu.
"Hah.... Siapa?" ia panik dan segera masuk ke kamar, memakai baju dengan buru buru. Orang itu terus mengetuk hingga Shou berlari dan membuka pintunya.
Terlihat seorang perempuan berdiri membawa se plastik makanan ringan. "Halo Shou.... Aku kemari untuk Hangout," kata perempuan itu, rupanya dia adalah teman Shou yang mengirim pesan tadi, dia bernama Naya.
"Oh Naya, kupikir siapa... Masuk saja," Shou menyambutnya lalu Naya berjalan masuk.
"Kenapa kau lama membuka pintu?"
"Aku baru saja mandi."
"Wah wah, apa kau baru pulang dari bekerja?" tatap Naya sambil melihat buku gambar di atas meja itu. "Kau tahu, tugas kampus kita memang sangat berat, kau pasti harus ke sana kemari untuk membuat ide dari tugas kita, aku hanya bisa menyemangati mu deh," tambah Naya. Lalu Shou terdiam dan menghela napas panjang. "Begini gini pun, aku juga tetap suka."
"Suka? Tugas kita semakin banyak, dosen bersikap sesukanya dan Kita terus tertekan, lebih baik bersama pacar di rumah menikmati waktu hangat bersama," kata Naya.
"Apa kau masih bersama pacar mu? Bagaimana hubungan kalian?" tanya Shou sambil meletakan dua teh di meja dekat sofa, lalu Naya mendekat duduk bersama nya.
"Hah? Teh? Kamu benar benar kuno, zaman sekarang apalagi anak muda seperti kota, itu minumnya bersoda," Naya mengeluarkan dua kaleng soda.
". . . Tapi, ini nama nya sopan, aku menjamu mu, jadi kamu harus terima, lagi pula teh lebih aman dari pada soda yang kamu bawa," kata Shou.
"Haiz, baiklah deh, si paling aman," Naya mengambil secangkir teh nya lalu meminumnya. "Hm.... Kenapa teh mu selalu saja enak, aroma nya harum, tidak terlalu manis banget dan rasanya sangat fresh," tatap Naya.
"Hehe aku belajar dari tradisi keluarga ku."
"Kamu belajar pada orang tua mu?"
"Tidak, tapi kakek ku, beliau mengajariku membuat teh dengan bahan bahan yang enak dan harum," balas Shou.
"Apa kakek mu dari sini juga? Seoul?"
"Tidak, rumah kami sebenarnya ada di Jeju."
"Jeju? Kudengar di sana banyak kediaman aman nya? Apa kamu salah satunya?" tatap Naya, seketika Shou terdiam.
"E.... Bagaimana jika makan ini?" ia malah mengalihkan pembicaraan, mengambil mochi tadi.
"Ah mochi, rasanya begitu lembut, sudah lama aku tidak memakan nya," Naya mengambilnya dan memakan nya langsung.
"Oh iya, ngomong ngomong apa kau sudah punya pacar? Tubuh mu sangat cantik, apa tidak ada yang menggoda mu lagi?" tatap Naya.
". . . Mereka terus saja melakukan nya, tapi aku tidak mau."
"Haiz padahal aku cemburu banget sama kamu, bisa di kejar banyak lelaki, tapi kamu malah menyia nyiakan mereka, apa alasan mu melakukan nya?"
"Itu karena... Aku hanya ingin satu orang yang tidak sempurna, yang sama sama belajar pasal cinta padaku, tapi dia harus berpengalaman," balas Shou. Lalu Naya terdiam.
"(Bagaimana bisa berpengalaman tanpa adanya rasa cinta....)"