Chereads / Wolfie Hunter / Chapter 7 - Eps. 7 Terlahir Kembali

Chapter 7 - Eps. 7 Terlahir Kembali

"Apakah nasibku harus berakhir seperti ini? Aku belum menyelesaikan Kuliah ku. Juga belum membahagiakan orang tuaku." batin Jenia di detik-detik terakhirnya.

"Seandainya saja Tuhan memberiku kesempatan untuk hidup kembali, maka aku pasti akan balas dendam."

Jenia menitikkan air mata, lalu menutup matanya di ujung nafasnya merasakan perih dan panas di semua tubuhnya yang terasa seperti api neraka.

Keesokan harinya kabar mengenai meninggalnya Jenia kembali membuat gempar seisi kampus.

"Astaga! Bagaimana bisa gadis polos itu meninggal dengan cepat?" pekik seorang mahasiswi jurusan Fisika.

"Kasihan dia. Mana dia dengar-dengar menjadi korban perampokan." tukas mahasiswi lain di kelas.

Sementara itu Erlan hanya duduk diam di kursinya mendengarkan saja percakapan mereka yang ramai saat itu tanpa berkomentar apapun. Dingin, seperti biasanya.

"Erlan, bukankah sebelumnya Jenia dekat denganmu? Kupikir kalian jadian. Apa kau tidak melindunginya saat kejadian perampokan itu terjadi?" tanya seorang pria yang duduk di depan Erlan.

Erlan segera mengangkat kepalanya dan menoleh ke belakang.

"Kau salah paham. Kami hanya teman biasa dan saat kejadian itu terjadi aku sedang pulang ke rumah. Aku sungguh menyesal sekali kenapa tak main ke tempatnya saat itu." dalih Erlan memperlihatkan rasa sedih dan duka mendalam atas kematian Jenia.

Pria tadi percaya saja dengan apa yang diucapkan Erlan yang terlihat terpukul dengan kematian mahasiswi tersebut.

Di suatu tempat lain di sebuah danau.

"Lihat itu ada yang mengapung di air!" tunjuk seorang lelaki yang melewati sungai setelah berburu ikan. "Itu terlihat seperti manusia." ucapnya merinding.

"Apakah itu mayat?"

"Tidak tahu. Sebaiknya kita periksa saja."

Dua pria tadi kemudian menaruh dua ember berisi penuh ikan ke tepi. Mereka segera menuju ke tempat sesosok yang mereka duga sebagai mayat berada.

"Mayat seorang wanita." pekiknya saat melihat tubuh yang mengapung itu mengenakan baju panjang putih dengan rambut panjang berwarna merah terurai.

Salah satu dari mereka kemudian masuk ke danau untuk mengambil mayat tersebut lalu membawanya ke tepi.

Pria lainnya menatap wajah pucat wanita itu namun masih terlihat segar bagian tangan dan kakinya itu. Ia pun memeriksa kondisinya untuk memastikan apakah memang sudah meninggal atau masih hidup.

"Dia masih hidup." tukasnya setelah memeriksa nafas di hidungnya yang masih ada tarikan nafas meskipun itu lemah sekali.

"Apa dia tenggelam tadi?"

Pria lainnya karena memang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Ia lalu menekan dada wanita itu dan cukup keras.

"Pfft!" Setelah berulang kali menekan, air menyembur dari bibir wanita itu.

Hingga beberapa saat kemudian wanita itu membuka matanya.

"Oh, apa yang terjadi padaku? Bukankah aku dirumah?" pekik wanita itu terkejut.

Ia bingung kenapa dirinya tiba-tiba berada di danau, padahal sebelumnya berada di rumah.

"Kalian...." ucapnya lagi terkejut saat melihat dua pria di sampingnya lalu beringsut mundur. Takut.

"Nona, jangan takut. kami berdua yang menyelamatkan dirimu tenggelam." ucap seorang pria yang bisa melihat ketakutan pada wajah wanita tadi.

"M-maaf. Terimakasih kalian berdua sudah membantuku." ujarnya merasa tak enak meskipun sudah minta maaf.

"Apakah nona mau kami antar pulang?" tawar seorang pria padanya yang langsung di tolaknya.

"Jika begitu kami permisi dulu." pamit dua pria tadi kemudian berlalu.

Mereka mengambil kembali dua ember yang ditaruhnya di tepi danau dan melanjutkan mencari ikan di tempat yang lain.

"Apa semalam itu aku mimpi? Tapi bagaimana bisa aku tiba-tiba berpindah di sini?" gumamnya masih bingung dan bias pada apa yang terjadi pada dirinya sendiri.

"Oh, leherku!" pekiknya teringat jika sebelumnya lahirnya terasa sakit dan segera memegangnya.

"Leher ku, utuh!" pekiknya dan lebih terkejut lagi saat melihat baju dikenakannya berbeda dengan pakaian yang dia kenakan semalam.

"Semalam Erlan melukaiku. Tapi kenapa sekarang tubuhku baik-baik saja. Apa sebenarnya yang terjadi?" lirihnya semakin merasa bingung.

Ya, wanita itu adalah Jenia.

Ia pun mencoba untuk berbalik dan menatap danau yang ada di belakangnya.

"Siapa aku?" pekiknya lagi-lagi kembali terkejut mendapati wajahnya berubah total, bukan wajahnya.

Wajahnya berubah menjadi wanita yang lebih dewasa daripada dirinya. Dengan rambut panjang berwarna merah sepinggang dan mata coklat yang tajam berkilat bagai petir.

Jenia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kini ia berubah menjadi sosok wanita lain yang juga tak dikenalnya sama sekali siapa dia.

Kembali ke Kampus Cambridge. Beberapa hari setelah kejadian meninggalnya Jenia, Erlan tetap seperti biasanya tak berubah. Ia mendekati banyak wanita lainnya yang kemudian dijadikan korbannya.

Bahkan suasana di London kian mencekam saat malam hari.

"Argh!" teriak seorang wanita di suatu rumah saat sekelompok serigala datang menyerangnya.