Bagian 2
Awal Masuk SMA
Ini masih tentangku Sintya, Ini masih jadi bagian ceritaku. Cerita hidupku. Bagaimana aku akan memulainya dan mengakhirinya. Masih panjang dan banyak sekali halangan. Merintis dan menangis.
Kemarin kita sampai mana ya? Masih sampai di masa SMP ya? Iya mungkin ini tak akan panjang lagi. Ceritaku di mulai pada saat aku mulai masuk SMA atau sekolah menengah atas. Daya pikirku mulai beranjak.
Mau mulai dari mana? Awal sekolah? Atau pertengahan sekolah? Atau ingin langsung semuanya? Jangan. Terlalu untuk di dengar. Baiklah kita mulai.
Ini masa pertamaku masuk ke SMA. Banyak orang bertanya kenapa aku SMA? Mudah saja. Ketika aku mengerti masa SMP penuh dengan bullying aku berharap dengan aku masuk ke SMA aku bisa mendapatkan tempat yang selebihnya nyaman, Teman yang bisa di bilang tidak membully namun saling support satu sama lain. Pikir Sintya.
Awal awal seluruh siswa dan siswi di SMA melaksanakan masa pengenalan lingkungan sekolah atau biasanya orang orang menyebut MPLS. Di masa pengenalan lingkungan sekolah aku mempunyai satu teman. Dia adalah orang yang duduk sebangku denganku. Namanya Ive. Dia teman pertamaku di waktu pengenalan lingkungan sekolah. Setelah pengenalan lingkungan selesai aku masih berteman dengannya (Ive), Bahkan akrab.
Saat itu pada jam istirahat Sintya bertanya kepada Ive tentang bullying menurutnya.
"Ive?" Ucap Sintya.
"Iya kenapa? Mau tanya pelajaran favorit? Atau makanan kesukaan?" Ucap Ive.
"Engga, Bukan nanya. Apa pendapat kamu tentang bullying?" Ucap Sintya.
"Bullying? Mungkin penyiksaan bertuliskan teman, Atau sesuatu hal yang menurut mereka biasa tapi menurut kita adalah rasa sakit. Mungkin penjabarannya masih banyak lagi Sin. Kenapa nanya tentang bullying?" Ucap Ive.
"Hmm, Aku setuju dengan pendapatmu. Tidak mengapa aku bertanya tentang bullying. Aku hanya ingin tau pendapatmu saja." Ucap Sintya.
"Baiklah, Eh Sin rumahmu jauh dari sekolah? Atau dekat?" Ucap Ive.
"Di bilang jauh juga tidak, Di bilang dekat juga tidak. Sedang sedang saja. Ntah itu jauh ataupun dekat aku harus tetap bangun pagi untuk menunggu angkutan umum." Ucap Sintya.
"Kalau rumahmu searah denganku akan ku jemput." Ucap Ive.
"Gausah ngerepotin nanti. Aku udah biasa juga berangkat sendiri. Gimana masa masa SMP kamu Ve?" Ucap Sintya.
"Seneng sih, Aku punya sahabat yang baik banget. Pokoknya dia yang terbaik. Tapi sekarang semenjak masuk SMA udah jarang ketemu apalagi ngobrol sekarang kita berdua juga punya kesibukan masing masing." Ucap Ive.
"Wih!!! Kapan kapan kalo kalian berdua ada waktu ajak ngumpul. Kenalin ke aku juga dong Ve." Ucap Sintya.
"Iya nanti aku kenalin deh. Kalo kamu gimana? Apakah ada sedikit percintaan dari masa masa SMP kamu?" Ucap Ive
"Seneng sih cuman ya, Seneng deh. Apa itu percintaan?" Ucap Sintya sambil tersenyum.
Sintya masih belum mau menceritakan hal hal di masa lalunya kepada Ive. Sintya masih merahasiakannya. Sembunyi sembunyi mungkin salah satu cara Sintya untuk menutupi traumanya di masa SMP. Berpura pura bersifat senang dan riang padahal di balik wajahnya terdapat banyak sekali rasa takut.
Disaat mempunyai 1 teman saja cukup, Di banding berpuluh puluh teman, Namun mereka tidak sebaliknya menganggapmu teman. Mereka tidak benar benar membutuhkanmu, Mereka hanya memanfaatkanmu. Merasa cukup berharap di hari hari berikutnya tidak akan ada lagi hal hal buruk yang pernah terjadi di masa lalu.