Bagian 6
Usik Sintya Racuni Pikirannya
Merlin menjalani semua yang sudah ia persiapkan. Merlin percaya meski setengah dari pikirannya merasa ia sudah tidak ingin melakukan lagi, Ia tetap mencoba untuk terus berjalan mencari hal yang benar benar ia butuhkan. Setidaknya ia belum pernah gagal dua kali.
Merlin yang dapat damai dengan masa masa kelam yang di laluinya, Sementara itu. Sintya, Ive, Dan Kharisa terus menerus memperhatikan Merlin. Mereka bertiga melihat Merlin begitu sibuk dengan lingkup pertemanan nya sendiri. Merlin berpindah dari ke tempat yang satu hingga tempat lainnya. Melihatnya begitu haus akan sebuah nama. Dari hari ke hari Sintya mulai paham dengan apa yang mereka lakukan, Sintya mulai paham dengan apa yang di lakukan oleh Merlin. Sintya ingin menolongnya, Namun.
"Apa dia adalah manusia yang tau akan kebaikan seseorang? Akankah pikiranku akan berfikiran yang sama dengan Merlin?" Benak Sintya.
Selang beberapa hari, Sintya memutuskan untuk berbincang bincang dengan Ive dan Kharisa mengenai soal Merlin di rumah Kharisa.
"Kenapa Sin? Mendadak banget ngajakin kumpulnya?" Ucap Kharisa.
"Iya, ada yang janggal mengenai Merlin." Ucap Sintya.
"Merlin ya?? Pasti ada kaitannya dengan Alamsyah." Ucap Ive.
"Iya emang bener Ve, Gimana ya. Dia akhir akhir ini sering keliatan kecapean gitu loh. Dia terlalu ambis buat ngisi semua kemauan Alamsyah." Ucap Sintya.
"Dia kecapean? Apa gimana? " Ucap Kharisa sambil menuangkan jus lemon ke dalam gelas.
"Coba kalian liatin dari matanya, Keliatan maksa banget." Ucap Sintya.
"Bisa bisanya kamu tau Sin?" Ucap Ive.
"Iya karena orang yang suka maksain sesuatu tuh keliatan dari matanya, Matanya aja gamau nerima apa lagi hatinya. Dia cuma terlihat biasa aja tuh." Ucap Sintya.
"Dia yang mau dia juga yang ngejalanin." Ucap Kharisa.
"Sin, Meskipun niatmu baik. Tapi belum tentu di mata Merlin baik Sin." Ucap Ive.
"Iya si, Nanti biar aku omongin pelan pelan sama Merlin deh. Keknya aku harus tau dan harus paham tentang masa masa kelam Merlin." Ucap Sintya.
"Kalo ini soal kebaikan. Apapun itu, Aku siap nolongin Sin." Ucap Kharisa.
"Yah, Demi kebaikan Merlin. Aku setuju." Ucap Ive.
"Wah, Makasih banyak. Nanti kalau udah proses aku kabarin kalian ya." Ucap Sintya.
Mereka berduapun mengangguk. Kemudian mereka pun melanjutkan untuk menonton film di rumah Kharisa hingga petang hari.
Keesokan harinya Sintya mengikuti Merlin secara terus menerus. Sintya mengikuti ketika di kantin, Ataupun pada saat jam istirahat. Sampai suatu ketika. Merlin pun merasa terganggu dan Merlin mengajak Sintya berbicara.
"Sin? Sini deh." Ucap Merlin.
Sintya pun mendekat.
"Kenapa dari kemarin kemarin ngikutin terus?" Ucap Merlin.
"Engga ngikutin, Mungkin cuma kebetulan." Ucap Sintya.
"Tapi, Perasaan dari kemarin kemarin kamu selalu jalan di belakangku." Ucap Merlin.
"Engga, Aku kan selalu jalan di belakang orang yang aku percaya." Ucap Sintya.
"Maksudmu?!" Ucap Merlin.
"Aku mempercayaimu, Itulah mengapa aku selalu melakukan apapun yang kamu inginkan. Asalkan aku pun mendapatkan sebuah rasa sebuah kesenangan." Ucap Sintya.
Lalu mata Merlin berubah menjadi sedikit marah. Karena Merlin merasa dirinya tersindir akan ucapan Sintya.
"Kemarilah Merlin, Aku tau dirimu penuh dengan kebingungan. Dalam raut wajahmu pun terlihat. Matamu lelah akan semuanya. Mulutmu muak dan ingin membungkam semuanya. Namun hati kecilmu memaksamu untuk menerima secara perlahan. Kemarilah meskipun lukamu sangat babak belur, Kamu bisa menyembuhkannya satu persatu dengan waktu." Ucap Sintya.
Merlin terdiam saat itu. Merlin sedikit tak percaya dengan pemikiran yang Sintya ucapkan. Pemikiran Sintya benar benar menggoyahkan hatinya sekaligus pikirannya. Menjadi terombang ambing kebingungan.