Chereads / Kamu Pergi Setelah Semuanya Baik Baik Saja / Chapter 12 - Bagian 12, Laut Kepergian

Chapter 12 - Bagian 12, Laut Kepergian

Bagian 12
Laut Kepergian.

Terputus dari perginya seorang Ive, Itu membuatnya Sintya benar benar merasakan keruntuhan. Terlepas dari semua itu, Semua pelukan hangat terasa tak lagi nyaman. Semua ucapan terdengar omong kosong, Semua terlihat seperti menunggu waktu di panggil untuk meninggalkan. Seraya hanya waktu.

Pemakaman Ive tak seperti biasanya. Pemakaman nya adalah dengan cara menenggelamkan jasadnya pada samudera. Tenggelam dalam laut tergiring ombak seraya angin menuntunnya pada jalan yang benar. Lama kelamaan pasir kan menjadi hal yang paling gampang untuk mengingat Ive, Ia selalu berada di tengah dalam ombak dan angin.

Kelima anak tersebut ( Kharisa, Sintya, Vanka, Merlin dan 1 Teman Ive) Benar benar ikut mengurus jasad Ive bersama keluarga besarnya. Rela tak rela semua yang dekat dengan Ive merasakan kehilangan yang sangat besar. Apalagi Ibunya dan ayahnya yang sudah benar benar membesarkan Ive selama itu. Adiknya yang kehilangan seorang kakak di keluarganya, Ia tak hanya kehilangan kakaknya namun kehilangan semua kebiasaannya. Memang benar, Inilah akhirnya.

Setelah pemakamannya selesai, Sintya masih duduk di tepian laut.

Ombak masih bergemuruh, Semilir angin membuat rambut Sintya tak dapat diam. Perasaannya benar benar terbawa dalam ombak sore itu. Pada saat menengok ke sebelah kanan dan ke kiri Sintya sadar, Orang orang pun kembali berjalan menuju rumahnya masing masing. Namun adik Ive berjalan mendekati Sintya, Lalu duduk.

"Apa aku akan bisa menggantikan peran Kakak dalam rumahku?" Ucap Adiknya.

"Liat lautan yang luas itu, Terdapat pasir yang tak dapat kita lihat. Pasir itu terombang ambing oleh ombak dan angin. Namun pasir tak pernah pergi dari tempatnya, Ia hanya mengkuti ombak dan angin. Jadi mau sebagaimanapun keadaanmu ikuti saja apa jalan semesta." Ucap Sintya.

"Pulanglah, Tak akan pernah ada lagi manusia seperti Kakakku (Ive)." Ucap Adiknya.

"Iya, Tak akan pernah. Kakakmu adalah teman pertamaku di SMA, Dari awal masuk sekolah sampai hari ini bangku yang aku duduki tak pernah pindah, Begitu pula dengan orangnya. Namun besok, Tak ada lagi orang yang mengajakku berbicara pada saat pelajaran, Tak ada lagi kerja sama 1 bangku." Ucap Sintya.

Adik Ive mendekat, Lalu memalingkan tangannya ke kepala Sintya. Kepala Sintya Bersandar ke pundak Adik Ive.

"Jangan biarkan Kakakku tak merasakan ketenangan. Mungkin ini adalah ketenangan yang paling ia dambakan. Badanku berat, Namun ketika semuanya tak ku pikul, Kakakku pasti kecewa." Ucap Adik Ive.

"Seorang adik sepertimu tak pantas untuk menyerah di depan Ive." Ucap Sintya.

Kemudian mereka berdua berdiri dan bergegas pulang. Perasaan Sintya sudah sedikit lega. Hanya saja kali ini Sintya benar benar ingin sendiri. Terlepas dari kejadian kemarin, Sintya masih merasakan bayang bayang Ive di tempat duduknya. Masih membayangkan bagaimana kebiasaan kebiasaan Ive di sekolah. Bagaimanapun juga Ive adalah teman pertama Sintya di sekolahnya, Sulit tuk lupa meski Ive tak terlalu lama bersama. Meski setiap pulang sekolah Kharisa mengajak Sintya untuk berjalan jalan, Namun tetap saja, Rasa kehilangan itu akan tetap ada.
Kharisa  curiga dengan kematian Ive, Mengenai kenapa lukanya tertusuk? Kharisa mulai mencari tau sedikit demi sedikit. Banyak hal yang menganehkan menurut Kharisa. Banyak pertanda mulai muncul seketika, Ketika orang tua Ive merelakan kepergiannya.