Bagian 18
Cinta Dan Kematian
Vanka mengatakan banyak hal kepada Merlin salah satunya membuatkan rumah agar tetap mau berteduh dan kembali lagi ketika berpergian. Datang dengan dirinya sendiri tanpa angan angan dan bayangan. Hanya duduk terdiam menyapa berbicara lalu pergi kembali. Vanka tak pernah mengenal siapa itu Merlin. Wanka tak melihat wajah asli Merlin. Vanka hanya melihat topeng Merlin yang selalu ia kenakan kemanapun Merlin pergi. Mulai hari ini Vanka ingin melihat semua hal dari Merlin. Vanka menerima semua hal tentang Merlin.
Setelah Vanka menatap panjang dan berbicara pada Merlin. Merlin terdiam sejenak. Merlin menghembuskan nafasnya. Lalu menduduk. Dan.
"Van?" Ucap Merlin.
"Iya? Kenapa? Masih mau nyembunyiin semuanya dari aku?" Ucap Vanka.
"Vanka padahal engga ada yang aku sembunyiin dari kamu." Ucap Merlin mencoba untuk menyakinkan Vanka.
"Lin? Dari matamu, Mulutmu dan pikiranmu semuanya itu engga sejalan dengan hati nuranimu. Percaya?" Ucap Vanka.
Tiba tiba, Ibu sang kantin membawakan dua buah piring berisikan ayam goreng.
"Van? Tuh belakang. Ayamnya dah jadi." Ucap Merlin.
Vanka pun memutar badan dan mengambilnya. Kemudian mereka berdua menikmati sarapan bersama di jam setelah olahraga. Meski sempat hampir meneteskan air mata pada saat sebelum ayam goreng datang. Ternyata topeng Merlin terlalu kuat. Merlin benar benar menutup hatinya seperti batu, Keras.
Setelah selesai sarapan Merlin pun ingin langsung kembali ke kelasnya dan mengucapkan terimakasih pada Vanka namun,
"Van? Makasih yaaa." Ucap Merlin.
"Iya sama sama Lin, Balik ke kelasnya bareng ya." Ucap Vanka.
Ketika Merlin akan menginjakkan kaki untuk menuju kelasnya tiba tiba berhenti. Dan menunggu Vanka selesai melakukan pembayaran. Mereka berjalan melewati lapangan tengah kemudian melewati lorong yang cukup jauh. Lalu naik ke tangga tanpa sepenggal kata pun. Vanka diam, Merlin yang biasanya berbicara banyak pun ikut diam membisu.
Merlin lebih dulu masuk ke kelasnya. Vanka tiba di kelasnya, Lalu duduk di tempat favoritnya. Mengambil hoodie yang ia bawa guna untuk menutup wajahnya yang sangat tergesa gesa. Vanka mencari ketenangan.
"Kenapa gua harus ngelakuin hal yang kek gitu ke Merlin. Kenapa gua ngomong kek gitu ke Merlin. Itu beneran bukan gua. Sial gua palsu di depan Merlin." Ucap Vanka.
Menatap langit langit kelasnya membuat nya sadar.
"Kematian Ive lebih berarti dari pada diri gua, Gua cuma kehilangan diri gua dalam beberapa waktu. Tapi waktu udah bener bener ngehabisin Ive." Ucap Vanka.
Setelah dapat berfikir jernih Vanka kembali menenangkan dirinya dan berencana untuk pulang bersama Merlin. Guna untuk membuat Merlin nyaman dan dapat membangun sebuah tempat dimana Merlin bisa menjadi diri Merlin sendiri.
Bisa di bilang ini adalah kasus dimana Vanka nekat untuk mendekati Merlin. Guna untuk membuktikan Merlin adalah sang pembunuh atau tidak meski harus mengorbankan dirinya.
Ketika bel pulang sekolah berbunyi, Vanka menunggu Merlin di depan kelasnya. Tiba tiba Sintya lewat dan menyapa.
"Halo Vanka." Ucap Sintya.
"Eh Sin kamu pulang langsung aja deh." Ucap Vanka.
"Kok tiba tiba ngusir?" Ucap Sintya.
"Udah jangan bawel, Ini rencana demi Ive. Gua minta tolong ya Sin. Rubah dia kasih dia kesempatan buat hidup kembali." Ucap Vanka.
"Ohh, Lakuin sesukamu deh Van." Ucap Sintya yang berjalan meninggalkan Vanka.
Merlin keluar dari kelasnya. Dengan menggendong tas warna hitam bergambar panda. Vanka menunggu di depan pintu kelasnya.
"Hai Lin?" Ucap Vanka.
"Hai Vanka." Ucap Merlin.
"Tunggu dulu Lin, Hari ini engga ada eskul kan?" Ucap Vanka.
"Engga ada, Emang kenapa Van?" Ucap Merlin.
"Pulang bareng mau ga?" Ucap Vanka.
Pikiran psikopat Merlin pun langsung muncul, Yang ada di benaknya hanyalah "Bunuh dia, Bunuh dia."
Merlin mengiyakan tawaran dari Vanka.
Selang dalam perjalanan menuju rumah Merlin, Vanka hanya mengikuti arahan dari Merlin. Sampai tiba di tengah jembatan Merlin meminta untuk berhenti. Jalanan sepi, Keadaan semakin sunyi. Vanka hanya menuruti semua permintaan Merlin. Kemudian Merlin turun dan membuka tasnya. Mengambil barangnya dan, Menonjolkan pisau pada Vanka.
Vanka tetap tenang.
"Lin?
"Kenapa gamau maafin diri kamu sendiri Lin? Kenapa masih harus ada korban lagi setelah Ive? Kenapa Lin? Apa salahnya seseorang bahagia karena dirinya sendiri Lin? Lin? Liat Lin? Liat diri kamu sendiri, Liat banyak orang yang kehilangan Ive. Liat sebagaimana kamu di posisi Ive. Ive ninggalin semua mimpinya, Harapan orang tuanya, Harapan adiknya, Temannya dan masih banyak lagi. Lin? Sadar!!" Ucap Vanka membentak.