Bagian 20
Semua Itu Benar, Dia Percaya
Vanka mengulurkan tangannya. Melihat dirinya tak kuat lagi untuk berdiri dengan dua tumpuan kakinya. Baju sekolahnya yang penuh berlumuran darah itu, Membuat Vanka tersenyum lebar. Vanka berfikir ternyata Vanka hanya bisa melakukan sampai sejauh ini. Langkah terhenti di hari ini bahkan Vanka tak dapat melangkah lebih jauh lagi. Vanka menyerahkan langkah selanjutnya pada Sintya.
Berbicara pelan kesakitan seakan meminta tolong. Sintya mendengarnya dan segera menolong Vanka.
"Sin, Tolong jangan bunuh Merlin. Jangan sampai rantai pembunuhan ini terus menerus tak terputus. Tolong jaga Merlin ya Sin." Ucap Vanka menghembuskan nafas terakhirnya, Matanya tertutup nafasnya terhenti dan ketenangan sebenrnya pun muncul.
Sintya menjerit kencang dan menangis. Melihat sekitarnya tergeletak berlumuran darah. Melihat Merlin yang duduk dengan tatapan kosong. Sintya benar benar kebingungan. Kepalanya penuh dengan beban, Melihat Merlin rasanya ada sedikit keinginan untuk membunuhnya dan mencabik cabik seluruh tubuhnya. Namun teringat apa yang di katakan Vanka. Sintya berdiri dan berjalan mendekati Kharisa yang tergeletak.
"Yah lu ga beruntung hari ini ya Kharisa. Padahal kalo lu masih bisa bertahan untuk kesekian detik kali ini, Bakal banyak cerita baru yang menghias setelah pulang sekolah. Sedih banget harus secepet ini. Ntar kalo ibu lu nyariin lu gimana? Ntar siapa yang sering main ke rumah lu selain gua? Kan Ive udah ga ada. Bakalan kangen gua main ke rumah lu. Mungkin gua bakal sering main kesana. Ga tega gimana ekspresi wajah ibu lu kalo ngeliat lu kayak gini, KHARISA KHARISA." Ucap Sintya.
Bagaimanapun juga membereskan semuanya yang benar benar berantakan itu menyulitkan, Terlebih lagi banyak orang yang terkait satu sama lain. Bagaimana jika salah satu dari mereka tak menerima semuanya dengan hati yang lapang. Bagaimana jika mereka menginginkan darah di balas darah.
"Hei Lin, Liat." Ucap Sintya menunjukkan keadaan di sekitarnya.
Merlin tetap diam dan duduk dengan tatapan kosong.
"Hei? Apa yang lu pikirin sekarang. Apa yang ada dalam pikiran lu sekarang. Kosong? Liat. Siapa yang berulah. Siapa yang membuat semuanya menjadi berantakan siapa yang bakal beresin ini siapa? Lin? Lu sadar ga? Semua ini itu ulah lu sendiri? Sadar ga? Lu liat kan? Lama kelamaan satu dari semua bakal ilang? Dan lu sadar ga? Lu merenggut beberapa nyawa. Engga cuma 3 orang. Mereka punya keluarga, Mereka punya satuan darah yang lain, Bahkan orang tua mereka memasang sercercah harapan. Dan, LIAT GUA LIN!!" Ucap Sintya.
Sintya menolehkan kepala Merlin dan berbicara tepat di depan wajahnya.
"Lu juga termasuk harapan keluarga lu. Lu sama dengan mereka." Ucap Sintya.
Merlin menatap marah Sintya tangannya mencekik leher Sintya.
"Lu liat gua, Lu luat penderitaan gua!!! Jangan pernah samain gua dengan mereka. Lu gatau seberapa besar gua berusaha untuk bertahan sampai hari ini!!. Lu gatau betapa beratnya gua ngejalanin hari demi hari. Hati gua tiap hari gelap. Ga ada satu orang pun yang mau untuk menerangi semua kehampaan gua. Asal lu tau aja Sin. Gua melakukan ini semua demi menyelamatkan diri gua sendiri." Ucap Merlin.
Lama kelamaan tangan yang mencekik Sintya semakin keras dan semakin sakit. Sintya mencoba untuk memeluk Merlin. Merlin yang sadar akan gerakan Sintya pun mencoba melepas tangannya. Sintya menghela nafas.
"Engga ada orang yang bisa nyelametin lu Lin, Kecuali gua. Gua bakal tetep ada buat lu. Gua bakal buktiin ke Vanka kalau gua bisa nyelametin lu. Lu liat gua. Gua tulus. Gua mau lu buat rehabilitasi. Gua mau lu tetap satu sekolah dengan gua. Mau gimanapun juga lu ga boleh pindah. Gua bakal pertahanin lu buat tetep bisa sekolah. Gua gamau kematian Ive, Kharisa, Vanka jadi sia sia." Ucap Sintya.
Merlin melihat mata Sintya yang benar benar menangis.
"Sin? Kenapa lu sejauh ini?" Ucap Merlin.
"Gua rasa apa yang di bilang Vanka bener. Satu satunya cara berhentiin ini semua ya cuma. Mencoba ngebuat lu berhenti semua hal yang bahkan terjadi sampai hari ini. Semuanya bergantung di lu Lin. Mau gua ngebunuh lu hari ini juga mereka semua ga kembali. Mereka semua hiasan bingkai dan batu nisan. Gua gamau ini terjadi secara terus menerus. Gua gamau orang lain ngerasain apa yang gua rasain, Kehilangan dua orang sahabat gua dan orang yang gua cintai. Gua mencintai Vanka mulai hari ini dan seterusnya meskipun kita beda dimensi dan beda alam itu semua ga bakalan ngebuat gua berhenti untuk mencintai. Karena dalam ruang dan waktu yang berbeda kita saling mendengar." Ucap Sintya.
Merlin terdiam mendengar semua ucapan Sintya yang begitu tenang.
"Maaf... " Ucap Merlin.
"Ayo pulan Lin. Semua udah berantakan. Tapi gua janji gua bakal beresin ini semua." Ucap Sintya.
Merlin membuka handphonenya dan menelfon polisi Merlin mengaku telah melakukan 3 kali pembunuhan.
"Sin? Gua janji setelah gua bisa ngelewatin ini semua. Gua bakal ceritain semuanya ke lu. Gua bakal terima semua hal yang udah gua perbuat. Tunggu gua ya." Ucap Merlin.
Polisi datang dan menangkap Merlin. Polisi mengamankan Sintya sebagai saksi dan polisi mulai mengumumkan pada sekolah. 1 sekolah gempar akan kematian dua orang sekaligus. Dua duanya (Kharisa dan Vanka) tak dapat di selamatkan. Bahkan teman sekelas Merlin tak percaya dengan apa yang Merlin lakukan. Mereka yang melihat Merlin adalah anak yang ekstrovert, Mempunyai teman dimana mana, Bahkan 1 sekolahnya pun tau Merlin. Mereka semua terkejut melihat apa yang telah di lakukan Merlin. Merlin yang bertopeng pun akhirnya melepaskannya. Tak akan ada lagi yang merasakan kebohongan dan kesakitan tentang Merlin lagi. Semuanya sudah cukup.
Melakukan banyak hal untuk mengurangi trauma di masa lalu memanglah bersabar dan tidak mengulangi kesalahan yang sama mungkin sudah menjadi suatu hal yang harus kita bisa lakukan. Tapi ntah mengapa masih ada banyak orang yang melampiaskan semua trauma pada orang lain. "Orang lain harus merasakan apa yang aku rasakan" Pada akhirnya semua hal yang terlalu berlebihan hanya akan membuat semuanya menjadi berantakan. Belajar tentang kepergian mungkin mungkin menyakitkan tapi percayalah waktu tak akan tinggal diam di tempat semua akan berganti semua akan berakhir semua sudah di gariskan lewat takdir. Ntah itu nyata ataupun tidak percaya atau tidak terpikirkan atau terangan angan semuanya benar benar nyata. Ada kalanya berakhir ada kalanya kita memulai sesuatu yang baru.
Dalam kepergian yang benar benar kala itu membuatku belajar untuk mencintaimu adalah bagaimana caramu untuk gigih terhadap perubahan orang lain. Sekejap ataupun lama kau disini, Aku hanya menyadari bahwa ternyata kau tak jauh dari seorang yang ku butuhkan ketika duniaku benar benar hancur.
Kepercayaan untuk mengandalkan orang lain dapat berubah sebagimana mestinya. Percaya akan orang lain akan puas dengan semua yang di lakukan dan berhenti untuk melakukannya. Semua itu di gantungkan oleh pikiranmu sendiri. Pikiranku yang sulit untuk menerka bahkan tak bisa sejajar dengan pikiranmu kini membuatku mengerti. Aku tak bisa membalasmu.