Bagian 4
Satu Bagian Yang Menempel Tak Pernah Hilang
Dari cerita kemarin pertemanan semakin dekat, Kami menjadi tau satu sama lain. Kami sering bercerita tentang apapun, Ntah itu hal percintaan, Pertemanan di kala SMP ataupun tentang masa depan. Kami bertiga semakin hari semakin dekat. Sampai kita lupa kalau kita sudah berteman selama 6 bulan lebih, Setengah semester. Kami sudah membuat group WhatsApp, Bermain bersama, Ke pantai dan menghabiskan waktu bersama.
Disaat 7 bulan kami berteman. Ive mendapat teman baru, Ia bernama Merlin. Merlin anak sebelah dia berada di kelas IPA 2, Berbeda dengan Sintya, Ive dan, Kharisa mereka berada di kelas IPA 1. Berawal dari Ive yang mengenalkan Merlin kepada teman temannya, Sintya dan Kharisa. Mereka berdua menyambutnya dengan baik. Begitupun juga Sintya, Ia tak akan pernah luput ingatannya semasa SMP, Waktu ia pernah di bully. Sintya merasa sedikit aneh dengan Merlin tapi Sintya tidak mengungkapkannya secara terang terangan. Sintya mencoba untuk tetap menyingkirkan pikiran negatifnya.
Di awal adanya Merlin di sebuah lingkup pertemanan mereka, Sintya mencoba untuk akrab dengan kedatangannya Merlin. Namun Sintya tak bisa bohong pada dirinya sendiri setiap bertemu dengan Merlin, Sintya selalu merasa aneh. Terlebih lagi Merlin yang tau dan paham tentang dunia di luar dan pemikirannya yang luas membuat Merlin mudah untuk mendapatkan teman. Di banding dengan Kharisa, Merlin lebih memiliki banyak teman, Merlin tidak memilah memilih teman. Merlin berteman dengan siapa saja. Itu membuat Sintya semakin takut. Namun dengan adanya Ive membuat suasana semakin akrab dan rukun. Kharisa, Ive, Dan Merlin saling bertukar pikiran. Namun pada saat berkumpul setelah pulang sekolah Sintya hanya diam mendengarkan mereka lalu Merlin Bertanya.
"Ini Sintya?" Ucap Merlin dengan berpindah duduk di sebelah Sintya.
"Iya itu Sintya." Ucap Ive.
"Sin kamu kenapa diem terus dari tadi?" Ucap Merlin.
Lalu sebelum Sintya menjawab, Ive sudah menyaut.
"Sintya emang orangnya tertutup dengan orang baru Lin, Makanya dia diem." Ucap Ive.
Sintya belum menjawab pertanyaan dari lalu dari kejauhan datangnya dua laki laki (Alamsyah dan Melvin). Dia mendekat lalu memanggil Merlin.
"Merlin bisa kesini sebentar? Ada suatu hal yang mau aku omongin." Ucap Alamsyah.
Kemudian Merlin beranjak dari tempat duduknya dan berdiri, Lalu Merlin mendengarkan apa yang Alamsyah katakan.
"Ehh dia siapa?" Ucap Kharisa berbisik.
"Dia orang yang pernah ngisi acara pas masa pengenalan lingkungan sekolah." Ucap Sintya.
"Kalo engga salah, Dia ketua OSIS deh. Tapi yang satunya gatau dia siapa." Ucap Ive.
"Setelah aku inget inget emang bener dia si ketua OSIS." Ucap Kharisa.
Lalu Merlin kembali ke tempat duduknya, Dan Merlin berpamitan.
"Eh aku duluan ya, Aku ada urusan sama Alamsyah." Ucap Merlin.
"Alamsyah? Itu siapa Lin?" Ucap Ive.
"Dia ketua OSIS, Dia juga pernah ngisi pas acara MPLS loh, Inget kan? Udah yaa aku duluan, Dadah." Ucap Merlin sambil melambaikan tangan.
Lalu Merlin, Alamsyah dan Melvin pun pergi. Tersisa Kharisa, Ive dan Sintya.
"Si Merlin temennya banyak ya." Ucap Sintya.
"Iya, Dia juga berteman sama siapapun. Dia bisa menyesuaikan. Adaptasinya pun bisa di bilang cepat dari orang orang biasanya." Ucap Ive.
"Setiap orang juga berbeda, Kita gaboleh menyetarakan semua orang bisa sama kayak dia (Merlin)." Ucap Kharisa.
"Tapi ngomong ngomong Merlin tuh ga ikut organisasi ya?, Padahal kan dia punya temen banyak dan juga bisa cepat adaptasi." Ucap Sintya.
"Dia mungkin punya rasa trauma di masa lalu yang ngebuat dia gamau masuk organisasi lagi." Ucap Kharisa.
Dari banyaknya kejadian, Trauma adalah hal yang sulit di hilangkan. Ia diam menetap di pikiran. Ia kadang datang dan mengingatkan pada kita, Bahwa betapa buruknya kejadian kejadian dahulu di mata kita, Kita akhirnya menepi dan menyingkir karena ada hal lain yang menempel dalam pikiran kita. Trauma membuat kita berjalan di dalam angan angan pikiran kita. Bersandar dalam ruang lingkup mata. Melihat semua hal berbanding balik dengan kejadian yang pernah menghantui kita. Kita tetap berjalan dalam kenyataan meskipun di belakang banyak hal hal gelap yang telah merusak sebagian diri kita.