Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Demi ayah, ibu dan adik perempuanku

🇮🇩fhinix
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.7k
Views
Synopsis
mengisahkan seorang remaja yang masih duduk dibangku sekolah yang dimana kedua orang tuanya mati akibat dibunuh oleh pasukan tentara musuh yang menyerang negaranya tak hanya kedua orang tuanya saja adik perempuanya beserta anak gadis dikapungnya diculik oleh para pasukan musuh tersebut yang mengakibatkan dendam dan amarah menyelimuti remaja tersebut. Dengan bermodalkan tekad dendam dan dua bilah parang panjang yang biasa digunakan ayahnya ketika kekebun remaja itupun pergi untuk menyelamatkan adik perempuanya dan anak gadis dikampungnya dan juga untuk membalaskan dendam ayah dan ibunya
VIEW MORE

Chapter 1 - Dua bilah parang

Pukul 06.50 aku berangkat kesekolah dengan sangat terburu-buru " sial terlambat lagi " ucapku sambil berlari menuju sekolah.

Setibanya disekolah aku segera bergegas menuju kekelas. Setibanya di kelas "Woiii kau terlambat lagi ingatkan ini hari piketmu" ucap teman kelas yang memarahiku "maaf aku tadi ketiduran" jawab ku sembari tersenyum. "yasudah bayar denda 5000" " lah ? mahal amat" "halah bacot ayo bayar" "yasudah nih", aku menyerahkan uangku "nah gtu dong" "*sial uangku sisa 3000 mana belum sarapan lagi" ucapku dalam hati.

Jam pelajaran pertama telah dimulai aku duduk di bangku paling belakang biar bisa tidur hehehe. saat aku tertidur pada saat guru menjelaskan tiba2 lonceng sekolah berbunyi dengan sangat kencang seakan akan ada sesuatu yang terjadi, akupun terbangun dari tidurku dan benar saja semua murid berhamburan keluar ruangan aku terdiam beberapa saat lalu keluar dari ruangan kelas, banyak pesawat tepur yang terbang melintas diatas gedung sekolahku seakan-akan ingin menjatuhkan sesuatu "ini mimpi?" aku terdiam seakan - akan tidak percaya apa yang kulihat namun tiba - tiba seorang teman menepuk bahuku dan berkata "apa yang kau lakukan ambil tasmu lari selamatkan dirimu negara kita sedang diserang oleh negara lain" "sial, baik" akupun bergegas mengambil tasku dam lari keluar dari ruangan kelas, tak jauh aku melangkah tiba salah satu pesawat tempur menjatuhkan bom tepat dikelasku aku terpental akibat ledakan itu "aagghh.." aku bangkit dan terus berlari keluar menuju gerbang sekolah, namun akibat ledakan itu para siswa dan siswi panik dan membuat kemacetan di gerbang sekolah "sial kalau begini pasti aku akan mati disini" aku melihat keadaan sekeliling dan memutuskan untuk keluar dengan cara melompat lewat pagar "tidak ada cara lain" aku berlari dan memanjat pagar sekolah dan berhasil keluar dari lingkungan sekolah.

Aku berlari menuju rumahku melewati kebun - kebun agar cepat sampai. *Boooomm Ada ledakan besar dari arah sekolahku aku berhenti dan memandang kearah ledakan tersebut, aku tidak tau apa yang terjadi pada mereka. setelah berhenti sejenak karena ledak tersebut akupun lanjut berlari menuju rumahku.

Setibanya dirumah aku melihat mayat ayah dan ibuku serta adikku yang masih kecil yang berusia 6 thn menangisi mayat ayah dan ibuku, aku terdiam seakan aku tidak percaya apa yang aku lihat didepan mataku, kakiku lemas dan aku terjatuh "Aaaaaa.....!!!", dendam dan kesedihan bercampur menjadi satu.

Saat aku menangis aku melihat dua bilah parang panjang yang biasa ayahku pakai kekebun berada digengamanya berlumuran darah, aku mengambil kedua parang tersebut dengan rasa dendam yang sangat besar akupun bertekad akan membalaskan dendam ayah dan ibuku.

Akupun keluar dari rumah dengan membawa kedua parang tersebut dan adik ku, aku bertanya kepada masyarakat yang masih tersisa "siapa yang membunuh orang tuaku!!?" "pasukan tentara musuh yang melakukanya tidak hanya itu adik perempuanmu dan semua anak gadis yang ada di kampung ini dibawah oleh mereka" "bajingan!!!, dimana mereka membawanya?" "menurut info mereka telah berhasil merebut kodim yang ada diperkotaan dan kemungkinan besar adikmu ditahan disana" "Sial sial siaaaaalll!!!!, tolong rawat dan juga adikku sampai aku kembali" "baik, tolong bawah anak - anak kami juga" "Aku akan berusaha semaksimal mungkin" "kami berharap padamu kami sudah tua dan hanya kamu anak muda yang tersisa dikampung ini.

Akupun menitipkan adik kecilku kepada masyarakat yang tersisa lalu aku melangkahkan kakiku menuju lokasi tempat dimana adik perempuanku ditahan, bermodalkan tekad, dendam dan dua bilah parang panjang yang Ada dipunggungku.