Kami bertiga melanjutkan perjalanan kami menuju kodim yang ada di kota namun ketika dalam perjalanan "berhenti" ucap kakek itu "ada apa?" tanyaku "lihat ada bekas kendaraan yang baru saja melintasi jalan ini"
"mana?"
ternyata benar ada bekas kendaraan yang baru saja melintas "aku pernah lihat jejak kendaraan ini, jejak kendaraan ini adalah jejak kendaraan tank lapis baja" jawab pemuda desa itu "dari mana kau tau?" tanyaku "karena waktu mereka menyerang desaku mereka membawa kendaraan berupa tank lapis baja dan mobil pengangkut pasukan musuh berlapis baja" "begitu rupanya, tapi ngomong - ngomong dri tadi aku lupa menanyakan siapa namamu?" "namaku ridwan" "ooww namaku andi salam kenal" kamipun berjabat tangan. "hei apakah kalian sudah mengobrolnya?" tanya kakek tua itu "sudah" jawabku "kalau begitu kita tidak bisa lewat jalur ini kita harus melewati jalur hutan atau perkebunan" "yasudah ayo jalan", kamipun melewati jalur hutan.
Setelah sekian lama kami berjalan kami memutuskan untuk beristirahat di karenakan langit mulai malam "kita beristirahat disini" ucap kakek tua "kalau begitu aku akan mencari bahan makanan yang ada disekitar sini" ucap ridwan "kami mengandalkanmu kawan" ucapku "hei nak dari pada kamu berdiam diri mending kamu cari kayu bakar" ucap kakek tua "yasudah, tunggu trus kakek apa yang kamu lakukan?" tanyaku "aduuhh punggung ku sakit sekali akibat jalan seharian" keluhan kakek tua itu akupun bereaksi dengan menunjukan wajah datar "hm"
"aduh sakit sekali"
"yasudah aku cari kayu bakar kakek bersantai saja"
"nah seharusnya begitu"
"hadeh..."
akupun pergi mencari kayu bakar. dalam perjalanan mencari kayu bakar aku menemukan sebuah goa, akupun bergegas kembali ke kake tua tua itu sambil membawa kayu bakar, setibanya "hah? kau kemana saja?" tanya ridwan "aku habis mencari kayu bakar, kau sendiri bawa apa?" "aku membawa rusa dan jamur-jamuran" "oooww. hei kakek tua sewaktu aku mencari kayu bakar tadi aku menemukan sebuah goa" "oiya aku lupa aku juga sewaktu mencari bahan makanan aku melihat para tentara musuh menyerang suatu desa dan kemungkinan mereka akan menuju kesini" "kalau begitu ayo kita ke goa itu" ucap kakek tua "tunggu aku membawa kayu bakar yang banyak apakah ada yang bisa membantuku?" tanyaku
"hehehehe.. maaf aku juga punya barang bawaan" ucap ridwan dengan menunjukkan barang bawaanya yang lumayan banyak,
"aduuuhhhh... punggungku" ucap kakek tua sambil mengeluh kesakitan
"yasudahlah aku akan membawanya sendiri, ayo jalan" kamipun menuju goa yang kutemukan sewaktu mencari kayu bakar tadi.
Singkat cerita kamipun sampai dia goa yang aku maksud "ini dia goanya" ucapku "kalau begitu ayo periksa goa ini jangan sampai ada hewan buas di dalamnya" kamipun masuk dan memeriksa dalam goa tersebut. setelah lama memeriksa ternyata goa tersebut aman-aman saja "baiklah kita bermalam disini saja" ucap kakek tua
"akhirnya bisa beristirht" ucapku
"ada yang punya korek?" ucap ridwan menanyakan korek
"ini" ucap kakek tua itu sambil menyerahkan koreknya
"terimakasih. aku akan menyelakan api untuk memasak sekaligus menghangatkan tubuh"
"asiiikkk makan" ucapku. singkat cerita masakanpun jadi *dagi rusa panggang dan jamur panggang kamipun makan dengan lahap, saat sedang makan, *drap drap drap kami mendengar suara langkah kaki yang mengenakan sepatu laras suara langkah kaki itu banyak dan serentak, "matikan apinya" ucap kakek tua kamiku mematikan api unggun yang kami buat "bersiap" kami bersiap untuk serangan atau untuk menyerang bila perlu "sstt" *drap drap drap suara langkah kaki itupun semakin dekat benar saja itu adalah pasukan musuh kami mengetahuinya dari obrolan mereka yang menggunakan bahasa asing "siap siap"
aku mengeluarkan pedangku dengan pelan-pelan agar tidak kedengaran *ceklak suara kakek dan ridwan yanh sedang mengokang senjatanya setelah bersiap tentara musuh itupun melintas depan mulut goa yang kami tempati, aku sangat tidak sabar untuk memenggal kepala mereka "satu orang satu serang musuh dengan senyap tanpa ketahuan " aku dan ridwan menganggukan kepala. aku menyerang musuh menggunakan dua bilah parang panjang, ridwan dengan celuritnya sedangkan kakek tua itu dengan belati yang dia miliki
Diam-diam kami mnyergap tiga musuh dari belakang *Zasshh *Zashhh *zashhh, tiga musuh mati, kamipun menyeret mayat musuh ke dalam goa untuk mengambil perlengkapanya, kami tidak berani menyamar karena kami tidak tau bahasa mereka.