Chapter 2 - Kakek Tua

Dalam perjalananku menuju lokasi adik perempuanku dan anak gadis desa ditahan aku berinisiatif untuk mencari sebuah senjata api karena hal yang mustahil jika hanya dengan dua bilah parang untuk melaksanakan tujuanku, akupun menuju kantor polsek terdekat untuk mencari senjata api dan amunisi.

Setibanya dipolsek "Seperti dugaanku" tak ada yang tersisa semua mayat mati terkapar ditanah dengan kondisi yang sangat mengenaskan "agh pemandangan yang sangat horor seperti berada di dalam film saja" akupun memeriksa mayat - mayat tersebut apakah ada senjata api yang tertinggal "damn". setelah lama mencari akhirnya kutemukan juga Pistol G2 Combat "hahaha lumayan tinggal amunisinya saja" akupun masuk keruangan polsek untuk mencari amunisi "seperti didalam game saja mana mayat mayat ini sangat mengerikan". singkat cerita aku telah menemukan amunisi yang sangat cukup untuk menemani perjalananku.

setelah selesai mencari senjata api aku melanjutkan perjalananku, dalam perjalananku kali ini aku mendengar suara sepatu laras yang sangat serempak akupun memutuskan untuk bersembunyi dan mengintai siapa yang datang, tak ku sangka 5 orang tentara musuh datang, dengan dendam yang berapi api dan tampa suara aku mencabut kedua parangku dari sarungnya yang ada di punggungku, aku mengetakkan rahangku menandakan amarahku sangat sangat meluap, aku bersiap untuk melompat memberi mereka kejutan dengan tebasanku.

aku berhitung dalam hati "*satu, dua, tiga" aku melompat keluar dari persembunyianku "Aaaa kejutaaann!!!" aku menebas kearah mereka dengan sangat cepat dan membabi buta "mati kalian bangsaaaatt!!!" dengan penuh amarah aku terus mengayunkan parangku mereka terkejut dan mematung. *zashhh parangku menebas kepala salah satu prajurit musuh akupun tersenyum dan "Aaaa...!!!" sembari menebas kearah mereka amarahku meledak ledak dan di kepalaku muncul gambar dimana masa - masa saat sebelum perang ini terjadi begitu indah penuh canda dan tawa walaupun aku sering membuat ibuku kesal karena kelakuanku dan tingkahku.

Tebasan demi tebasan menganai tubuh mereka sesekali tebasan parangku mengenai salah satu leher prajurit musuh. *Doorr *door *door dari arah belakangku ada yang menembakkan senjata dan menewaskan prajurit musuh yanh tersisah, akupun melihat kebelakang ternyat seorang kakek tua dengan senapan tuanya dan sebatang rokok dimulutnya "hei nak gerakanmu bagus dari mana kau mempelajri gerakan itu?" tanya pak tua itu "aku mempelajarinya lewat serial anime yang aku tonton" "anime? bukanya itu kartun?" "iya" "hei gerakan pedangnya sangat diluar nalar kau pikir kau punya kekuatan sama seperti di film kartun itu?" "aku mempelajari gerakan yang manusiawi saja" "oow.. begitu rupanya baguslah, ngomong - ngomong kau ingin kemana?" "kekota" "di kodim yang direbut oleh musuh itukan?" "iya benar" "apa yang membuatmu sampai ingin pergi kesana?" "aku ingin membebaskan adik perempuanku" "ooww adik perempuanmu ditahan disana rupanya sama anak perempuanku juga ditahan oleh mereka, kalau begitu ayo kita kesana bantai dan selamatkan mereka" "ayo aku tidak sangat sabar untuk menebas mereka" jawabku sembari tersenyum "nak kau tersenyum kontrol emosimu jangan sampai emosimu merubahmu menjadi mesin pembunuh" "bukanya itu bagus pak tua?(sambil tersenyum)" " yasudah lakukan saja tapi ingat tujuan kita" "tentu saja".