Chereads / Demi ayah, ibu dan adik perempuanku / Chapter 4 - Pedesaan ( Bagian 2 )

Chapter 4 - Pedesaan ( Bagian 2 )

Aku bersembunyi menunggu musuh kakek tua itu memancing musuh datang kearahku.

Setelah lumayan lama menunggu aku mendengat suara langkah kaki yang sedang lari dikejar oleh 5 orang musuh *tap tap tap tap, akupun mengintip ternyata itu kakek yang sedang dikejar oleh musuh, akupun bersiap, kali ini aku menggunakan satu parang dan satu lagi pistol yang aku dapatkan saat ke polsek tadi.

*Wusshh kakek tua itu melewatiku akupun keluar dari peresmbunyianku dan *zaashhh *dor dor dor sesekali aku menebas sesekali pula aku menembak musuh, akibat kejadian itu pasukan musuh terkejut dan merekapun mundur "bagus nak mari kerencana selanjutnya" "baik" kami pun keposisi kami masing - masing, kakek tua itu akan memancing musuh untuk masuk kedalam hutan sedangkan aku naik dan berjalan keatas untuk menuju lokasi masyarakat desa yang akan di eksekusi.

Sesuai dugaan jumlah musuh yang mengejar kakek tua itu cukup banyak dan yang tetap berjaga di tempat eksekusi itu hanya 4 orang, akupun bersiap untuk memancing musuh yang sedang berjaga.

Singkat cerita akupun memncing musuh yanh sedang berjaga dengan menampakkan diriku " hey you " dia berlari kearahku akupun lari dan sembunyi di balik dinding rumah. lalu *zashh dengan cepat aku memenggal kepala musuh, akupun melemparkan kepala musuh tersebut ke arah rekanya yang sedang berjaga, *Aaa..! penduduk desa ketakutan dan penjaga yang tersisa terkejut melihat kepala rekanya menggelinding kearah mereka. aku

Naik keatas atap dan berusaha agar tidak terlihat karena aku tau para penjaga tersebut akan mencariku dan benar saja tentara musuh marah dan pergi mencariku akupun kluar dari persembunyianku, aku memberi isyarat kepada penduduk desa agar tidak ada yang berteriak "ssstt jangan berisik ayo kita lari kedalam hutan" penduduk desapun mengangguk dan lari kedalam hutan akupun ikut lari dengan mereka.

Saat berlari salah satu penduduk desa bertanya padaku "Apakah kamu punya rekan?" "iya dia seorang kakek tua" "diman dia sekarang?" "dia sedang dikejar musuh" "kau tidak mwnyusulnya nanti setelah kalian kupastikan aman" "apakah kami boleh membantu" "boleh saja asalkan kalian punya senjata" "senjata kami ada dirmh kami" "kalau begitu sebagian pemuda ikut aku kita kembali kepedesaan sisanya lari cari tempat yang aman" "baik", aku dan tujuh orang pemuda desapun kembali ke pedesaan untuk mengambil senjata tajam mereka. sementara mereka mengambil senjata tajam mereka akupun mencari musuh yang sedang menjaga tadi, *tap tap tap suara langkah kakiku menandakan aku sangat semangat *zashhh.. dor... dor... zashhh.. dor..., akupun berhasil membunuh sisa musuh yang berjaga tadi, pemuda desa tiba "waahh kau membunuhnya seorang diri apakah kau pendekar?" "bukan cepat ambil senjata mereka" "baik, tapi kami tidak tau cara menggunakanya" "akukan mengajarimu" setelah mengambil senjata dan amunisi musuh aku dan tujuh pemuda desa bergegas menyusul kakek tua itu.

"Sial kemana anak itu" ucap kakek tua " haahh haaahh haaah aku sudah lelah" kakek tua itupun bersembunyi sambil menembaki musuh *dor dor dor dor dor dor musuh membalas tembakan sang kakek tua itu dan "aaghhhh... sial" kakek tua itu tertembak di bagian bahu "kemana anak itu kenapa lama sekali" tiba tiba dari arah belakang "SERAAAAAAANG!!" teriak ku, pertempuranpun terjadi *dor dor dor *zashhh zash "aaaghhh" salah satu pemuda desa tertembak dan tewas ditempat aku terus maju dan menembak menggunakan pistolku "Terus menembak!!!" teriak ku "uwooaaaagh" teriakan pemuda desa menandakan semangat mereka membara.

Singkat cerita pertempuranpun kami menangkan "kakek kau tdk apa - apa" "kenapa kau lama sekali?" "maaf tadi kami ada kendala dan aku mengajari mereka menggunakan senjata api, coba kulihat lukamu" "emangnya kamu bisa mengobati luka?" "sedikit" "yasudah lakukan" "untung lukanya tidak dalam, aku bisa mengambil peluru yang ada dibahumu" "lakukan saja" "tahan" "aaghhhhhh" akupun mengambil peluru yang ada dibahu kakek tua itu lalu membalutnya dengan kain "kau jago juga nak" "itu pasti", "baiklah kalau begitu ayo kita pergi kependuduk desa yang sedang bersembunyi" ucapku, pemuda desa itupun mengangguk, kami juga membawa mayat pemuda desa yang tewas dan senjata hasil rampasan.

Sesampainya ketempat persembuyian penduduk desa ibu dan ayah dari pemuda yanh tewas tersebut menangisi mayat anaknya "huaaaaaa anakkkuuu.." "hiks hiks" aku dan yang lainya hanya bisa terdiam menyaksikan kesedihan tersebut.

Singkat cerita mayat pemuda desa tersebut sudah kami kubur, "selanjutnya kalian akan kemana?" tanyaku pada salah satu penduduk desa "kemungkinan kami akan beresembunyi disini dan membangun pemukiman baru" "kalau begitu jaga diri kalian jangan pakai senjata ini ajari pada yang lain bagaimana cara menggunakanya" "baik, terimakasih banyak" "kalau begitu sampai jumpa" kami pun beranjak pergi namun "tunggu" salah satu pemuda desa itu menyusul kami "apakah aku boleh ikut?" kami berdua memandangi pemuda desa tersebut "boleh saja" jawabku "ayo" jawab kakek tua "terimakasih" bermodalkan celurit dan ssnjata hasil rampasan pemuda itupun ikut bersama kami, kini jumlah kami bertambah satu orang.