Chapter 3 - Pedesaan

"Baiklah nak ayo kita memulai perjalanan kita" "yoshhh" aku berniat lewat jalan raya namun tiba - tiba kakek tua itu berkata "hei nak semngat boleh bodoh jangan" "laah... apa ada yang salah?" "kau ini apa kau tau berapa jumlah musuh kalau kita jalan lewat jalan raya ini?" "iya juga, yasudah kita jalan lewat mana" " kita jalan melewati desa demi desa siapa tau ada yang bantuan kita disana" "yasudah ayo kita mulai perjalanan kita" "ayo".

Sembari berjalan kakek tua itu bertanya kepadaku "hei nak kau masih sekolahkan?" "tadinya iya tapi sekarang tidak karena sekolahku dibom" "haduh anak ini, tapi akibat serangan dadakan ini mengakibatkan para aparat terbunuh akibat serangan dadakan ini" "iya, kau benar tadi aku ke kantor polsek untuk mencari senjata api tapi semua polisi yang ada disana dibantai habis" "lalu kau dapat senjata api" "tentu saja" "mana coba kulihat" "ini" aku menunjukkan pistol yang kudapatkan dari kantor polsek "waaahh sangat keren, kau tau cara pakainya?" "tentu saja tidak" kakek tua itupun menepuk jidatnya "sini biar ku ajari kau cara menggunakannya" "okey" kakek tua itupun mengajariku cara menggunakan pistol itu.

Singkat cerita kami sampai di salah satu desa, dari jarak kejauhan kami melihat desa itu nampak sangat sunyi tidak ada kehidupan sama sekali "hei nak kau ingin pergi kedesa itu" "tentu saja". sesampainya didesa itu kami melihat desa itu sangat sunyi dan sepi tidak ada orang satupun "hati - hati nak kita tidak tau apakah masih ada musuh atau tidak" "baik kalau begitu aku akan lewat atap untuk memantau dari atas" untungnya jarak rumah dari kerumah tidak terlalu jauh sehingga memudahkan ku untuk melintas lewat atap. "nak" kakek tua memanggilku dengan nada pelan "ada apa?" tanyaku dengan nada pelan, kakek tua itu lalu menunjuk kerah depan seakan - akan ingin menunjukan sesuatu, benar saja ada dua tentara musuh yang sedang melintas, kakek tua itupun memberiku isyarat untuk memberikan mereka kejutan, akupun menganggukan kepala setelah kakek tua itu selesai memberikan isyarat dalam hati aku berkata " aku sangat siap " lalu kakek itu memberi aba aba dan *bruaak aku melompat dari ataa atap dan *zashhhhh langsung menebas kepala kedua tentara musuh hingga putus. kakek tua itu datang mendekatiku dan berkata "kau membuatku merinding karena kau sangat mengerikan kau layaknya seorang ninja yang sangat brutal suatu saat nanti aku akan membuatkan syair tentang kisahmu" "mwheheheh" "baiklah aku akan mengambil senapan serbu tantara ini lalu sembunyikan mayat ini jangan sampai temanya tau" "baik" kamipun bergegas menyembunyikan mayat kedua tentara musuh setelah mengambil senjata dan amunisi merek, kami sengaja menyembunyikan mayat kedua tentara ini agar rekan mereka tidak mengetahui keberadaan kami berdua.

Singkat cerita kami melanjutkan menyusuri desa tersebut.

Kamipun sampai disuatu tempat terbuka kami melihat masyarakat penghuni desa akan dieksekusi oleh musuh, "nak kita harus menyelamatkan mereka" "caranya?" kakek itupun membisikkan satu rencana ditelingaku, setelah selesai membisikan rencananya akupun mengerti dan bersiap diposisiku kali ini aku sedikit gugup karena jumlah musuh ada 13 orang di dalam benak ku bertanya - tanya "akan kah aku berhasil mengalahkan mereka? ayoo kau pasti bisa ayoo" setibanya di posisiku akupun sangat bersiap untuk mengalahkan mereka.