Halimun menandai kedatangan pagi yang tersesat
di penghujung musim yang terlambat
pada saat mencari alamat
di mana realita dan mimpi saling tersekat-sekat
Ratri Geni dan Raden Soca memperkuat hawa sakti ke mata karena ledakan cahaya itu bisa membutakan. Setelah kilau cahaya itu mereda, Ratri Geni menatap kagum saat melihat sebuah kereta yang sangat mewah dan berdiri megah di pantai yang sepi karena hampir semua penduduknya pergi melaut sedangkan yang masih berada di kampung sama sekali tidak berani keluar akibat cuaca yang sangat menakutkan ini. Gadis ini berdecak dan tidak mempedulikan Raden Soca yang berlutut dan menundukkan muka.
Sais kereta adalah seorang wanita cantik berpakaian serba hijau. Dia turun dari atas dan membuka pintu kereta. Ratri Geni menahan nafas. Ini adalah kejadian yang sangat langka. Tidak semua orang bisa melihat Sang Ratu Gaib langsung. Tapi teringat pesan ayahnya, Ratri Geni sama sekali tidak meninggalkan kewaspadaannya.
Raden Soca tetap berlutut dan tidak berani melihat langsung saat Sang Ratu Gaib turun dari kereta kencana dengan anggun. Kebayanya yang menyentuh hingga ke tanah terlihat begitu pantas dikenakan oleh tubuh semampai dan wajah luar biasa cantik jelita. Sang Ratu berjalan, atau tepatnya melayang mendekati muda-mudi yang terdiam di tempatnya masing-masing.
Ratu Laut Selatan tersenyum tipis saat memandang Raden Soca yang masih berlutut tanpa mengangkat muka.
"Berdirilah Soca. Sudah lama aku tidak bertemu denganmu. Aku lihat sekarang kau sudah dewasa dan berkepandaian tinggi. Tampan dan gagah!" Raden Soca berdiri dan membungkukkan tubuh dalam-dalam. Ratri Geni melirik dengan heran. Pemuda ini terlihat sangat takluk dan tunduk kepada Sang Ratu Gaib.
"Dan kau siapakah gadis cantik yang pemberani? Aku lihat kau dilindungi oleh sihir luar biasa yang hanya mungkin dimiliki para tokoh tingkat tertinggi. Apakah kau kekasih dari muridku ini?" Ratri Geni terbelalak. Ratu Gaib ini tahu bahwa seluruh tubuhnya telah diselimuti oleh Sihir Ranu Kumbolo. Apa itu tadi? Kekasih? Hmm.
Ratri Geni menganggukkan kepala menyapa. Bagaimanapun dia harus bersikap sopan terhadap orang yang lebih tua.
"Namaku Ratri Geni, Ibu Ratu. Aku bukan kekasih anak muda ini. Aku adalah kakak seperguruannya." Ratri Geni mengerling tengil kepada Raden Soca yang berdiri dengan tubuh kikuk. Pemuda ini mengeluh dalam hati dan berharap mudah-mudahan Sang Ratu Gaib tidak tersinggung dengan tingkah konyol Ratri Geni.
Ratu Laut Selatan memandang Ratri Geni lekat-lekat. Ratu Gaib ini benar-benar kagum gadis semuda ini telah menguasai ilmu sihir langka yang punya perbawa begitu besar. Bahkan terhadap dirinya. Sang Ratu menjadi penasaran.
"Aku benar-benar terkesan denganmu gadis cantik. Siapakah gurumu yang bisa menjadikanmu sehebat ini?" Mata tajam Sang Ratu seperti menelanjangi Ratri Geni yang tiba-tiba merinding bukan main. Namun langsung teringat pesan ibunya. Gadis ini kembali masuk wilayah Sihir Ranu Kumbolo yang menjadi pelindungnya. Rasa merinding dan takut tadi seketika sirna.
Sang Ratu tadi sengaja menyisipkan aura sihir pada perkataan dan pandangannya. Namun saat melihat Ratri Geni mampu mengusir rasa takut dan ngeri yang tadi sempat hinggap di matanya, Sang Ratu barulah yakin bahwa gadis ini benar-benar tak bisa ditaklukkan menggunakan ilmu sihir. Sang Ratu hendak mengibaskan tangannya untuk menguji ilmu kanuragan Ratri Geni namun membatalkan niatnya karena Raden Soca menyeruak maju di depan Ratri Geni sambil menangkupkan kedua tangan di dada. Matanya penuh permohonan.
"Ampunkan kakak seperguruan hamba Paduka Ratu. Dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa. Hamba bersedia menggantikan kelancangan dia dan menerima hukuman dengan senang hati."
Ratri Geni terbelalak. Gadis ini tentu saja tidak senang melihat sikap Raden Soca yang begitu merendah. Meskipun diam-diam dia juga senang karena pemuda ini membelanya mati-matian.
Ratu Laut Selatan menatap Raden Soca yang segera menundukkan muka. Putra Panglima Kelelawar ini teringat betapa baiknya Sang Ratu Gaib saat membimbing dirinya mempelajari Kala Hitam dan Palung Misteri. Dia merasa berhutang budi karena bagaimanapun Ratu Gaib ini adalah gurunya meski mereka tidak pernah menyatakan guru dan murid selama ini. Namun dia sudah bertekad untuk membela gadis tengil yang sedang mencari masalah ini sampai mati.
Raden Soca merasa bahwa hawa sakti Inti Bumi yang diwarisinya dari Ki Ageng Waskita bisa menahan Sang Ratu beberapa lama sampai Ratri Geni pergi melarikan diri. Tapi Raden Soca kemudian mengeluh dalam hati. Tidak mungkin Ratri Geni mau disuruhnya lari. Raden Soca tidak tahu apa maksud kedatangan Sang Ratu dan sama sekali tidak bisa menduga.
"Soca, kedatanganku kali ini sebetulnya hanya untuk melihat keadaanmu. Sekaligus juga aku punya sebuah tugas untukmu." Sang Ratu mengalihkan perhatian dari Ratri Geni yang nampak telah bersiap untuk bertarung dengannya.
"Tugas apa Kanjeng Ratu? Hamba siap melaksanakannya."
Ratri Geni buru-buru menyela.
"Eiitt! Tunggu dulu! Kau tidak bisa menerimanya sebelum tahu itu tugas apa Soca. Tunggulah sampai Paduka Ratu menyelesaikan ucapannya. Jangan main terima saja." Ratri Geni masih sempat mengejek dengan memanggil Raden Soca dengan sebutan Soca. Persis seperti bagaimana Sang Ratu memanggil pemuda itu.
Raden Soca menggigil. Bukan karena kedinginan tapi akibat panas dingin atas sikap Ratri Geni yang luar biasa tengil.
Ratu Laut Selatan kembali menghadap Ratri Geni. Matanya yang indah berkilat. Tangannya dikibaskan dengan cepat. Bau amis air laut menguar dahsyat memenuhi tempat itu. Ratri Geni yang pernah mendengar kisah ayahnya dengan Dyah Puspita dahulu segera menyadari bahwa ini adalah Kabut Misteri Laut Selatan yang dulu pernah membuat ayahnya sengsara bukan main. Gadis ini menjadi marah. Dia juga mengebutkan lengan bajunya. Cahaya keperakan Geni Sewindu muncul dan menahan hawa amis itu. Melindungi dirinya dan Raden Soca dari serangan kabut yang tidak mematikan tapi mampu membuat hidup orang menjadi tak berdaya karena setiap beberapa hari dia akan berubah menjadi gila.
Ratu Laut Selatan terbelalak matanya. Gadis ini sanggup menangkal Kabut Misteri miliknya! Ratu Laut Selatan menyuarakan lengkingan tinggi yang disambut oleh petir bersahutan. Lautan bergolak di satu titik yang makin lama makin membesar. Raden Soca membatin cepat. Ratu Gaib ini mengundang peliharaannya untuk menyerang Ratri Geni. Raden Soca bersiap. Segenap hawa sakti Inti Bumi berpusar hebat di seluruh tubuhnya. Hewan peliharaan Ratu Laut Selatan bukanlah hewan biasa.
Ratri Geni melihat Raden Soca menegang. Pemuda itu melangkah di depannya dan bersiaga. Lengannya telah diselimuti dengan sinar keemasan. Pukulan Bayangan Matahari tingkat tertinggi siap diluncurkan. Ratri Geni menjadi gembira. Gadis ini maju dan mendampingi Raden Soca. Kedua lengannya mengeluarkan cahaya kebiruan. Gadis ini mengisi penuh hawa sakti untuk Ilmu Pukulan Danu Cayapata.
Ratu Laut Selatan melihat semua itu dengan hati yang masih diliputi kemarahan karena gadis muda itu berani menentangnya. Dari bibirnya yang penuh keluar lagi lengkingan dahsyat.
Sebuah titik hitam membelah mendung dan meluncur cepat ke arah Ratri Geni dan Raden Soca. Menyusul kedatangan entah makhluk apa yang bisa membuat laut bergelombang besar dan tak lama lagi tiba di hadapan kedua muda-mudi yang menatap dengan mata nyaris tak berkedip.
--*****