Malam begitu indah. Bintang-bintang gemerlap di langit, cahaya sinar bulan yang terang menembus di sela-sela jendela kamar yang bernuansa biru muda, yang dipenuhi buku-buku pelajaran sekolah serta foto-foto yang tertata rapi di meja belajar, ada juga yang tergantung di dinding kamar. Revandra masuk ke kamar putrinya untuk mengecek keadaan gadis itu seperti biasaya. Dia ingin memastikan kalau putri kesayangannya tersebut baik-baik saja. Lelaki dewasa itu berjalan masuk, lalu mengambil selimut yang jatuh berserakan di lantai akibat Aliya yang tidurnya memang terkadang sedikit urakan. Dia hendak memakaian selimut pada gadis yang dianggap anaknya, yang saat ini tengah tertidur hanya mengenakan pakaian dalam saja.
Sebenarnya Revandra sudah biasa akan hal itu, maka dia langsung saja memakaikan selimut ke tubuh gadis itu, kemudian melangkah ke arah meja belajar Aliya. Revandra memandangi sebuah foto yang terlihat dia sedang bersama wanita yang mengenakan baju pengantin sederhana dan seorang anak kecil berusia empat tahun. Revandra tersenyum melihat foto itu, lalu berbalik hendak meninggalkan kamar dengan nuansa biru malam itu. Namun, ketika berbalik, Revandra justru mendapati putrinya sudah tidak memakai selimut lagi, bahkan kali ini sudah lain. Dalam tidurnya, Aliya melepas bra berwarna hitam dan melemparkan ke sembarang tempat. Revandra mendekatinya dan mencoba memakaikan kembali selimut kepada gadis yang sudah setengah polos itu. Tetapi hal yang tidak terduga terjadi. Revabdra tidak tidak sengaja menyentuh benda kenyal yang membusung milik gadis itu. Untuk sesaat, Revandra menatap gadis itu. Entah etan apa yang merasukinya, dia tanpa sadar meremas benda lunak yang membusung itu.
"Ugh!" leguh Aliya setelah Revandara meremas benda lunak miliknya. Beruntung gadis itu tidak terbangun, cepat-cepat Revandra menarik tangannya.
"Shit! Dasar kau bajingan, Revan. Dia anakmu yang kau besarkan dengan tanganmu sendiri," sumpah serapah lelaki itu terhadap dirinya sendiri.
Revandra yang saat ini naluri lelakinya tengah menggejolak hanya karna meremas benda lunak gadis yang dianggap putrinya itu, dia berusaha tetap tenang, dengan harapan dia tidak akan membangunkan gadis yang tertidur pulas dengan posisi terlentang itu. Revanda kembali melihat benda yang membusung itu sambil menelan salivanha. Dia tidak menyangka kalau putrinya sudah tumbuh menjadi gadis kecil yang menggoda.
Tidak dapat Revandra pungkiri bahwa sesuatu yang ada di balik celananya kini membengkak, meronta ingin melepaskan sesuatu dari dalamnya. Maka lelaki dewasa dengan hasrat yang tidak bisa ditahannya itu keluar dari kamar bernuansa bisru malam itu, setelah menutupi tubuh indah Aliya dengan selimut.
Baru kemudian Revandra meninggalkan rumah dan menuju ke sebuah hotel yang sering didatanginya.
Di sebuah hotel mewah, di dalam kamar seorang wanita yang sedang menikmati sentuhan-sentuhan liar yang berada di bawah tubuh kekar seirang lelaki perkasa. Lelaki yang dengan jantanya menghentakan tubuhnya dengan liar.
"Ahh, Revan. Kau benar-benar hebat dalam hal ini," ucap seorang perempuan cantik di sela desahannya, yang sedang menjadi tempat pelampiasan hasrat Revandra. Lelaki dewasa itu dengan liarnya menghujam milikbya ke dalam diri seorang perempuan bayaran, hanya karena melihat dan sedikit menyentuh milik gadis yang dianggap putrinya. Gejolak nafsunya terbangun saat itu
Tidak dapat dipungkiri, memang selama ini Revandra sering kali mencari wanita di luar untuk pelampiasan saja, di saat dia begitu ingin melakukannya.
Karena kesibukanya dalam pekerjaan dan mengurus Aliya, Revandra tidak tertarik sama sekali untuk menikah lagi. Jika sesuatu dalam dirinya timbul, dia hanya memanggil salah satu artis yang kini sedang bernaung di salah satu perusahaannya atau wanita-wanita karir lainnya yang juga kesepian.
Setelah selesai melampiaskan hasratnya, Revandra berdiri, lalu menarik benda pelindung dari kejantanannya, baru membuangnya ke tempat sampah. Lelaki itu kembali memakai pakaiannya dan meninggal perempuan cantik yang telah terkulai dan tertidur pulas karena kelelahan melayani Revandra.
Revandra mandi setelah sampai di rumah, lalu dia turun ke lantai bawah untuk minum sesuatu yang hangat dan dia mendapati Aliya yang sedang mencari sesuatu untuk di makan.
"Apa yang kau lakukan, Sayang," tanya Revandra mendekati gadis itu.
"I'm hungry, Ded. But, tidak ada yang bisa di makan, hanya ada bahan yang belum jadi," sahut Aliya sembari memperlihatkan wortel dan bahan-bahan lainnya kepada Revandra. Revandra melangkah ke arah kulkas, dia membuka kulkas itu, lalu mengambil potongan daging untuk diolah.
"Duduklah dengan tenang. Aku akan memasak sesuatu untukmu," kata Revandra.
"Okey, Ded!" seru Aliya tersenyum begitu polosnya. Cantik sekali.
Selang beberapa menit, Revandra telah selesai membuat makanan untuk Aliya.
"Makanlan," kata Revandra menyodorkan makanan kepada Aliya, dia lalu duduk di hadapan gadis itu. Diraihnya cangkir berisi kopi yang sudah disiapkan tadi, kemudian meneguknya.
"Kamu tidak makan, Ayah?" tanya Aliya di sela aktifitas makannya.
"Tidak, Sayang. Ayah sudah kenyang."
Revandra memandangi putrinya yang sedang makan dengan lahapnya. Dia merasa benar-benar telah menjadi seorang bajingan. Sebab, hasratnya terbangun hanya karna melihat tubuh putrinya, gadis yang dia besarkan dengan tangannya sendiri.
"Ayah ...," panggilan Aliya membuyarkan lamunan Revandra
"Ya, Sayang."
"Sugar daddy itu apa, Ayah?" tanya Aliya dengan bigitu polosnya, sampai membuat Revandra yang hendak meneguk kopinya langsung tersendat. "Kamu tidak apa-apa, Ayah?" tanya Aliya lagi membuat Revandra menatapnya tajam.
"Dari mana kamu mendengarkan kata-kata itu, Aliya?" tanya Revandra.
"Dari Aren. Katanya dia mau ayah jadi sugar daddynya," jawab Aliya tersenyum. Revandra tercengang mendengar jawaban Aliya yang baginya tidak masuk akal. Dalam hal ini, dia juga bersalah. Sebab, selama ini dia selalu saja membatasi pengetahuan Aliya tentang dunia-dunia pergaulan yang bebas, bahkan selama ini Aliya tidak diizinkan terlalu dekat dengan teman prianya. Sejenak lelaki dewasa itu berpikir, dia merasa sudah waktunya bagi Aliya untuk mengetahui semua itu. Tetapi tetap dalam pengawasannya, agar Aliya tidak salah memilih pergaulan. "Ayah sugar daddy itu apa?" tanya Aliya lagi karena dia tidak mendapat jawaban dari ayahnya.
"Aliya, sugar daddy itu merupakan sebutan untuk pria dewasa yang kaya. Mereka menghabiskan uangnya untuk membelanjakan kekasih maupun simpanannya," jelas Revandra hendak meneguk kopinya
"Oo ... berarti Ayah sugar daddynya Aliya? Begitu maksud ayah?"
Kembali Revandra tersendak kopinya.
"Kenapa kamu berpikir Ayah sugar daddymu?"
"Karena selama ini ayah suka membelanjakan Aliya barang-barang yang Aliya mau, meskipun Aliya bukan kekasih Ayah tapi Aliya seperti simpananmu, Ayah," ucap Aliya begitu polosnya.
'Astaga! Betapa polosnya putriku ini. Sampai-sampai dia menganngap aku adalah sugar daddynya,' pikir Revandra. Demi tidak menimbulkan kesalah pahaman tentang sugar daddy, pelan-pelan lelaki dewasa mencoba menjelaskannya pada Aliya.
"Aliya, Ayah bukan sugar daddymu. Tetapi ayahmu. Sugar daddy dan Ayah itu berbeda, Sayang," kata Revandra berusaha menjelaskan.
"Kalau begitu Aliya boleh punya sugar daddy, Ayah?" tanya Aliya polos. Seketika wajah Revandra berubah memerah karena sedikit ada perasaan emosi mendengar perkataan yang keluar dari mulut Aliya.
Brak...
Sebuah hentakan tangan yang keras menghantam meja, sontak Aliya terkejut. Gadis itu berubah sedikit takut dan tertekan. Melihat putrinya yang terkejut dan sedikit takut, Revandara berusaha meredam emosinya. Lelaki dewasa itu melangkah ke arah putrinya lalu memeluk gadis itu.
"Maafkan aku, Aliya. Aku tidak bermaksud membuatmu takut. Hanya saja, aku sedikit marah karena kamu berkata ingin mencari sugar daddy."
Revandra dengan sabarnya menjelaskan kepada Aliya bahwa orang yang mencari sugar daddy itu, ibaratkan seseorang yang tidak mampu untuk membiayai hidupnya. Sedangkan Aliya, dia tidak kekurangan apapun, Revandra selalu menuruti kemauan gadis kecilnya. Setelah Revandra menjelaskannya, barulah Aliya kembali ceria, lalu dia langsung memeluk lelaki dewasa itu. Pelukannya begitu erat sehingga Revandra dapat merasakan benda kenyal menyentuh dadanya. Selama ini dia tidak pernah masalah dengan sentuhan itu. Tetapi, setelah apa yang terjadi tadi ketika dia melihat dan sempat meremas benda kenyal milim Aliya, rasanya kini telah berubah. Sepertu ada sesuatu yang bergejolak muncul dari dalam dirinya.
******