Aku tertunduk malu setelah melihat isi amplop tersebut. Bu Aisyah mendekatiku. duduk tepat di sampingku lalu meraih jemariki. mengenggamnya begitu erat.
"Tidak apa-apa. itu sebuah kecelakaan, Arifin sudah menjelaskan semuanya kepada kami," Kata Bu Aisyah.
Aku melirik kembali foto yang berserakah diatas meja. Foto saar Arifin memeluk erat pinggangku saar insiden terjatuh di got itu.
"Hanya saja..."kata Pak Burhan. Aku mendongak menatap Pak Burhan.
"Arifin itu putra kami satu-satunya. generasi penerus perusahaan keluarga Burhan. tentu saja para saingan perusahaan berusaha untuk menjatuhkan Arifin, termasuk membuat skandal untuknya," jelas Pak Burhan. aku mengerti dengan kata-kata Pak Burhan.
"Putra kami menunddukan pandangam," kata Bu Aisyah. aku menatap Bu Aisyah yang ayu.
"Dia tidak bersentuham dengan perempuan bukan mahramnya," jelas Bu Aisyah. "Untung saja Pak Burhan tahu lebih cepat tenrang insiden itu sehingga mampu mencegah para wartawan menyebarkan foto kalian dan membuat skandal," kata Bu Aisyah lagi.
"Maaf. karena aku yang kurang hati-hati menyebabkan skandal pada keluarga ini,"kataku.
-"Tidakcapa-apa, selalu ada jalan keluar untuk setiap masalah," kata Pak Burhan bijaksana.
"Bailak Kalau begitu kita makan," kata Bu Aisyah kemudian bangkit dari duduknya. "Karena tidak ada masalah yang tidak selesai diatas meja makan," kata Bu Aisyah kemudian mengulurkan kedua tangannya, dengan malu-malu aku meraih uluran tangan tersebut. Bu aisyah menuntunku hingga ke meja makan. Dia memperlakukanku bak putri. Menarik kursi untukku.
"Silahkan," kata Bu Aisyah, aku tersenyum ragu, kduduk di kursi yang bU Aisyah pilihkan untukku.
"bismillahirahmanirahim… Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar." Artinya: "Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka." Pak Burhan memmimpin doa makan. Yang lain terlihat khusyuk membaca doa dengan bibir bergetar tanpa mengeluarkan suara. Aku tersenyum miris. Aku membaca doa makan itu saat aku kecil, selebihnya aku lupa. Bahkan hanya untuk membaca basmalah saja aku tidak ingat.
saat sedang makan, semua khusuk, diam, menikmati makanan. tidak terkecuali Arifin yang begitu fokus makan.
setelah selesai makan, kami mencicipi makanan penutup. disinilah kami berbincang santai.
"Menurut abhi.." kata Bu Aisyah membuka pembicaraan. "Apa solusi untuk masalah mereka berdua," lanjut Bu Aisyau.
"Tentu saja, pernikahan," kata Pak Burhan.
"ughghghghgh" aku tersedak makanan yang aku makan. Aku memukul dadaku sedang Bu aisyah memberikan air untu aku minum.
"Hati-hati makannya cantik," kata Bu Aisyah saat batukku mulai reda. air mataku keluar akibat dari batuk tersebut.
"Saya merasa tidak pantas untuk Pak Arifin pak," kataku.
"Kok gitu"tanya Bu Aisyah.
"Usiaku terlalu tua untuk beliau," jawabku.
"Bukankah usia Rasulullah dan bunda Siti Khadijah berbeda jauh? tetapi mereka tetap bahagia hingga akhirat. bahkan bunda Siti Khadijah membantu perjuangan Rasulullah dengan seluruh hartanya," kata Bu Aisyah bijak.
"Itu bunda Siti Khadijah, bukan saya yang penuh dengan kekurangan," jawabku lemah.
"Astagfirullah... jangan merendah seperti itu," kata Bu Aisyah.
"Kami percaya bahwa laki-laki baik untuk perempuan baik. karena itu jika pernikahan kalian berlangsung, maka kau adalah perempuan baik untum laki-laki sebaik Pak Arifin," kata Pak Burhan. Aku hanya bisa tersenyum dipaksakan. tidak bisa berkutip.
"Pikirkanlah terlebih dulu, keputusan ada di tanganmu," kata Arifin aku menatap satu persatu orang yang ada di hadapanku. mereka mengangguk setuju. sedangkan aku hanya bisa merutuki diriku. entah ini anugerah atau musibah dalam kehidupanku.&_&_&&&