Aki menjatuhkan tubuhku di atas kasur. tidur terlentang menatap langit-langit lamarku.
"Bukankah sudah sangat terlambat bagiku untuk menikah? aku takut tidak bahagia, takut tidak mampu memenuhi keinginan suami dan masih banyak lagi ketakutan lainnua," gumamku pada diri sendiri.
Kenapa harus sekarang? dan kenapa harus dia? aku menepuk-nepuk kasur dengan kedua tangan dan kakiki lalu berguling-guling tidak jelas. aku ingin kabur. aku ingin selesaikan masalah ini dengan senyuman dan kalau bisa aku tidak ingin terlibat dalam masalah ini.&$&$&$
"Kamu dandan?" teriak Dian histeris. dia lalu terbahak-bahak melihatku. "Seperti bencong," katanya lagi. Alma menatap wajahku secara seksama.
"Apa yang kau coba sembunyikan?"tanya Alma penasaran.
"Wajah keriputmu? jangan menolak tua. itu sudah hukum alam, jalani saja," kata Dian.
"Mata panda," teriak Alma. "Kau tidak bisa tidur?"
"Kau memikirkan masa depanmu yanh suram? tua dalam keadaan jomblo, kesepian, tidak ada anak, sakit tidak ada yang ngurus, pas mati ditemukan dalam keadaan jasad sudah mrmbusuk," kata Dian sambil tertawa. aku hanua bergidik mendengarnya. aku sangat lemas, tidak punya tenaga untuk berdebat dengan dian.
"Karena itu, menikahlah dengan siapapun yang melamarmu," kata Dian, aku menatap tajam pada Dian.
"Kau tidak takut jika apa yang aku katakan terjadi padamu? meninggalkan dunia dalam keadaan kesepian. menjadi simbol kekejaman dunia. padahal kamu yang menolal bahagia namun menyalahkan takdir," kata Dian lagi. aku hanya bernafas berat lalu berbalik ke mejaku, mengerjakan tugas yang bisa aku selesaikan hari ini.
tik tok tik tok
itu bukan suara sepatu kuda, tetapi itu suara sepatu seorang gadis cantik, wajahnya tirus, rambutnya hitam sebahu, dandanannya sederhama tetapi elegan, langkahnya anggun dan menebarkan senyum pada setiap orang. aku tidak berkedip menatapnya. kagum pada sosoknya. apalagi kaum adam, bisa dipastikan langsung klepek-klepek melihatnya. Dia melangkah menuju ruangan Ceo, membuat alisku bertaut dan dahiku berkerut.
"Calon istri sang CEO," kata Dian yang berdiri di samping mejaku sambil memperhatikan perempuan itu.
"Jangan sok tahu," kataku jutek.
"Dia Camelia," kata Dian membuka penjelasannya.
"Namanya jaman dulu," kataku sambil cekikikan, Dian menatap tajam ke arahku.
"Dia lulusan Kairo, seperti Pak Arifin," kata Dian lagi.
"Tidak mencerminkan, sikapnya kayak gitu," balasku jutej.
"Dia berprofesi sebagai super model, akan pensiun dini setelah menikah dengan CEO, kemudian menjadi muslimah sejati," jelas Dian lagi.
"Kalau nggak jodoh. nggak jadi muslimah sejati dong," jawabku.
prak
Dian memukul kepalaku menggunakan sebuah buku yang cukup tebal. aku meringis kesakitan sedangkan Dian menepuk nepuk kedua tangannya, seakan puas dengan perbuatannya.
"Apa masalahmu?" tanyaku.
"Kenapa kau suka sekali menyela kata-kataku?" tanya Dian sewot. aku tertawa terbahak-bahak melihat wajahnya. untuk pertama kalinya aku berhasil membuat Dian kesal dengan ulahku, selama ini Dian yang selalu membuatku kesal.
aku menggeser kursiku menjauh dari Dian, lalu bangkit dari dudukku, melangkah menuju pantry, menikmati secangkir cokelat hangat. tiba-tiba aku memiliki ide menarik. Aku membawa nampan berisikan cokelat panas untuk Pak Arifin dan Bu Camelia. aku ingin menunjukkan bahwa aku melihat kebersamaan mereka.
langkahku tersentak saat melihat Pak Arifin begitu dekat dengan Camelia. meski saat aku memasuki ruangan CEO, Camelia memundurkan tubuhnya, sedikit menjauh dari CEO.
"Tidak sesuai dengan apa yang aku dengar," gumamku.
"Maksudmu apa?" tanya Camelia lembut. bahkan suaranya bisa menghipnotis kaum hawa apalagi kaum adam.
"Maksudku, silahkan dinikmati," kataku sambil mengatur makanan dan minuman di atas meja.
"Terima kasih," kata Camelia.
"Permisi," kataku lalu keluar dari ruangan CEO. Aku langsung mengambil HPku. semalam saat Pak Arifin mengantarku keluar dari rumahnya, Pak Arifin merebut hpku lalu menuliskan nomor hpnya disana.
"Siapa tahu kamu butuh bantuan," kata Pak Arifin saat itu. aku awalnya ingin menghapus nomor itu tetapi entah kenapa aku mengurungkan niatku. Mungkin untuk hari inilah, aku tidak menghapus nomor Pak Arifin.
langsung aku ketik pesan dan mengirimkannya pada CEO.
NIkahi saja perempuan itu.
tidak lama sebuah pesan masuk. pesan video. aku tersentak melihatnya. Camelia yang terus mendekati Arifin sedangkan Arifin selalu menjauh hingga aku datang ke ruangan Arifin.
"Cantik-cantik murahan," gumamku.
"Siapa?" tanya Alma. aku menggelengkan kepalaku lalu tersenyum pada Alma.
sebuah notifikadi kembali masuk ke hpku. pesan dari Arifin.
Bukankah nabi yusuf juga diganggu sulaikha? apalagi aku yang hanya manusia biasa.
aku tersenyum sinis melihat pesan Arifin. lalu secepat kilat membalasnya.
tetapi pada akhirnya Sulaikha dan nabi Yusuf menikah.
balasku pada Arifin.
kisahnya tidak harus berakhir seperti nabi yusuf dan sulaikha
balas Arifin. aku hanya melempas kasar hpku ke meja kerjaku.
"Ada klien yang membuatmu kesal?" tanya Alma penuh perhatian.
"Bukan klien yang mengesalkan, tetapi hidupnya cukup mengesalkan," kata Dian sambil cekikan. aku heran pada diriku sendiri, mengapa bisa bertahan menjadi sahabat Dian yang selalu mengusik hidupku.
Camelia keluar ruanyan lebij dulu
di belakangnya ada Arifin yang tersenyum manis ke arah pada karyawan.
"Pasangan sempurna," kata Dian. tetapi saat mengingat tingkah Camelia diavideo yang Arifin kirimkan, aku malah ilfeeling pada Camelia. aku bergidik menatap Camelia yang terus melangkah secara anggun. di belakangnya Arifin sekilas melirikku. aku langsung buang muka. menunjukkan wajah tidak suka padanya.&$&$&$-$