Chereads / Simfoni Temaram Takdir / Chapter 6 - 6. Badut Fakultas

Chapter 6 - 6. Badut Fakultas

1 Juni 20XX

Seleksi penerimaan pegawai, hari kedua

"Hei, kenapa psikologis kita musti dites tes segala?" seloroh Linggom.

"Ya iyalah, itu buat nyingkirin kandidat kurang waras macam kamu."

"Biarin nggak waras, biar begini, ada yang mau sama aku. Buat apa keren-keren tapi jomblo hahaha.Tos dulu Bro."

Kendrik tidak menanggapi tangan Linggom yang terangkat dan mengajak ber-high five itu. Dia malah menatap lawan bicaranya dengan mata sedikit melotot.

"Kenapa Bro, ayo tos dong akh kita udah laku." Linggom sedikit menyadari ekspresi Kendrik. "Ups, apa kamu kaum jones? Jomblo ngenes?"

Sekali lagi Kendrik memelototi lawan bicaranya.

"Sorry Mas Bro, kirain udah punya gandengan. Udah jangan melotot, bikin merinding aja."

Rasanya tertampar begitu keras mendapati rekannya yang terkesan ugal-ugalan malah sudah memiliki pasangan. Jiwa jomblonya terusik dan meronta-meronta.

Aku masih muda. Aku masih muda, nggak perlu lah buru-buru. Kerja dulu aja yang bener biar bisa ngumpulin duit buat nikah. (Kendrik).

Rebel mind voice: Ngumpulin duit buat nikah? Mau nikahin siapa emangnya?

Eh pada nggak tahu aja kalau cewek inceranku itu artis ternama. Jangan kaget kalau aku lama single dan akhirnya dapat Natalia Wilona. (Kendrik).

Rebel mind voice: Emangnya dia mau sama kamu?

~

Gangga tiba di aula FBS untuk mengkuti ospek fakultas. Semua mahasiswa baru mengenakan slayer berwarna ungu. Gangga tersenyum senang karena tidak lupa membawa slayer itu dan tidak harus membeli lagi.

Keledai tidak akan tersandung batu yang sama dua kali. Slayer mahal, kamu akan kupake setiap hari meski udah selesai ospek nantinya. Dan hari ini, nggak bakal ngulangin keteledoran kemarin. (Gangga).

Gangga dan ratusan mahasiswa mengikuti ospek fakultas dengan baik.

Saat hari menjelang siang, mahasiswa-mahasiswa di fakultas bahasa dan seni diminta untuk mengeluarkan benda yang berada di dalam catatan. Salah satunya adalah 'Mi Dua Taroh Gelas'.

Gangga mengeluarkan 2 mi instan, sebuah makanan kecil bermerk 'Taroh' dan sebuah gelas.

"Lhoh, kok kamu bawa itu. Kebanyakan," kata seorang mahasiswi kepadanya.

Kakak pembina menghampiri Gangga dan terbahak-bahak melihat kesalahan Gangga. Tapi tenang, dia tidak sendiri. Ada juga yang salah seperti dirinya.

"Terus, yang bener yang kayak gimana, Kak?" tanya Gangga kepada kakak tingkat yang membina.

"Tanya dong sama yang lain. Punya mulut nggak kamu, Dek?!"

Mulai sudah perploncoan ala-ala. Gangga melihat ke arah orang-orang yang tidak tersesat seperti dirinya. Ternyata yang dimaksud dengan 'Mi Dua Taroh Gelas' adalah mi cup yang isinya double.

Dia melirik catatan yang diberikan kemarin. Awal kata selalu diawali dengan huruf kapital sehingga sulit untuk menerjemahkan maksud instruksi itu. Dan memang begitu tujuannya, mengerjai mahasiswa baru.

"Buat yang salah beli, hukumannya adalah menyanyi. Setelah itu kalian diberi waktu untuk pergi ke warung atau minimarket, beli barang yang benar."

Hah? Nyanyi? Lari keliling lapangan sih oke, tapi menyanyi? Mendingan ketemu kuntilanak. (Gangga).

Padahal, Gangga juga bukan seorang pemberani. Misalnya benar-benar bertemu dengan hantu, mungkin dia akan berlari tunggang langgang. Atau malah lututnya lemas tidak mampu berlari dan hanya pipis di celana.

Gangga mulai menyanyi dan membuat mahasiswa yang lain cekikikan karena saking indahnya. Beberapa yang sedang minum bahkan tersedak.

"Ya ya ya, suara yang indah. Dan suara kamu terlalu indah sehingga telinga manusia di bumi belum siap menerima keagungan suaramu," kata kakak itu.

Semua mahasiswa yang berada di sana tertawa riuh.

Sialan! Yang nyuruh nyanyi juga siapa? Salah sendiri kena kutukan suara indahku. Pada sakit kuping semua kan jadinya. (Gangga).

"Nada aslinya ke mana, dia nyanyinya ke mana," celetuk seorang mahasiswa masih dengan sisa tawa.

"Eh, jangan salah. Itu yang namanya improvisasi. Justru dia ini kreatif bisa menciptakan nada sendiri," sambung kakak tingkat yang disambung tawa lebih keras dari tawa awal tadi.

Seketika Gangga ingin menghilang dari sana. Sepertinya mereka belum puas megerjai dirinya, dia bahkan masih berdiri di tengah mahasiswa lain yang duduk secara lesehan mengelilingi dirinya.

Dia ingin pergi, namun takut melakukan kesalahan lagi sehingga menunggu instruksi dan mantra jahat dari kakak tingkatnya.

"Ngapain masih berdiri di sini? Udahan kan konsernya? Nunggu diusir? Apa mau nambah lagu?"

"Eng-enggak Kak, udah Kak, ampun." Gangga terbata. Maksud hati tidak ingin melakukan kesalahan, malah kena lagi. Gangga pun duduk bergabung dengan mahasiswa lain.

"Eh eh, siapa suruh kamu duduk?!"

Apa lagi ini ya Tuhan. Belum puas ngerjain aku wahai kakak tingkat? (Gangga).

"Ta-tadi kan katanya ... "

"Kata siapa? Kan tadi di awal udah dibilangin, habis nyanyi, pergi beli barang yang benar!"

"Oh sekarang, Kak?"

"Enggak! Nanti kalau koruptor udah nggak ada di negeri ini! Ya sekarang lah, mau nunggu koruptor nggak ada itu hanyalah mitos."

Gangga segera pergi dari sana.

"Eh eh, kok nyantai-nyantai gitu jalannya, lari!" bentak kakak itu dengan megaphone.

Semua mahasiswa kembali menertawai dirinya. Bagus, predikat 'badut fakultas' secara tidak langsung tersemat di dirinya. Semua menertawakan dirinya dibodohi kakak tingkat.

Semua tertawa gembira kecuali dirinya yang sekarang sedang berlari tergopoh-gopoh mendatangi warung untuk membeli mi cup isi double.

Sayang sekali, warung di seputar kampus telah kehabisan stock.

"Wah maaf Mbak, udah habis. Dari kemarin banyak yang beli. Coba di minimarket GMYM itu."

Semalam, Gangga juga berbelanja di minimarket itu. Namun, dia baru menyadari bahwa harganya lebih mahal dari pada harga warung. Namanya saja GMYM singkatan dari Give Me Your Money. Tujuannya menguras kantong para pembeli.

~

Gedung C1, Universitas Vanguard

Kendrik dan para kandidat pegawai telah menyelesaikan psikotest hari ini. Tersisa interview yang akan dilaksanakan 2 hari lagi. Yang akan mengikuti interview hanyalah kandidat yang lulus tes kompetensi dan psikotest.

"Ken, laper. Yuk ke rumah makan Murah Banget," ajak Linggom.

"Lagi nggak pengen makan. Kamu duluan aja, aku mampir ke situ," jawab Kendrik sembari menunjuk sebuah tempat.

"Kalau gitu, kita pisah di sini Bro. Kalau ketrima, kita ketemu lagi. Kalau enggak, aku pamit mau pulang ke pulau seberang." Linggom mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Semoga ya Bro."

Kendrik dan Linggom berpisah ke tujuan mereka masing-masing. Kendrik memasuki tempat yang tadi dia tunjuk.

~

Gangga memasuki minimarket GMYM. Dia mencari mi di deretan mi cup. Apes sekali, mi cup double sudah tidak ada di sana. Dia pun bertanya pada penjaga toko.

"Mbak, mi cup isi double udah habis ya?"

Penjaga toko itu nampak bingung. "Tadi masih ada 1 kok, Dek."

Penjaga itu beranjak memeriksa deretan cup yang ternyata benar, tinggal mi cup isi 1. Dia menggaruk-garuk kepalanya.

"Tadi yakin masih 1, Dek." Penjaga itu mengelilingkan pandangan. "Coba Adek tanya ke masnya itu, kali aja dia yang beli," kata penjaga sembari menunjuk seorang laki-laki yang mengenakan pakaian hitam putih.

Gangga mendekati lelaki yang memunggunginya itu. Rupanya orang itu sedang memilih minuman.

Dia pake baju hitam putih. Jangan-jangan dia kayak aku yang kena hukuman. Boleh diminta nggak ya mi cupnya. (Gangga).

"Permisi," sapa Gangga.

Laki-laki itu berbalik.

Oh my, si gadis gambas bermata amber berada di depan mata. Shitt, aku nggak siapin cincin. Langsung aku ajak ke catatan sipil? Pinjem tuxedo sama gaun pengantin punya Kak Karen dan Kak Daniel. Mama, anakmu segera kawin Ma, segera hubungi WO, siapin gedung. (Kendrik).

Kakak ini yang dulu ketemu di taman kuliner deket rektorat kan? Dia yang bertingkah kayak predator itu kan? Hah, nggak ada waktu! Mi cupnya hei. (Gangga).

"Maaf, boleh mi cupnya saya beli? Saya butuh banget untuk ospek."

Duh kalau dia juga ospek, pasti nggak boleh aku beli. Eh, peserta recruitment Universitas Vanguard nomer 097? Yes, dia bukan mahasiswa baru. (Gangga).

Mata gadis itu membaca tanda yang dijepitkan di saku kemeja putih Kendrik dan bersorak dalam hati. Namun, pria itu tak segera memberi respon, malah terpaku memandanginya.

"Kak, Kak, please Kak mi cupnya buat saya. Saya dari tadi udah dikerjain dan diketawain terus."

"Ini, buat kamu." Kendrik akhirnya mengeluarkan suara. Dia menata kata dalam hati untuk bertanya lebih jauh kepada si gadis bermata amber.

"Terimakasih Kak, semoga rejeki Kakak berlimpah dan diterima jadi pegawai di sini."

Gangga berlari menuju ke kasir dan segera pergi dari sana.

Lhah lhah, namaku Kendrik. Akh telat, orangnya udah pergi aja. Kenapa tadi nggak langsung aku seret aja dia ke kantor catatan sipil. (Kendrik). []

***

Jogja, 27 September 2021