Cerita ini hanya fiktif belaka
Gue pun membuka google maps sesaat, dan memutuskan untuk ke Bong Kopitown. Restoran itu menurut gue menarik, karena konsepnya seperti berada di penjara. Sesampainya disana, kita langsung didatangi seorang sipir yang ternyata memberikan daftar menu.
"Elo mau mesen apa?"
"Ngikut elo aja deh."
Gue masih bingung dengan sikapnya yang mendadak dingin begini. Padahal saat berangkat tadi suasananya begitu cair. Tapi kenapa sekarang suasananya jadi..
"Rel, gua mau ngomong sesuatu nih."
"Gue habis putus nih."
"Tapi bukan karena itu. Gue diselingkuhin."
Akhirnya gue paham maksudnya.
"Kok bisa? Selama LDRan masih sering kontak kontakan kan?"
"Iya sih. Awal awal LDR emang kita masih sering banget kontakan. Tapi lama lama gua ngerasa ada yang aneh. Dia mulai cuek sama gue. Jarang ngabarin. Dan akhirnya, dia minta putus karena dia udah nemu cewek baru disana." Ujarnya dan dia mulai menangis pelan.
Gue yang nggak tahan liat cewek nangis, secara reflek langsung meluk dia. Dia nangis sesenggukan di pelukan gue.
"Gue sayang banget sama dia. Tapi kenapa dia jahat banget sama gue. Hiks.."
"Iyaa..udah deh..jangan nangis..kan sekarang elo ada disini. Ada temen temen lo. Ada gue juga. Yah..meskipun elo baru aja kenal sama gue, tapi seenggaknya gue kan temen lo..kalo lo ada masalah cerita aja ke kita kita. Gue gak cakep cakep amat sih, tapi gue juga bisa bikin cewek nyaman lho btw..."
Dea meninju pelan lengan gue.
"Apaan sih.." ujarnya tersipu malu.
"Emang sih gue ngerasa sama lo itu nyaman banget. Elo bikin gue inget sama pacar gue. Makanya kita tadi bisa ngobrol lepas. Elo bisa ngebikin gue jadi seneng meskipun gue lagi ada masalah. Gue ngerasa.." katanya sambil melirik ke gue.
"Ngerasa apaan?"
"Gue ngerasa sayang sama lo.."
Hah?
Ga salah denger ge?
"Tapi bohong.." kata Dea sambil menjulurkan lidahnya.
Anjir.
"Tapi serius deh. Gue ngerasa nyaman banget sama lo. Elo itu beda dari cowok cowok lain."
Kita sama sama terdiam. Saling berpandangan. Mata gue bertemu dengan matanya. Wajah kami semakin dekat. Gue usap pelan air mata di sudut matanya. Gue tatap matanya dalam dalam. Dan, bibir kami pun bertemu.
"Ehm..mas..mbak..ini pesanannya.."
Kami sontak kaget. Bibir kami saling terlepas.
"Eh..i-iyaa mbak..maaf." kataku gugup.
Pelayan itu hanya tersipu malu, kemudian meninggalkan kami yang duduk mematung.
"K-kenapa elo nyium gue?" tanya Dea tergagap. Mukanya memerah.
"Bukannya elo yang mulai duluan?"
"Ih..ya enggak lah..elo.."
Gue pun hanya tersenyum.
"Itu ciuman pertama lo ya?"
Dia segera melahap makanannya untuk menghilangkan kegugupannya.
"De..m-maaf ya.."
Ucapan gue ditahan oleh ciuman lembut dari Dea. Kali ini dia lebih agresif daripada ciuman yang pertama tadi. Kali ini dia mau membalas ciuman gue, meskipun tanpa memasukkan lidah kami.
"Iya iya. Gue ngerti lah. Gapapa deh kalo ciuman pertama gue sama elo." Ujarnya sambil tersenyum.
Mimpi apa gue semalem. Gue berhasil ngedapetin ciuman pertama dari gadis yang gue baru kenal. Gue pun membalas senyumannya.
Hujan pun mulai turun rintik rintik. Kami pun segera menghabiskan makanan kami karena kami tak mau berlama lama berada di luar kosan dalam keadaan hujan.
----------------------------------------------------
"Rel, gue boleh nanya sesuatu nggak?" tanya Dea tiba tiba saat kami sedang dalam perjalanan pulang. Hujan masih mengguyur kota Jogja, bahkan semakin deras.
"Mmm..elo sama pacar lo pernah ngapain aja?"
Sontak gue kaget.
"Emang kenapa?"
"Yah..gue Cuma mikir, apa gue sama pacar gue putus gara gara gaya pacaran kita yang terlalu monoton ya..?"
Gue pun terdiam sejenak.
"Gue sama pacar gue cuma pernah ciuman, sama oral doang. Kalo ml gue belom pernah."
Mukanya langsung berubah menjadi merah, semerah kaleng co*a c*la.
"J-jadi, elo juga belum pernah ml?
Gue mengangguk.
Sesampainya di kosan, gue mengambil payung di bagian belakang mobil gue, dan segera keluar untuk memayungi Dea.
"Makasih ya rel udah nemenin gue. Dan makasih juga buat yang tadi.." ujarnya tersenyum sambil jari telunjuknya ia tempelkan di bibirnya.
"Iya..jangan lupa besok sekolah hari pertama.."
"Yaudah, gue naik dulu ya."
Di kamar, gue terus memikirkan tentang hal yang menimpa Dea. Gue sangat ingin membantu Dea menyelesaikan masalahnya. Di sisi lain, sangat disayangkan kalo gue sampe ngelepas cewek secantik Dea.
Lalu, sayup sayup kudengar suara desahan seorang wanita. Kudengarkan baik baik. Sepertinya dari kamar sebelah. Jangan jangan, si Roy sedang..
Gue langsung bergegas keluar kamar dan mengetuk pintu kamar Roy.
"Woy buka woy.."
Setelah beberapa saat, barulah pintu kamar itu terbuka.
"Apaan sih rel malem malem gini ganggu orang?"
"Elo lagi nonton b*kep ya?"
"Eh..kedengeran ya?" dia tertawa kecil.
"Sialan lu..masa gara gara tadi pagi ketemu cewek cakep malemnya langsung c*li."
"Yah..abisnya.."
"Udah ah..besok sekolah..gue mau tidur, elo kalo mau nonton b*kep pake earphone kek.."
"Iye iye..dah ah gua mau lanjutin aktivitas gue."
"Serah lu dah."
Gue lalu balik ke kamar gue, dan segera merebahkan badan gue ke kasur.
Hari pertama sekolah.
Dan gue udah terlambat.
Sialan.
Ini gara gara si Roy yang lagi nonton b*kep semalem, gue jadi horny juga.
Hari pertama sekolah gue adalah masa pengenalan lingkungan sekolah. Kegiatan itu berlangsung seperti ospek pada umumnya. Tapi sialnya, gue terlambat hari itu. Jadinya gue kena semprot dari kakak kelas dan diberi beberapa hukuman yg menurut gue gak wajar.
Setelah hukuman gue berakhir, gue segera bergabung dengan kelompok ospek gue yg terdiri dari 4 cowok dan 4 cewek. Beruntungnya gue, cewek di kelompok gue cakep semua. Yah gue dapat melupakan kekesalan gue karena tadi terlambat hehe.
Kami semua kemudian diberi tugas, yaitu menemukan para anggota OSIS yg bersembunyi dan meminta tanda tangan mereka. Tentu tidak mudah meminta tanda tangan mereka, karena sebelumnya kita pasti diminta untuk melakukan hal hal aneh terlebih dulu.
Gue segera menuju ke spot spot yg tidak terduga. Gue berpikir beberapa dari mereka pasti bersembunyi di gudang, kamar mandi cewek, atau pepohonan di belakang sekolah. Gue langsung menuju ke pepohonan belakang sekolah. Disana memang sangat rindang, dan tentu saja sangat sepi, karena kebanyakan siswa mencari di aula atau ruang kelas di lantai atas.
Saat gue menerobos ke pepohonan, alangkah terkejutnya gue. Gue menemukan sepasang siswa siswi yg sedang berciuman. Kalau dilihat dari logo di sebelah kiri seragamnya, yg cowok merupakan anggota OSIS dan yg cewek adalah kakak kelas tetapi bukan anggota OSIS.
Saat berusaha mendekati mereka sambil mengendap endap, tiba tiba mata si cewek melirik ke arah gue. Mampus gue.
"Heh, apa yg lu lakuin disini?"
Si cowok terkaget dan segera menoleh ke lawan bicara si cewek tersebut.
"A-aku mau m-minta tanda tangan, kak.." kataku takut takut. Gile serem bener tatapannya.
"Lu kenapa bisa sampe kesini?" tanya si cowok gusar.
"Aku pikir, biasanya anggota OSIS sembunyi di tempat tempat yg susah, kak.."
Gue hanya mengangguk pelan, sambil tetap menunduk.
Si cowok hanya menghela napas. Kemudian menatap si cewek, lalu kembali memandang gue.
Kalau dilihat lihat, cewek itu cakep juga. Badannya lumayan tinggi meskipun tidak setinggi gue (tinggi gue sekitar 170 cm). Badannya juga cukup bagus dengan dada yg cukup menonjol membuat tubuhnya semakin proporsional. Rambutnya terurai sepinggang, warnanya agak kecoklatan. Di dada kanannya terpampang tulisan "Caca".
"Gapapa ya..sekali kali kamu cobain juniormu haha. Lagian ntar Cuma aku suruh buat c*um elo kok."
"Tapi.."
"Plis ya sayang..nanti malem aku ajak kamu ke restoran favorit kamu deh."
"Tapi aku boleh pesen yg kayak kemaren aku tunjukkin ke kamu kan?"
"Beress.."
Gue hanya bisa terdiam. Meskipun ini bukan pengalaman pertamaku mencium seorang cewek, tetapi gue tetap grogi. Apalagi kali ini gue akan mencium kakak kelas gue yg gue bahkan tidak kenal dengannya. Tapi, yasudahlah. Yang penting dapat tandatangan, dapat enak berarti bonus hehe.
"Hei, sini agak deketan sama kita." Kata si cowok yg bernama Bagas.
"Nah sekarang, coba elo tunjukin kemampuan lo nyium cewek." Lanjutnya.
Perlahan, gue mendekati kak Caca. Dia pun hanya tersenyum kecil.
Kepala kami semakin mendekat hingga hanya beberapa centi.