Karena Masu mengambil range waktu tercepat, paketan Apo datang dalam sehari semalam. Seorang pelayan mencarinya pada pagi buta. Baru turun mau sarapan sudah disuguhi kardus dari kurir. Mile ikut-ikutan kepo melihat Apo sumeringah. Lelaki itu menggendong Sammy naik tangga lagi sangking penasaran isinya.
"Wahhhh! Sudah sampai!"
"Apa itu, Sayang?"
Apo hanya melirik Mile sekilas. "Bukuku, Phi! Bukuku!"
"Buku macam apa lagi? Perasaan kemarin memborong sudah banyak. Sayang, ih suka novelnya tak nanggung-nanggung. Jangan-jangan karya author Wattpad kesayanganmu lagi. Apa kemarin? "Sins of Bartender" ya?"
Si manis turun dan meletakkan kardus di meja makan. "Bukan ya, bukan! Aduh, tidak sabar!" Dia mengambil pisau daging dari meja makan, tak mau lama-lama menanti cutter dari pelayan. Disodetnya solatip bagian atas hingga isinya terbuka. Apo pun mengeluarkan ensiklopedia lengkap yang menyangkut tentang pilot dan penerbangan. Toko Seth Delioze memang yang terbaik, mereka sering mengambil stok paling bagus dari segi kualitas. Cetakan yang diambil terbaru. Apo menciumi ketiga part-nya alih-alih suami dan anak. "Taraaaaaaaa! Muach! Muach! Muach! Muach! Muach! Jejejejeng! Aku nak belajar terbang tinggi sekarang! Phi, lihat deh sampulnya bagus, ya? SAMMY PENASARAN TIDAK KALAU MAMA TERBANG?!"
"Woaahhh, coba lihat."
Mile menyentuh sampul ensiklopedia itu, bersamaan dengan Sammy mengayunkan tangan mungilnya. Si sulung tampak ingin tahu juga, dia puk-puk bagian judul dengan mata tak berkedip. "Mmm, mma!" ocehnya tidak paham, tapi terlihat begitu senang.
"Iyaaa! Mama mau jalan-jalan di langit! Nanti Sammy, Adek, sama Daddy ikut naik sekalian, senang kan?" Apo menciumi pipi baby gemas itu. "Asksksk, ya ampun sudah tidak sabar ...."
"Penulisannya detail sekali. Bagus, bagus." Mile mengangguk usai membaca sekilas isinya. "Kamu pintar memilih bukunya. Google dulu ya sebelum memesan?"
"Iyaww, dooooong!"
Mile terkekeh melirik ekspresi Apo.
"Good."
"He he he he."
"Sekarang simpan dulu, gih. Keburu Daddy dan Mommy kemari. Nanti kena kuah sayur kalau ditaruh di sini."
"Oke!"
Beberapa saat kemudian, Katty selesai didandani dan digendong babysitter turun. Apo menyuapi baby itu dengan bubur selagi ada waktu. Mile menangani Sammy yang aktifnya tidak karuan. Masak sarapan sambil tek-dung-tek-dung ribut di atas stroller-nya. Mereka sengaja bangun 15 menit lebih awal agar bisa sarapan bersama. Bila Sammy dan Katty beres, biasanya si kembar akan tidur pulas lagi. Obrolan pagi seru pun tetap bisa dilakukan dengan mertua. Apo biasanya diajak membahas isu-isu politik dan berita terbaru di koran. Pukul 8 pagi, semua orang baru pun melakukan kegiatan masing-masing. Songkit olahraga lari memutari rumah, sekalian Snowwy dan kitten-kitten Apo diberi makan. Nee sendiri santai hingga pukul 9 pagi. Sang Mama mertua baru servey pabrik jika mood-nya naik drastis.
Apo lihat Keluarga Romsaithong stabil semenjak Mile sembuh. Dia sendiri membaca buku sambil menemani Sammy-Katty. Jika digolongkan "sibuk" atau bukan, sebenarnya Apo masuk kategori sibuk. Dia menghapal banyak teori penerbangan seperti yang Nazha bilang, selagi Sammy-Katty belajar gerak di atas ranjang. Sammy kuat merangkak. Sementara Katty baru miring-miring. Kedua baby dalam siklus kencang begitu pun sang ibu.
Persis hari sebelumnya, Apo memasak setelah pukul 10. Rutinitasnya memang tak ditulis dalam jadwal, tapi selalu berputar sama. Meski masih remaja, dia ketularan hidup terstruktur rapi, tapi hari itu Apo batal ke kantor Mile untuk makan siang.
[Masu: APOOOOOOOOOO!! KAU PASTI TAKKAN PERCAYA! ]
[Masu: Jeffy lahiran, Po! LAHIRAN! Kaget banget njir tadi aku main ke rumahnya kan mau jenguk sambil ngasih undangan nikah. Eh, dia malah kontraksi!! Gila sih, mana sendirian lagi. Untung suaminya langsung pulang begitu aku telepon. BURUAN KE RS KELUARGAMU! Aku belum dapat kabar lagi ini, dia sekarang otw ambulan. Aku mau menyusul, tapi Phi Earth tidak sampai-sampai. Askskksk! Cepat sekali rasanya jadi Om Masu Part 2 tanganku masih gemeteran tadi kena darahnya]
"Apa? Wah ...." kaget Apo dengan mata berbinar. Si manis pun menepuki punggung kursi Newyear. Dia minta putar balik, meski belum izin Mile. Perkara makan siang bisa lagi besok-besok. Apo minta bekalnya dikirimkan sopir lain setelah dicegat di persimpangan jalan.
"Aduh, padahal sudah kutunggu, Sayang. Tapi tidak apa-apa sih. Thank you untuk masakannya. Nanti pasti Phi cicipi semua," kata Mile, yang baru menjawab panggilan Apo pada jam-jam istirahat. Dulu baper, tapi kini me-missed-call berkali-kali Apo biasa. Dia sudah cukup senang sang suami tidak marah-marah.
"Benar, ya Phi. Maaf loh ngomongnya malah belakangan. Aku di perjalanan ini."
Di seberang sana, Mile mengapit ponselnya diantara bahu dan telinga.
"
Iya, Cantik. Jangan lupa PAP baby-nya ya. Semoga mereka selamat semua."
"Siap, Phi."
"Titip salam dan hadiah juga. Pakai uangmu dulu nanti Phi transferin lagi."
"Iya."
Jeff ternyata lahiran dalam ambulans. Belum sampai RS sudah keluar bayi-nya. Sohib Apo itu pingsan karena kelelahan, tinggal digotong ke dalam saja untuk perawatan. Si bayi cepat ditangani, lalu Jirayu menggendong anak pertama mereka. Apo tidak melihat peristiwanya langsung, karena perjalanan menuju Bangkok menghabiskan waktu. Si manis diperlihatkan foto-foto newborn baby bernama Aire itu. Jirayu tampak bangga, walau mukanya lelah. Dia berterima kasih atas hadiah dari Mile-Apo. Berikutnya Masu dan Earth datang dengan membawa parcelan besar. Isinya uang dan buah-buahan. Dengan begitu bisa membantu biaya RS.
"Dimana Jeffy sekarang? Sudah bangun belum, Phi?" tanya Apo ke Jirayu, bersama pasukan babysitter dan bodyguard-nya.
"Belum. Mungkin nanti malam capeknya baru mereda. Sabar ya. Aku pun sudah ingin bertemu mereka lagi."
"Uugh, okee ...."
Jirayu mendatangi stroller si kembar. Ayah baru itu tampak gemas melihat bayi yang lucu-lucu. "Halo Sammy-Katty, ha ha ha. Anakku prematur juga, manis. Semoga sekolahnya mungkin bareng kalian, walau usianya di kandungan hanya 8 bulan."
"Iyakah, Phi?"
"Hu-um. Aire benar-benar tak sabar keluar."
Masu tiba-tiba bercelutuk. "Katty dulu juga begitu." Dia menoel-noel pipi si bungsu. "Tenang saja, Aire pun akan gendut seperti gadis ini."
Katty pun tersenyum, seolah tahu sedang dibicarakan. "Oooaaa, ooo. Ooo." Dia merentangkan tangan penuh antusias.
"Oh, iya juga ya! Kudengar dia malah 6 bulan," seru Jirayu penuh semangat. "Istriku sepertinya dulu pernah bilang."
Masu makin menggebu-gebu cerita. "Kecil sekali, Phi. Astaga ... Apo bisa menaruhnya di telapak tangan loh! Ha ha ha ha ha!" tawanya. "Tidak menyangka bisa tumbuh besar juga. Ya kan, Katt?"
Jirayu terkekeh-kekeh. "Thank you ya semuanya. Ini benar-benar kehadiran yang berharga," katanya. "Kau juga, Earth. Kuusahakan mendatangi resepsi kalian."
Earth, yang sedari tadi diam pun mengangguk pelan. "Sama-sama." Lelaki itu masih irit bicara seperti biasa. Apo tak mempermasalahkan karakternya lagi. Earth begitu, tapi tatapan matanya penuh cinta dan perhatian. Dia bahkan diberi kesempatan Jirayu untuk menggendong Aire. Earth bilang, dia sebenarnya suka dengan anak-anak. "Kau benar-benar tampan sekali ...."
Apo dan Masu berpandangan melihat Earth mencium bayi pertama kali. Kaki mereka tendang-tendangan di bawah ranjang Jeff yang masih tidur. Lengan juga senggol-senggolan dengan ributnya.
"Lihat tuh, calon suami sudah ingin bayi mungil," bisik Apo geregetan.
"Apa sih, tidak dulu ya. Menikah saja belum, kenapa bahas bayi-bayi," bisik Masu balik dengan muka jengkel.
"Ha ha ha, ya makanya cepat. Biasanya suami makin sayang kalau sudah punya anak."
"Ha? Jangan kompor ya, Sialan. Mentang-mentang sudah punya buntut dua. Awas kalau aku nanti punya kembar 5."
"Wow, Masu. Memang kuat? Dua saja buset rasanya."
"Diam kau. Ngeri anjir, Apoooooo, aku menikah saja masih takut-takut. Lihat Jeff saja masih tepar dari tadi. Melahirkan normal memangnya sesakit itu? Cih, brengsek aku jadi tidak ingin wawiwu."
"Ha ha ha ha ha, ssshhh ... nanti mereka terganggu."
Jirayu dan Earth hanya melirik mereka sekilas. Bagusnya pukul 10 Jeff membuka matanya juga. Apo, Masu, Jirayu, dan Earth pun memberi selamat. Jeff sendiri malah langsung menanyakan bayinya. "Hah--kalian ... ummh, mana Aire?" tanyanya panik. "S-Selamat kan dia? Selamat tidak? Aku sudah sangat-sangat berusaha ...."
Jirayu pun segera mendekat. "Shhh, shhh. Shhh ... diam dulu. Tidak apa-apa," katanya, lalu memberi kecupan kening. "Semua baik-baik saja, Sayang. Aire tidur, sebentar aku ambilkan."
"Aire ... Aire ...."
Sebutan Jeff membuat Apo dan Masu menitkkan air mata. Apo terenyuh karena dulu dia tidak mendapatkan momen ini. Karena jika boleh memutar waktu kembali, ingin rasanya Mile ada di sisinya setelah lahiran. Mungkin Mile akan seperti Jirayu yang tergopoh-gopoh. Sebagai ayah baru, Jirayu memberikan Aire ke istrinya dengan suka cita. "Ini, coba peluk."
"Aire ...." Jeff mendekap bayinya begitu erat. Lelaki itu memejamkan mata karena menangis. Air mata tidak tahan turun dari pelupuk matanya. "Sayang, Aire ...."
Pemandangan yang amat luar biasa.
Apo jadi kangen Sammy dan Katty hingga ke relung dadanya, padahal mereka berdua aman di pelukan babysitter masing-masing. "Lihat, Sayang-sayangnya Mama. Hari ini kalian dapat dedek baru," bisiknya ke telinga Sammy. Kebetulan memang si sulung yang paling dekat. Dia pun mengesun pipi Sammy, sementara Katty ingin mendekat ke Aire. Baby itu terus melambaikan tangan seperti ombak. Dia baru diam saat ditaruh di sisi paha perut Jeff.
"Oaii, ooaa. Aaa ...." oceh Katty dengan tatapan mata penuh semangat. Padahal ini sudah larut untuk ukuran bayi, tapi si kembar tak ada yang mau tidur. Mereka seolah tahu baru dapat teman main. Jeff pun menoleh hingga bisa tersenyum pertama kalinya.
"Halo, Katty ...." sapa Jeff. "Ha ha ha, kau ke sini juga ya? Terima kasih ...." katanya dengan suara serak. "Kukira aku mati di jalan tadi, hmmmh ... tak kusangka masih bertemu kalian juga." Tatapannya menelusur sekitar perlahan. "Aku benar-benar berterima kasih ...." Dia pun meneteskan air mata kembali, tak pernah Apo lihat Jeff se-mellow itu hingga Aire hadir ke dunia.
Kebahagiaan mereka disempurnakan usai keluarga Jeff dan Jirayu datang. Mereka baru tiba dari perjalanan jauh, tapi masih semangat sekali. Aire pun digendong kesana-kemari dengan berbagai pujian gemas. Jirayu dipeluk para sepupunya yang rata-rata sudah berkeluarga. Suasana haru itu pun bubar pukul 11 malam. Siapa pun tahu Jeff dan Aire harus istirahat karena mereka belum pulih total.
Masu sendiri langsung pulang karena besok Earth aktif mengajar. Pasangan itu ternyata masih ngampus, padahal hari pernikahan mereka semakin dekat. Di ruang tunggu Apo membuka undangan yang baru dia terima. Mile bilang otw menjemput usai melarang Apo pulang ke Kalasin langsung.
"Di Bangkok saja, Sayang. Nanti capek. Lagipula bawa si kembar juga," kata Mile lewat telepon. Sambil menyetir, lelaki itu memelankan volume musik. Dia tidak bisa tidur, sangking cemasnya dengan anak dan istri yang jauh.
"Iya, Phi. Nanti aku book room hotel saja. Pasti ada kok," kata Apo sambil mengangguk. " Tapi daripada itu, Phi masih jauh ya? Ini sudah jam 11 lebih. Mana belum makan malam. Istirahat saja besok lanjut lagi. Aku pasti menunggu di sini. Tidak perlu buru-buru begitu."
"Ha ha ha ha ha, nanggung," tawa Mile. "Phi kan menyudahi kerja jam 3-an tadi. Mumpung baru masuk belum ada huru-hara, Sayang. Biar bisa segera menyusul kamu--pffft. Surprise?" katanya seperti menggoda.
"Ya ampun ...."
Apo pun geleng-geleng kepala.
"Phi harus dapat 1000 ciuman setelah ini," kata Mile sambil melirik arloji. "Hmm ... mungkin kurang dari sejam sudah sampai Bangkok kok. Kau kira baru berangkat, ya? Phi juga mau lihat dong, baby Jeff yang baru lahir. Dari layar hape saja kurang puas, Sayang! Phi ingin yang baru keluar! Ha ha ha ha! Pasti kulitnya lembut sekali."
Dipikir-pikir sekali lagi, Apo paham kenapa Mile berkata begitu. Seperti dirinya yang ingin Mile hadir ketika lahiran, sang suami juga ingin tahu Sammy-Katty yang masih berlumur darah.
"Oke, hati-hati, Phi. Sampai sini dengan selamat ya."
"Pasti, Sayang. See you."
"Too."
"Phi masih menunggu love words untuk hari ini ...."
Apo pun memutar bola mata. "Phi Suami, Apo benar-benar cinta Phi-nya. Muach." Dia cringe sendiri setelah mengatakannya.
"Ha ha ha ha ha. Cinta ke Apo Nattawin juga. Itu kata suaminya ...."
Si manis merasakan debaran dadanya menjadi-jadi. "Apa sih. Sudah ah. Malu ...." katanya sambil melirik sekitar. "Itu dilihati Kakek-kakek jompo. Dah."
"Dah ...."
Apo pun mengantungi ponselnya ke saku. Dia pamit ke kedua babysitter untuk pipis selagi mondar-mandir di kamar Jeff untuk menidurkan si kembar. Apo tidak lupa memerintah satu bodyguard untuk mengurus booking-an hotel. Biar orang itu yang angkat-angkat barang, agar Newyear tidak double kelelahan. Satunya lagi mengikuti Apo ke depan toilet hingga selesai. Begitu keluar si manis melihat Reba menggendong Lian yang tampaknya baru ngompol.
"Aduh, Sayang. Sini popoknya dipakai dulu. Malu ah, burung kecil-nya dilihat orang. Tinggal pulang lho ini. Jangan rewel nanti dimarahi Mommy Nazha. Hayoloh!"
"Umm, okeeeyy," kata Lian sambil mengangguk. Bisa disimpulkan Nazha lebih menakutkan bagi Lian daripada Reba. Apo pun tertawa me-notis hal itu.
"Oh ... Apo ... kok sudah di sini lagi? Sedang apa? Ada Keluarga yang sakit?" tanya Reba sambil menaikkan celana Lian.
"Bukan, Phi. Tapi temanku lahiran mendadak. Bayinya lucu sekali ...."
"Iyakah? Semuanya selamat?"
Reba menggandeng Lian mendekati Apo.
"Selamat kok, selamat. Hari ini penuh dengan keberkahan. Aku senang tak ada drama seperti lahiranku dulu."
Reba gemas hingga menutup bibirnya. "Bagus, salam untuk temanmu kalau begitu," katanya. "Bilang aku ikut senang mendengarnya."
Apo pun mengangguk kecil. "Oke, Phi. Nanti pasti kusampaikan."
"Thank you."
Baru saja mereka mengadu senyum. Tiba-tiba lampu rumah sakit mati semua. Selang-selang pemadam api pun muncul bersamaan dari atap lorong akibat mencium asap. Alarm berbunyi nyaring menandakan darurat yang mematikan.
"KEBAKARAAAAAAN!!" teriak semua orang dari segala penjuru.
Bersambung ....