"Kenapa Nek?" Tanya Putri.
"Kamu keliatan dari tadi diam aja, apa masih sakit?" Tanya Nenek.
"Nggak kok, sudah sembuh."
"Kalo masih sakit kita ke mak Ijah di sini dia terkenal hebat ngurut." Kata Nenek lagi.
"Nggak, nggak usah Nek."
"Ya sudah kalo tidak mau, tapi kamu ikut kan ke kebun Nenek kita metik jagung."
"Iya,Nek. Aku ikut."
Setelah selesai sarapan mereka semua ke kebun yang tak jauh dari sini, Nenek memetikkan beberapa jagung terus lanjut memetik sayur yang lain. Badan Putri sakit untuk berjalan jauh di tambah di suruh membawa beberapa bawaan.
"Habis ini kita mandi di sungai yuk, Kak." Ajak Dila pada Putri.
"Ya." Jawab Putri.
"Kenapalah, kakakni nggak semangat gitu."
"Ini semangat." Ujar Putri lagi dengan tersenyum.
Putri, Dila dan Ayahnya mandi di sungai, Ismi mengambilkan mereka sarung ke rumah. Dila dengan riang mandi bersama Ayahnya. Sedangkan Putri hanya diam di sisi batu, air dingin terasa tak berasa di kulitnya.
"Kita main kayak kemaren lagi yuk, Yah." Ujar Dila.
Ayahnya mengiyakan lalu duduk di bawah air yang mengalir Dila duduk di hadapannya, entah apa yang mereka lakukan jadi membuat Dila terkikik geli.
Putri yang memperhatikan lantas bertanya.
"Kalian ngapain?"
"Main kayak kemaren, kak." Jelas Dila.
"Gantian, Kak Putri lagi." Kata Ayah.
"Nggak aku nggak mau."
"Ya sudah, kalo gitu Ayah akan memainkan permainan rahasia sama Dila." Ujar Ayah.
"Permainan rahasia apa, Yah?" Tanya Dila.
"Biar aku aja!" Ujar Putri.
"Tadi katanya nggak mau." Ujar Dila.
Terus Yanto menyuruh Dila menjauh dan gantian Putri, "Apa Ayah akan melakukan itu sama Dila?"
"Melakukan apa, sayang?" Tanya Yanto sambil membuka cel**na Putri hingga tersingkap.
Dan terjadi lagi. Setelah dia menyelesaikan itu Ismi muncul membawa sarung juga handuk dan ember berisi sabun.
*****
Setelah makan siang Putri, Dila dan Yanto berangkat untuk kembali ke rumahnya. Di sepanjang jalan Putri hanya diam, Dila mengoceh sepanjang jalan.
Pukul 5 sore mereka tiba di depan rumah dan di sambut Ibunya.
"Akhirnya anak Ibu pulang, gimana seru nggak di sana?" Tanya Ibu pada Dila. Yanto dan Putri mengangkat barang bawaan ke dalam rumah.
"Asik pokoknya, Bu. Ibu sih nggak ikut."
"Nanti deh kalo liburan lagi kita ke sana." Sahut Ibunya.
Saat makan malam Putri tidak banyak bicara.
"Kok Putri kayak sedih, kenapa?" Tanya Ibu.
"Mungkin dia masih betah di sana, terus harus pulang mangkanya cemberut aja." Sahut Ayah.
"Pasti sedih karena terlalu sebentar di sana, nanti kita kesana lagi, ya." Ujar Ibunya.
"Iya, bu." Jawab Putri tersenyum.
Putri membantu membersihkan meja makan sedangkan sang Ibu dan yang lainnya menonton televisi di ruang keluarga.
Saat mencuci piring tiba-tiba Yanto menghampiri Putri dari belakang dan memeluknya, Putri kaget dan satu piring terlepas dari tangannya. Prangg!!!
Yanto kaget dan refleks memundurkan langkahnya.
"Apa yang pecah, Put?" Tanya Ibunya menghampiri.
"Jangan kesini, ada pecahan kaca." Teriak Yanto yang sedang memungut pecahan kaca di lantai.
"Astaga, kenapa sampai pecah, Put. Nanti kalo kena kai bagaimana? Nggak ada yang luka kan?" Tanya Ibunya lagi.
"Tanganku licin, Bu." Jawab Putri.
"Sudah, besok saja lanjut mencuci piringnya. Kamu istirahat saja atau nonton film sama Dila." Ajak Ibu.
Putri pun mengikuti sang Ibu keruang keluarga, Dila sedang melihat flim kartun kesukaannya. Sesekali dia tertawa melihat tingkah si jarwo, Putri pun ikut tertawa.
"Aku tidur lebih dulu ya, Bu." Ujar Yanto.
"Iya, Ayah." Jawab Santi.
Jam 9 malam Putri dan Dila pergi tidur, tak lupa Putri mengunci pintu kamar.
"Tumben di kunci, Kak." Ujar Dila.
"Ah, emm, biar nggak kebuka, biasanya ke buka sendiri." Jawab Putri.
*****
Keesokan pagi seperti biasa Yanto pergi ke pasar, dan jam 11 siang dia kembali.
"Apa itu, Mas?" Tanya Santi ketika melihat bungkusan di tangan suaminya.
"Putri mana?" Tanya Yanto.
"Ada di kamar, tapi itu apa?"
"Ini hadiah untuk, Putri. Kan ulangan tadi dia dapat nilai bagus jadi mau aku kasih hadiah sesuai janjiku."
"Aku liat dong, kaya ponsel. Apa itu ponsel?"
"Iya." Setelah menjawab istrinya Yanto ke kamar Putri, terlihat Putri membaca buku sendiri.
"Ada apa, Yah, Bu?" Tanya Putri ketika melihat Ayahnya masuk juga Ibunya.
"Tebak Ayah bawa apa?" Tanya Ayahnya.
Ibunya hanya tersenyum.
"Nggak tau, emang apa Bu?" Tanya Putri pada Ibunya.
"Ayah bawa..." Ucapan Ibu terpotong.
"Taraaa, Ayah bawakan ini." Yanto memberikan bungkusan.
"Apa ini? Hah! Ponsel! Ini buat aku?" Tanya Putri girang.
"Iya, buat Putri."
"Yes makasih." Putri memeluk sang Ayah juga Ibunya bergantian.
"Belajar yang rajin ya." Ujar Santi mengelus kepala anaknya.
"Ada apa ini?" Tanya Dila.
"Coba lihat kakak dapat apa?" Ucap Putri mengangkat ponsel di tangannya.
"Hah, ponsel. Aku juga mau." Rengek Dila mendekat.
"Nanti kalo sudah besar sama kakak." Ujar sang Ayah.
"Tapi aku maunya sekarang."
"Dila pinjam ponsel Ibu aja, ya." Ujar Santi.
*****
Putri sangat senang karena ponsel yang selama ini dia inginkan telah terwujud, dulu Ibu dan Ayahnya melarang untuk memiliki ponsel karena takut berdampak buruk padanya apalagi sekarang.
Seakan lupa dengan apa yang terjadi sebelumnya Putri terus mengotak-atik ponselnya.
Sore hari dia pamit ingin ke rumah temannya.
Sampai di rumah Una temannya yang rumahnya cuma berjarak seratus meter dari rumah Putri.
"Una, assalamualaikum!"
Tak lama Una keluar.
"Eh, lu Put. Masuk-masuk, kapan pulang kan kamu kemaren ke tempat Nenekmu."
"Kemaren, aku di sana cuma sebentar."
"Oh, yuk ke kamarku." Ajak Una.
Sampai di kamar Putri menunjukkan ponselnya.
"Wih akhirnya sudah ke beli, bukannya uang yang kamu tabung masih sedikit." Ujar Una, Putri memang menabung untuk membeli ponsel tapi sekian lama uangnya masih jauh dari harga ponsel yang dia inginkan.
"Aku di belikan Ayahku."
"Katanya Ayahmu nggak mau membelikan ponsel?"
"Emm, katanya karena nilaiku bagus."
"Oh, bagus deh kalo gitu. Jadi gimana punya apa aja kamu di ponsel?"
"Aku bingung, tolong dong buatkan kayak punya kamu."
"Sini aku periksa." Ujar Una mengambil ponsel Putri. "Wih ponsel mahal ini, Put." Ujar Una.
"Masa sih?"
"Iya, ini lebih dua juta ini. Mana baru lagi."
"Ah masa sih." Sahut Putri.
"Iya, beruntung banget kamu. Aku aja dibelikang ponsel harganya sejutaan aja."
"Hehe, ayo cepat buatkan yang kayak kamu."
"Bentar aku buatkan semua nih, fb, insta twet wa toktok."
"Banyak amat, Na."
"Katanya kayak aku."
"Iya, iya. Terserah deh."
"Oke, sudah selesai. Wa kamu biar nanti aku minta Sisil masukinĀ ke grub wa kelas kita."