Chereads / Christmast Gift (Hadiah Natal) / Chapter 10 - 9 Toko Buku.

Chapter 10 - 9 Toko Buku.

Wanita manapun kalau ditatap secara intens pasti akan merasa gugup, kan? Dan berhasil! Setelah aku mengatakan kalimat itu dia berhenti menatapku. Tapi yang paling menyebalkan adalah kalimat yang dia lontarkan untuk ku dari bibirnya itu.

__________________

_______________

_____________

__________

________

"Bukan karena kau terlihat cantik, hanya saja kenapa kau memilih warna yang sama dengan yang aku kenakan? Kau bukan sengaja agar kita terlihat sedang memakai pakaian couple, kan?" Christ menuduh ku sambil tersenyum mengejek ke arah Bie.

Sungguh keterlaluan! Mana mungkin aku sengaja. Apa dia tidak tahu, kalau aku sangat tidak menyukainya dari awal pertemuan kami jauh sebelum dia berkenalan dengan Bie. Dan anehnya putriku malah tertawa cekikikan menanggapi perkataan pria ini. Lihat saja akan aku buat dia menyesali atas tuduhannya kepadaku.

"Kalau memang iya, kenapa? Apa tidak boleh? Baguskan, kalau orang-orang mengira  kita adalah keluarga yang bahagia?" Kataku padanya yang di sambut oleh pelototan darinya.

Bie masih cekikikan melihat tingkah kami berdua. Biarkan saja karena dia sudah menuduh ku yang tidak-tidak maka aku akan melakukan hal yang akan membuatnya pergi meninggalkan kami. Lebih bagus lagi kalau dia sudah punya pacar, maka akan ku buat mereka bertengkar. Seketika ide jahat muncul begitu saja di kepalaku.

"Hmm... Sudahlah, ayo kita berangkat sekarang." Ajak Christ, lalu dia mulai berjalan.

Bie masih senyum-senyum sendiri saat kami sudah berada di samping mobilnya. Aku tidak mungkin duduk di depan dengan pakaian seperti ini, enak sekali dia bisa memandangi putih mulusnya pahaku. Kalau aku duduk, bagian bawah dress ini pasti akan terangkat sedikit karena style bawahnya seperti rok span. Maka aku mengulurkan tanganku pada pintu belakang mobil ini.

"Kau tidak bermaksud untuk duduk di belakang kan, Emily?" Christ bersuara sambil mencekal pergelangan tangan ku.

"Tentu saja, kali ini giliran Bie yang akan duduk di depan." Kataku, masih dengan tangan Christ di pergelangan ku dan tanganku masih menggantung ke arah pintu belakang.

"Bukankah keluarga bahagia yang sesungguhnya adalah sang wanita menemani sang pria mengendarai mobil sementara sang anak duduk di kursi belakang?" Pertanyaan Christ padaku langsung membuatku malu.

Aku bisa merasakan kedua pipiku mulai memanas. Sepertinya dia benar-benar mengajakku untuk berperang. Untuk saat ini aku mengalah padanya, tapi lihat saja nanti balasan dariku. Aku mulai menarik tanganku dari tangannya. Lalu aku mulai berjalan menghentakkan kaki ku ke arah depan mobil. Aku mengitari depan mobil dan menuju ke sisi sebelah mobil ini. Aku membuka pintu depan mobil, kemudian aku menutup kuat pintu mobil ini. Biar saja dia marah kalau bisa biar rusak sekalian mobilnya. Aku meletakkan tas ku dan paper bag di atas pangkuanku. Dengan begini aku bisa menutupi pahaku.

"Kau wanita tapi sepertinya punya kekuatan seperti pria." Sindirnya padaku setelah dia duduk sambil memakai safety belt.

Aku menoleh padanya dengan tatapan jengkel. Tapi di balas olehnya dengan lirik matanya yang seolah menunjuk ke arah kursi ku. Aku melihat ke arah yang dia tunjuk. Tapi aku tidak menemukan  apa pun. Tidak mungkin kan, dia menyuruhku untuk menghidupkan mesin mobil ini. Mana aku tahu tombol mana yang harus di tekan. Beberapa hari yang lalu saat aku menaiki mobil ini dia tidak menyuruhku untuk melakukan hal itu.

"Kau tidak bermaksud agar aku mau memasangkan safety belt itu padamu, kan?" Lagi-lagi dia menyindir ku.

"Tidak, aku bisa melakukannya sendiri." Tolak ku padanya.

Mana aku ingat kalau penumpang juga harus menggunakannya. Sudah lama sekali aku tidak pernah duduk di kursi depan mobil. Dulu mendiang suamiku yang selalu memakaikannya padaku. Walau pun kami bukan dari kalangan orang kaya tapi dulu kehidupan kami sangat berkecukupan. Setidaknya kami bisa membeli sebuah mobil walaupun hanya mobil bekas , tapi kami sangat mensyukuri itu.

"Jadi rencananya kita akan kemana?" Tanyaku kepada Bie.

"Kita akan ke toko buku. Bukankah beberapa hari yang lalu kita gagal pergi kesana? Kalau tidak salah penyebabnya  karena ada seseorang 'yang tidak sengaja' menumpahkan minumannya kepadaku." Jawaban dari Christ sekalian menyindir ku.

Christ menguraikan kata tidak sengaja pada kalimatnya. Apakah dia memang memiliki hoby menyindir. Kalau ada kontes menyindir aku pastikan dia akan mendapatkan piala. Bie hanya diam sedari tadi. Aku mulai menoleh ke kursi belakang. Ternyata putriku tertidur. Pasti Bie melewatkan tidur siangnya tadi. Ditambah dengan udara AC dari mobil ini, pasti membuatnya mengantuk.

"Bie, ba..." Belum selesai aku berkata, Christ memotong perkataanku.

"Biarkan saja. Lagi pula kita belum sampai tujuan. Masih memakan waktu yang cukup lama karena kita harus melewati dua tempat yang ada lampu merahnya." Christ berucap sambil menoleh ke belakang.

Ternyata kami sedang berhenti di tengah jalan karena lampu merah. Christ sepertinya menyayangi Bie dengan tulus. Ah, apa yang aku pikirkan? Siapa juga yang akan tega membangunkan Bie kalau sudah tertidur. Karena wajah putri ku terlihat lebih cantik kalau sedang tidur. Tadi aku hanya tidak enak pada Christ karena kurasa aku merasa sungkan padanya. Aku takut saja kalau nanti Bie akan jadi menjadi bahan sindirannya. Setelah sampai aku turun dari mobil ini, lalu membangunkan Bie melalui pintu belakang yang ku buka. Bie mengucek matanya guna menghilangkan rasa kantuknya. Sedangkan Christ, aku tidak tahu dimana dia. Mungkin dia sudah masuk terlebih dahulu.

"Mom, Bie mau kesana yah." Kata putriku sambil menarik tangan ku.

"Iya, sayang." Jawab ku padanya sambil menoleh ke arah yang ia tunjuk.

Aku memperhatikan Bie berjalan menuju rak buku yang terletak di tengah ruangan ini. Sepertinya disana tempat yang menyediakan berbagai macam komik. Lebih baik aku ikut kesana.

"Ternyata kau penyuka buku komik juga. Kau terlihat seperti anak kecil." Christ menghadang jalan ku.

"Bukan urusan mu. Minggir, aku mau lewat." Ucap ku ketus.

"Biarkan Bie memilih buku-bukunya. Jangan ganggu dia." Christ berkata sambil melipat tangannya di depan dadanya.

Benar juga sih, Bie pasti akan terganggu kalau aku berada di sampingnya. Bie juga pasti akan takut memilih buku yang dia sukai karena harganya, kalau aku terus berada di sampingnya. Biarlah hari ini Bie memilih beberapa buku yang ia suka.

"Siapa bilang aku mau kesana?" Elak ku pada pria yang menyebalkan yang berada di hadapan ku ini.

"Lalu, kau mau kemana?" Tanyanya dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Aku mau kesana." Tunjuk ku ke sembarang arah.

Aku mulai berjalan melewatinya. Ku langkahkan kaki ku menuju arah rak buku yang aku tunjuk tadi. Setelah sampai, aku mulai melihat-lihat buku yang tertata rapi di rak-rak ini. 'CARA MENGATASI MOOD SEMASA KEHAMILAN' adalah judul dari buku yang aku pegang. Aku membolak-balik lembar halaman. Lalu aku melihat harganya. Merasa tidak tertarik maka aku meletakkan kembali dan mulai memilih yang lain. Ada gambar yang berbentuk otak pada sampul buku yang menarik perhatian ku. Sepertinya itu buku tentang kesehatan. Kubaca lagi judul buku yang aku ambil 'MENGASAH OTAK PADA IBU HAMIL UNTUK PERKEMBANGAN OTAK JANIN'. Aku kembali membolak-balikkan buku ini. Lagi-lagi perasaan aku meneliti harga yang tercantum pada buku ini. Setelah melihat harganya, aku letakkan kembali buku tersebut. Buku yang bersampulkan beraneka sayuran menjadi pilihan ku selanjutnya. Mungkin aku bisa menemukan resep masakan baru melalui buku itu. Aku sulit menggapainya. Buku itu terletak di atas. Maka aku mulai berjinjit untuk menggapainya. Seseorang datang dari arah belakangku, lalu dengan mudah mengambilnya dan memberikan kepadaku. Dengan mengucapkan kata terima kasih, mataku masih tertuju pada buku yang sudah berpindah di tanganku ini. Tercetak tulisan di atas sampul buku 'MAKANAN SEHAT UNTUK IBU & JANIN'. Ada apa ini? Kenapa semua buku yang terletak di sini adalah tentang kehamilan. Aku mencari keterangan dari rak buku ini. Tapi yang ku temukan malah Christ yang sudah memegang beberapa buku di tangannya. Dia berdiri tepat disampingku.

"Apakah yang itu juga ingin kau beli?" Tanyanya padaku.

*ToBeContinued*