Chereads / Wahyu Kemuliaan / Chapter 2 - BAB. 2 SUMPAH "NARENDRA SANGGRAMA"

Chapter 2 - BAB. 2 SUMPAH "NARENDRA SANGGRAMA"

Hidup di Lingkungan orang jawa dan bertanah air di Selatan Sumatera, sedari lahir hingga kuliah, makan dan minum hasil dari bumi Sumatera.

Di lahirkan dari keluarga yang notabennya suku jawa yang mendiami teritorial Sumatera, menjalani kehidupan masyarakat yang majemuk oleh karena keanekaragaman ras, suku, agama dan budaya menjadikan Narendra Sanggrama sebagai sosok pemuda yang gagah berani, gigih nan cerdas.

Dari keluarga Ayahnya Narendra Sanggrama secara silsilah yang merupakan masih keturunan bangsawan dan ulama besar di tanah jawa, begitupun ibunya yang masih memiliki Nasab dari Sang Nenek yang jelas masih keturunan raja-raja di tanah jawa.

Mewarisi kebijaksanaan dan kecerdasan dari Sang Ayah Narendra Sanggrama dapat dikatakan pemuda yang jenius dan penuh misteri sikapnya, namun demikian tak luput akan sumpah setia terhadap tanah air daerah kelahirannya.

Selain keikutsertaan rekan ayahnya dalam merawat dan membesarkan tumbuh kembang Narendra Sanggrama, tanpa disangka apa yang terucap dan terlontar dari mulutnya adalah seperti layaknya sebuah sabda yang mesti di jaga.

Narendra Sanggrama yang lahir dan terdidik secara informal di daerah Sumatera berpikir bahwa ayahnya merupakan bangsa jawa yang dapat menaklukkan negeri dan bumi sumatera sehingga terlahirlah dirinya.

Dirinya seakan merasa bahwa suatu saat akan tiba momentumnya merantau dan berbalik menaklukkan bangsa jawa yang dinilai banyak orang sesuatu yang jarang terjadi dengan kata lain sangat sukar buat di taklukkan, karena bangsa jawa terkenal akan solidaritas dan kegigihan terhadap sukunya.

Tapi apa yang dirasa dan dipikirkan oleh khalayak tidak sama dengan apa yang dipikirkan oleh Narendra Sanggrama yang malah beranggapan tidak ada yang tidak mungkin, tidak ada kata mustahil terhadap sesuatu hal yang memang ingin di capai, selagi ada niatan dan usaha yang keras pasti akan membuahkan hasil apalagi sesuatu hal tersebut belum pernah di coba sebagaimana keyakinan dan tekad secara umum sebagai insan manusia.

Pada suatu waktu, Mahardhika Utama yang merupakah Tokoh Pemuda dan Adat di daerah Selatan Sumatera amatlah menyanjung dan mengagumi tentang sikap dan sifat seorang Narendra Sanggrama selain gigih, berjiwa besar, pantang menyerah, rela berkorban demi kepentingan umum, kejeniusan Narendra Sanggrama sendiri berada di tingkat atas dari Mahardhika Utama yang tidak pernah pada sebelumnya di jumpai sosok pemuda yang setara tingkatan dengan Narendra Sanggrama dalam Levelnya tersendiri, kemampuan di atas rata-rata tersebutlah yang mampu mengalihkan pandangan Mahardhika Utama.

Karena Hal tersebut pula, apalah daya Narendra Sanggrama hanya terlahir di Sumatera sebagai "PUJASUMA" yaitu Putera Jawa kelahiran Sumatera yang bukan merupakan suku asli secara darah dengan silsilah kental akan adat Sumatera.

Hal tersebut rupanya di tampik oleh Narendra Sanggrama yang sungguh sangat mencintai tanah air, tanah kelahirannya Sumatera, di satu sisi Narendra Sanggrama pernah mengakui dan bangga di hadapan ssmua anggota dan tokoh-tokoh pemuda di desanya.

Narendra Sanggrama dengan bangga mengatakan penuh semangat serta antusias yang tinggi bahwa dengan keyakinan yang dimilikinya memang benar dirinya adalah bangsa jawa, namun kiranya hal demikian dirinya terlahir dan tumbuh kembang dengan kehidupan Sumatera yang begitu kental dirasa, bahwa dirinya mengungkapkan seandainya negara ini, negara indonesia dipisah, dipecah, dan terbagi menjadi beberapa bagian dirinyalah yang akan menjadi benteng terdepan secara sukarela membela tanah air negara Sumatera.

Mengingat dan membenarkan bahwasannya setiap ucapan adalah hal yang sakral, dirinya berharap jangan pernah walau sesekalj melupakan yang namanya sejarah, tetap jaga kesatuan dan persatuan agar tetap utuh dengan budaya yang kita punya, apabila suatu ketika dirinya sudah berkeinginan untuk merantau ke negeri seberang dalam waktu yang mungkin tidak dapat di tentukan, semata-mata semua bukanlah bentuk dan upaya dari kebencian terhadap bumi Sumatera, melainkan adalah sebuah sumpah bahwa Narendra Sanggrama akan mampu dan sanggup menaklukkan negeri seberah tanah jawa sebagai satu-satunya dari pemuda Sumateta dan itu adalah "Sumpah Pemuda".

Penjajahan merupakan kata yang harus di hapuskan dalam kehidupan yang merdeka di setiap aspek kehidupan di suatu negara, tapi memelihara persatuan dan kesatuan adalah bagian dari sebuah tatanan kehidupan.

Narendra Sanggrama sangat percaya dan yakin bahwa kehidupan generasi pemuda di zamannya akan melahirkan bakat-bakat pemimpin bangsa yang kuat dalam menjalani dan menghadapi tuntutan kehidupan tentang jiwa-jiwa pemuda yang sudah seharusnya menjadi punggawa, penopang bangsa, dan harapan banyak rakyat dengan penuh semangat dan tekad dalam membangun peradaban dunia.

Mahardhika Utama sendiri sebagai senior daripada Narendra Sanggrama tidak pernah menutupi tentang sesuatu hal pengalaman yang dimiliki agar dapat dipahami oleh Narendra Sanggrama yang akan menjadi ilmu pengetahuan dan wawasan sehingga dapat di kembangkan di kemudian hari.

Selalu tampil penuh percaya diri, suara lembut dan bernada indah, gaya bicara yang pakar akan berpidato, spirit energi pemuda, bertanggung jawab, tak lupa kecerdasaan dan kebijaksanaan dengan suatu paradigma pandangan yang membangun dapat menjadikan Narendra Sanggrama berdiskusi lintas tokoh tanpa batas membuat Mahardhika Utama begitu yakin bahwa suatu saat nanti akan ada jalan perubahan dalam kehidupan Narendra Sanggrama yang jauh lebih baik dari sekedar berharap.

Memiliki saudara perempuan, jelas membuat Mahardhika Utama tidak mempunyai saudara laki-laki yang satu jalan satu pemikiran dengannya, lantas pengalamannya adalah tidak lain berbagi kepada Narendra Sanggrama yang jauh sebelumnya sudah dianggap sebagai saudara satu darah.

Pengakuan yang selalu di motivasi dengan luar biasa oleh Mahardhika Utama kepada Narendra Sanggrama adalah guna agar Narendra Sanggrama lebih beruntung darinya dalam menggapai cita-cita besar pembangun peradaban bangsa.

Mahardhika Utama bahkan Mengakui dengan penuh kesadaran bahwa pemikiran Narendra Sanggrama layaknya seorang pejabag negara yang sedang berinspirasi membangun negeri.

Narendra Sanggrama mampu menyatukan berbagai elemen lapisan masyarakat dengan beragam latar belakang yang membuat Narendra Sanggrama dianggap jauh melampaui kemampuan para terdahulu dan senior-senior diatasnya dengan pemahaman tata pengelolaan pemerintahan beserta unsur dalam penerapan di kehidupan bermasyarakat.

Bagi orang yang sangat dekat dan mengenal karakter Narendra Sanggrama, Mahardhika Utama mengibaratkan bahwa sesungguhnya sosok Narendra Sanggrama seperti halnya "Si Pahit Lidah" dengan jiwa ksatria mampu bertutur kata bijak dan satu-satunya pemuda yang menjadi Legenda bagi Desa seperti halnya Si Pahit Lidah.

Antara Narendra Sanggrama dan Mahardhika Utama kedekatan keduanya memang terjalin sangat erat dalam empat tahun saja, ssmasa Narendra Sanggrama masih duduk di bangku kuliah, banyak masyarakat uang saat keduanya berjalan seperti melihat layaknya Wisnu-Siwa dalam budaya Hindu Jawa.

Usia yang semakin bertambah, kebutuhan yang juga bertambah, keluarga yang sudah ada dan terbina membuat Mahardhika Utama tidak dapat melebarkan sayap pengalaman lebih jauh lagi akan cakrawala yang amat luas disebabkan tekanan pemenuhan kebutuhan hidup yang selalu berjalan dan harus di penuhi sebagai seorang yang sudah berkeluarga sudah menjadi tanggung jawab utama.

Sebagai penggedak roda penjamin kesejahteraan sosial di desa di bawah naungan langsunv kementerian sosial republik indonesia adalah kiranya yang bisa dikembangkan oleh Mahardhika Utama sebagai Pekerja Institusi juga agar dirinya dapat tetap berkontribusi bagi kepentingan desa.

Mahardhika Utama hanya mampu berdo'a dan berharap setelah kedepan Narendra Sanggrama sudah harus lebih mandiri dalam bersikap juga harus mampu menjadi Tonggak Pembangunan di Ibu Kota sehingga sudah barang tentu hal tersebut nantinya dapat berdampak baik bagi desanya agar dapat dikemudian hari ikut serta terbangun sebagai desa teladan.

Perpisahannya dengan Narendra Sanggrama sudah menjadi suratan dan garis takdir yang harus di lewati, Mahardhika Utama berpesan " Tidak mungkin ada hal yang lebih indah apabila, Adinda yang selalu menjadi pimpinan pemuda harus pula mencapai puncak prestasi yang luar biasa dari batas kemampuan pada umumnya". dikarenakan pemuda adalah generasi penerus bangsa sedangkan setiap generasi penerus bangsa sudah jelas harus lebih baik hasilnya, harus senantiasa belajar dari sejarah, baru seandainya dapat lebih berkembang dan maju daripada pemimpin-pemimpin terdahulu maupun yang ada saat ini.