Chereads / Monolog Seorang Psikopat / Chapter 16 - 34 hari sebelum HUT sekolah. Kamis, 18 Oktober.

Chapter 16 - 34 hari sebelum HUT sekolah. Kamis, 18 Oktober.

Kakak kelas perempuan yang tengkar dengan Silvia Anggraini dan teman-temannya atau kelompoknya tidak datang lagi ke rapat Majelis Perwakilan Siswa. Entah kenapa dari situ, tersebar rumor bahwa anggota Majelis Perwakilan Siswa tidak perlu ikut rapat. Itu jelas tidak masuk akal karena persiapan HUT sekolah harus selesai dalam satu bulan ini. Masalahnya, ada daya tarik tertentu dari rumor ini. Itulah kenapa orang-orang mendengarkannya.

Di pihak ekstrakurikuler, mereka menanyakan anggota ekstrakurikulernya yang menjadi anggota Majelis Perwakilan Siswa: "kenapa ikut rapat kalau tidak diwajibkan?" Kemudian mereka menyuruh anggotanya untuk kembali aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Ditambah lagi, mulai muncul rasa bersalah di beberapa anggota Majelis Perwakilan Siswa. Ada yang merasa bersalah telah meninggalkan teman-teman lainnya di ekstrakurikuler, dan ada yang merasa bersalah tidak membantu teman-teman sekelasnya yang mengerjakan persiapan untuk lomba. Memang, anggota Majelis Perwakilan Siswa sudah diberi izin oleh sekolah, tapi rasa bersalah itu tetap tidak bisa dihilangkan.

Bagi yang hanya memedulikan diri sendiri, mereka ingin bersembunyi di kelasnya masing-masing, karena mood di Majelis Perwakilan Siswa menjadi tidak enak, dan tugas mereka menjadi semakin sibuk ketika beberapa anggota mulai tidak hadir lagi.

Dan yang selama ini telah bekerja keras, mereka merasa jengkel dan marah. Mereka berpikir, kenapa aku harus bekerja kalau orang lain tidak bekerja?

Padahal, awalnya kebanyakan anggota Majelis Perwakilan Siswa merasa senang tidak perlu mengikuti ekstrakurikuler. Sekarang, semua anggota Majelis Perwakilan Siswa mulai berubah pikiran.

Mulai banyak anggota izin membolos untuk mengikuti ekstrakurikuler. Ada anggota-anggota lainnya yang izin ingin membantu kelasnya. Bahkan, ada anggota yang tanpa basa-basi tidak hadir rapat lagi; mengikuti langkah kakak kelas perempuan tersebut.

Di mana pihak sekolah berdiri, merekalah yang meminta bantuan murid. Mereka tidak bisa bersikap keras terhadap mereka. Tidak ada hierarki yang jelas dalam situasi ini.

Seandainya Majelis Perwakilan Siswa dibentuk atas dasar keinginan diri sendiri dan kepercayaan, perpecahan seperti sekarang akan sulit terjadi. Sayangnya, Majelis Perwakilan Siswa dibentuk atas dasar tanggung jawab. Dan menurut sejarah, tanggung jawab manusia tidak bisa diandalkan.

Ditambahkan faktor itu semua, Majelis Perwakilan Siswa telah kehilangan 3/4 anggotanya dan seluruh motivasi.