Takdir hadir di mana saja
bahkan saat kau bersembunyi
di balik mimpi yang paling sepi
takdir tetap dituliskan dalam kelembutan air dan panasnya api
Jaka Umbara mengayun akar gantung sekuat tenaganya. Tubuh pemuda itu meluncur ke sungai di bawah dengan kecepatan tinggi. Tangannya terulur untuk menyambar gadis yang tahu ada orang hendak menolongnya, juga langsung menggapaikan lengannya.
Wuusss!!
Sebuah guncangan dari arus yang berputar membuat segala perhitungan Jaka Umbara meleset sepersekian centi. Melihat sambarannya tidak mengenai sasaran dan tahu bahwa kesempatan tidak bisa terulang, pemuda itu melepaskan pegangan pada akar dan menceburkan diri ke sungai yang bergolak.
Jaka Umbara mengerahkan tenaga berenang menuju gadis yang sekarang memandangnya dengan wajah tak percaya. Pemuda yang berniat menolongnya ini sungguh-sungguh punya tekad yang kuat!
Kekuatan alam memang seringkali salah diperhitungkan oleh manusia. Secepat dan sekuat apapun Jaka Umbara berusaha mencapai kayu tempat gadis itu, tetap saja tubuhnya terhempas oleh arus berputar dan terbawa hingga ke tengah sungai. Menjauh dari gadis itu yang terseret ke tikungan berikutnya oleh arus yang semakin menggila.
Jaka Umbara berusaha setenang mungkin menghadapi situasi yang sangat berbahaya bagi keselamatan dirinya itu. Dia tahu tidak mungkin melawan karena tenaganya pasti akan terkuras habis. Pemuda itu hanya berusaha untuk terus timbul di permukaan agar bisa terus bernafas. Tubuhnya meluncur dengan kecepatan tinggi terbawa air bah.
Suara gemuruh dahsyat tidak jauh di depan membuat Jaka Umbara memutar otak. Dia tidak mungkin lagi punya kesempatan ke pinggir sungai namun dia harus tetap berjuang agar bisa menyelamatkan gadis yang sekarang menjerit ketakutan melihat air terjun menganga di hadapan. Siap menelan tubuh kecil mereka berdua dalam sekali lahap. Jaka Umbara memusatkan konsentrasinya sambil terus berusaha mendekati posisi si gadis.
Wuiiiingggggg! Wuiiinggg! Byuuuurrr!!
Dua tubuh melayang bebas di udara sebelum akhirnya terjatuh dengan kecepatan tinggi ke lubuk di bawah air terjun. Sesaat sebelum terjatuh, Jaka Umbara sengaja menyelam dan menjejakkan kakinya ke bebatuan sehingga tubuhnya melayang ke arah jatuhnya tubuh si gadis yang lagi-lagi menjerit nyaring ketakutan. Jaka Umbara sempat menangkap pinggang si gadis sehingga mereka jatuh bersama-sama di lubuk.
Jaka Umbara merasakan tubuhnya kesakitan ketika punggungnya menghantam permukaan air. Pemuda ini sengaja meletakkan posisi tubuhnya di bawah tubuh si gadis yang dipeluknya erat. Meskipun kesakitan, pemuda ini berusaha keras berenang ke pinggir sambil membawa si gadis yang sepertinya setengah pingsan.
Dengan susah payah, Jaka Umbara berhasil ke pinggir sambil membawa tubuh si gadis. Pemuda ini terlentang dengan nafas terengah-engah sementara si gadis tergolek lemah di sampingnya. Perjuangan mempertahankan hidup yang luar biasa. Jaka Umbara belum mau menggerakkan tubuhnya karena punggungnya sakit sekali. Dia ingin tidur karena kelelahan teramat sangat yang mendera tubuhnya. Pemuda itu memejamkan mata.
Di lain pihak, si gadis membuka matanya perlahan-lahan. Mengumpulkan semua kesadaran sebelum akhirnya bangkit duduk sambil menghirup nafas dalam-dalam. Kejadian tadi sangat mengerikan!
Sebelum terseret arus banjir, sebetulnya dia sudah diingatkan oleh ibunya di pondok tempatnya tinggal selama berlatih di hutan ini, agar jangan pergi terlalu ke tengah apabila sedang berlatih di sungai dangkal yang sangat indah saking jernihnya. Dia tertarik melihat dasar sungai yang kelihatan jelas. Ikan-ikan dan bebatuan menggoda mata untuk melihat dengan lebih seksama. Lagipula dia sedang berlatih topo banyu. Mana mungkin berada di pinggir untuk melakukan ritual sihir sesulit itu.
Saat dirinya sedang tenggelam dalam topo banyu dengan duduk bersila di tengah sungai yang dangkal hingga terendam semua tubuhnya sampai leher, gadis itu mendengar suara gemuruh dari kejauhan. Dasar anak gadis yang sama sekali tidak punya pengalaman, dikiranya gemuruh itu adalah suara guruh di kejauhan. Karena itu dia terus melanjutkan tahapan-tahapan dari topo banyu dengan tenang.
Topo banyu adalah salah satu cara terbaik untuk menyempurnakan ilmu sihir tingkat tinggi bernama Banyu Panglimunan yang diajarkan oleh ibunya. Dia harus menjalankan samadi selama beberapa lama di pagi hari saat matahari baru terbit hingga naik sepenggalah. Ilmu sihir Banyu Panglimunan merupakan sihir langka yang bisa membuat seseorang hilang dari pandangan mata orang lain. Ilmu yang hanya dimiliki oleh datuk ilmu sihir Nyai Genduk Roban yang kemudian diwariskan kepada cucunya.
Belum juga selesai tahapan terakhir dari ritual topo banyu, suara gemuruh itu seperti ledakan petir memasuki pendengarannya. Buru-buru gadis yang bernama Sekar Wangi itu bergegas hendak berlari ke pinggir. Namun terlambat! Dalam sekejap saja tubuhnya terbawa arus air bah yang dahsyat. Untunglah latihan yang selama ini diajarkan oleh ayahnya membuat Sekar Wangi sigap bertindak. Dengan cepat diraihnya kayu gelondongan berukuran besar yang hanyut di sampingnya sebagai tempat tumpangan.
Dia mahir berenang karena sedari kecil memang diajarkan oleh ayahnya yang tinggal di istana kerajaan. Tapi sehebat-hebatnya keahlian berenang yang dimilikinya, berada di tengah air bah dahsyat seperti ini, dia hanyalah daun kering yang terombang-ambing di samudera yang sedang mengganas.
Karena itulah Sekar Wangi hanya berusaha bertahan hidup dengan terus berusaha keras menempel pada kayu gelondongan besar itu. Harapannya mudah-mudahan kayu ini terseret arus ke pinggir dan dia bisa melompat meloloskan diri.
Tapi air bah ini memang luar biasa dahsyat. Bukannya ke pinggir, kayu itu malah berputar-putar seperti gasing dipermainkan arus air yang menggila. Tidak ada jalan lain selain memeluk erat-erat kayu dengan berpegangan kuat-kuat ke dahan yang terdapat di kayu tersebut.
Entah berapa lama Sekar Wangi dihanyutkan air bah itu karena makin lama kesadarannya makin berkurang. Dia hanya sempat melihat seorang pemuda berdiri di tebing pinggiran sungai, berteriak kepadanya yang entah apa dan kemudian melihatnya berlari kencang sepanjang pinggir sungai.
Sekar Wangi melihat pemuda itu berayun pada akar Beringin untuk menyambar tubuhnya, namun gagal dan akhirnya terjatuh. Setengah kesadaran Sekar Wangi lenyap ketika menyadari ada air terjun besar yang siap menghancurkan tubuhnya di depan.
Lalu dirasakannya rengkuhan kuat lengan pemuda itu di pinggangnya saat melayang dari ketinggian air terjun dan mereka terjatuh bersama di permukaan air yang menggelora. Tubuh Sekar Wangi sudah sangat lemas karena terseret air bah sedemikian jauh dari hulu sungai tempatnya berlatih hingga berakhir di air terjun yang berada jauh di hilir. Karena itu dia hanya pasrah saja saat merasakan pemuda itu dengan susah payah membawanya ke pinggir.
Sekar Wangi memperhatikan pemuda penyelamatnya yang sedang tertidur. Aneh! Dalam keadaan seperti ini kok bisa ya dia tidur?
Pemuda penyelamatnya ini tinggi, kurus dan tampan. Sekar Wangi tersipu dengan pikirannya sendiri. Dia tidak selelah tadi. Sebaiknya mencari makanan apa saja yang bisa dimakan sebelum pemuda itu terbangun. Setidaknya itulah balas budi yang bisa dilakukannya saat ini.
Sebelum kakinya beranjak, Sekar Wangi melihat pemuda itu bergerak lemah sambil membuka matanya.
"Kau sudah siuman adik yang baik. Syukurlah. Aku lelah sekali hingga ketiduran." Jaka Umbara berkata lirih sambil berusaha bangkit berdiri. Pemuda itu langsung jatuh kembali dengan suara keras. Dia tidak mampu berdiri.
Sekar Wangi mendatangi dengan cemas. Tatap matanya bertanya kenapa kepada Jaka Umbara yang meringis kesakitan.
"Sepertinya punggungku patah atau retak." Jaka Umbara menjawab lirih.
-*