Yesi masih setia jalan ama gue, sambil menaiki anak tangga lantai dua dia masih setia ngikutin. Gue nggak tahu sih, tujuan jelasnya,tapi sepanjang perjalanan dia selalu ngajak gue bicara.
"Kok gue baru tahu, kalo lo sekarang terkenal di sekolah ini"sindir Yesi
"Maksud lo apa,sayang?" Gue memiringkan kepala heran, sejak kapan gue terkenal ?"kata Yesa kebingungan
"Ah, gue ngangguk-nganggukin kepala." Emang,sih, gue terkenal di kalangan orang-orang yang pernah masuk ruang BK." Gue nyengir lebar,seolah itu prestasi yang membanggakan
"Dulu,gue waktu di SMP rajanya terlambat. Gue sering bangun kesiangan dan mama hampir setiap hari ngomelin gue. Karena pada dasarnya gue emang bandel, gue abaikan nasehat mama dan anggap angin lalu aja. Hal itu juga yang bikin gue berurusan sama Pak Harry saat ini. Sekarang, boro-boro bangun kesiangan, yang ada malah bangun kepagian terus. Sampai tiba di depan kelas."Awas,minggir-minggir,cogan mau lewat" kata Ivan
"Ivan membelah kerumunan yang ada di depan pintu kelas dan langsung narik gue masuk kelas
Teman-teman cewek di kelas gue mencibirkan bibirnya,kesal dengan tingkah Ivan yang menurut mereka sangat mengganggu
Tiba-tiba Uli masuk kelas dengan tergopoh-gopoh, otomatis semua perhatian teralih pada dia.
"Napa lo,Uli?"tanya Ryan yang menatap Uli
Heran, kelas terasa hening seolah menunggu jawaban dari Uli
Setelah menarik napas beberapa kali, akhirnya Uli berbicara,"hari ini kelas free class!"
Mendengar kata free class semua anak-anak kelas 1 A, sorak bahagia langsung menggema. Bahkan Ivan dan Ryan saking senangnya sampe mukul-mukul meja.
Ucapan yang Uli sampai kan tadi seolah kabar dari surga buat kelas 1 A
"Eh,gimana kita nyanyi aja?gue ada bawa gitar,"ajak Gama. Dia itu anggota band di Mahardika Internasional School, jadi jangan kaget kalo tiap hari ngeliat dia bawa gitar
"Setuju,tuh", timpal Nadia sambil mengangkat tangan,di susul teman-teman gue yang lain
Sekarang kelas kami di sulap jadi konser dadakan. Yang main gitar cuma Gama, tapi yang nyanyi satu kelas udah kaya koor paduan suara yang mau ikut lomba nyanyi. Pokoknya semua jenis suara ada disini dari yang bagus, cempreng sampe yang sumbang banget komplit semua campur aduk jadi satu. Kami nggak peduli yang penting seru-seruan.
Tiba-tiba suara speaker dari sudut-sudut ruang kelas berbunyi, di mohon kepada seluruh kelas 1 A untuk turun ke lapangan.sekarang!!"
Nggak bisa di bayangin gimana marahnya Pak Zaki, kepala sekolah yang memiliki mulut sepedes cabe jalapeno itu hobi mengomel jika anak muridnya buat masalah.
Kami saling pandang, kemudian ngakak bareng-bareng. Udah gue bilang,kelas 1 A itu kompak banget.kompak dalam ngerusuh membuat kebisingan dan kompak juga di hukumnya.
Terdengar suara di speaker berbunyi lagi,"saya hitung sampai lima, kalau kalian tidak ada yang turun,maka saya suruh Pak Harry yang akan menjemput di kelas!"
Mendengar nama Pak Harry di sebut,kami semua gelagapan. Bahkan saling lomba berdesak-desakan di depan pintu untuk keluar
Temen-temen gue semua pada lari, tinggal gue yang berjalan santai,di samping gue ada Uli, Ryan dan Ivan
"Kira-kira kita di kasih upah berapa,ya? "Kan kita habis konser,"tanya Uli. Gue, Ryan dan Ivan nggak ada niatan untuk ngejawab pertanyaan unfaedah itu
Dilapangan udah berdiri Pak Zaki ama Pak Harry dengan wajah yang sama sekali nggak bersahabat. Terlihat Pak Harry menatap tajam ke gue, setelah itu Pak Zaki ninggalin lapangan
Mata tajam Pak Harry memindai kami satu persatu,"Kalian itu bukan anak TK lagi. Jadi,jangan berbuat ulah!"Pak Harry mengambil napas lalu menghembuskannya."Kalian sadar kalau kelakuan kalian mengganggu kelas lain yang sedang belajar? Apa kalian tidak malu atau urat malu kalian sudah putus karena berteriak-teriak tidak jelas?!"
Seketika Hening. Nggak ada yang berani ngejawab. Kalau urusannya sama Pak Harry, nyali yang Segede gunung aja bakal ciut. Suara Pak Harry menggema dan itu alasan yang membuat kami semua gemetaran di tempat
"Kenapa nggak ada yang jawab saya, apa kalian semua bisu?!" Suara Pak Harry meninggi dan semua kami terpaku,seolah kompak kehilangan suara. Gue cuma menunduk sambil mengepal tangan.Entalah...rasanya kami memang pantas di marahi Pak Harry.
"Lari keliling lapangan lima puluh putaran.Sekarang!" Pak Harry kehabisan stok kesabaran.
Wajahnya memerah, urat-urat di pelipisnya sampe timbul, mungkin akibat terlalu banyak teriak
Kami sekelas syok mendengarnya,tapi tidak berani membantah dan kamipun berlari. Hukuman kami di mulai bertepatan dengan bel istirahat berbunyi, sekarang kami satu kelas jadi tontonan gratis
Emang dasar kelas gue aja yang langka. Bukannya malu diliatin anak dari kelas lain,kami malah ketawa-ketawa nggak jelas sontak mengundang sorakan dari segala penjuru,ada yang jejeritan nggak jelas mendapatkan lambaian kami berempat
Dua puluh putaran masih bisa gue tahan,tiga puluh lima putaran badan gue udah banjir keringat, akhirnya gue nyerah, pandangan gue memutih dan gue tumbang nggak dasarkan diri.
Hal yang paling nggak gue sukai di dunia ini yang namanya pingsan, lihat aja hasil dari hukuman Pak Harry tadi,badan gue sakit semua. Sehabis pulang sekolah sampai sekarang, kepala gue nggak berhenti muter-muter udah kaya ada bintang-bintang di atas jidat gue. Kepala gue pusing banget, terus kaki gue yang paling sakit.
Hari ini gue nggak masuk sekolah karena insiden lari keliling lapangan,kasur bergerak tanda seseorang mendudukinya. Gue ngebuka mata dan ngeliat Yesi tepat di depan mata, ada juga Uli,Ryan dan Ivan semua teman-teman gue datang menengok gue yang cuma bisa berbaring lemas di tempat tidur
Yesi mijitin kepala gue "makan, ya biar Yesi ambilkan"kata Yesi. Gue menggeleng lemah "Nggak enak,pahit."Gue mengangkat kepala sedikit, lalu mendaratkan di pangkuan Yesi. Gue peluk pinggangnya erat
Terdengar derap langkah dari luar kamar, yang gue yakini itu adalah Mama. Pintu kamar dibuka. Mama sama Mama Siska muncul berbarengan.Gue lihat, raut wajah Mama panik. Dengan tergesa-gesa dia deketi gue kembali berbaring di kasur
Mama menempelkan punggung tangannya ke pelipis gue." Aduh,badan kamu kok dingin, sih,Yesa?"Mama bergerak gelisah, sedangkan Mama Siska menarik selimut dan menutupi tubuh gue keseluruhan
"Kok bisa sakit gini, Yesi?"tanya Mama Siska
Yesi menggelengkan kepalanya."tidak tahu Ma.Pagi tadi Yesa baik-baik saja."
"Nggak mungkin, kecuali -"
"Di apa,Yesi?"Mama penasaran, di tengah sibuk-sibuknya mengusap badan gue dengan kain basah yang sudah di sediakan Yesi entah sejak kapan.
Gue yang dari tadi bisu, kini membuka suara."ini gara-gara kecapean.Yesa lari keliling lapangan sampe pingsan."
Mama mencubit tangan gue pelan. Dasar anak bandel! Mama itu panik tahu nggak! Tadi,Pak Harry nelpon dan bilang kamu sakit, jantung Mama hampir jatuh ke pusar saking kagetnya. Anak satu ini hobinya bikin kaget orang tua."
Mama Siska mengusap pelan punggung Mama.Udah, Jangan berlebihan.Mending kita kasih mereka waktu buat ngurus satu sama lain.Mama dan Mama Siska keluar dari kamar gue
Nggak lama, Yesi kembali dengan nampan di tangannya."Makan perut kamu kosong sehabis muntah tadi."
"Nggak mau.masih pahit,sayang,"tolak gue sambil nutup mulut persis udah kaya anak kecil banget.
"Sedikit saja.Oke,biar Yesi suapin ya" Yesi menyodorkan satu sendok nasi lengkap dengan lauknya.Mau nggak mau gue buka mulut.
Entah kemana,rasa pahit itu hilang gitu saja
Mungkin ini efek dari di suapi oleh Yesi,bahkan satu piring nasi tandas dengan cepat.Yesi menyodorkan segelas air yang gue sambut dan gue minum secukupnya
"Maafin gue udah ngerepotin kamu sayang"ucap Yesa
"Gapapa Yesa nggak ngerepotin kok, sekarang lebih baik kamu istirahat.kata Yesi
Gue ngangguk nurutin.Perlahan gue memejamkan mata. Karena terlalu capek dan lemah, nggak butuh waktu lama gue langsung terlelap.