Belum waktu jam istirahat tiba Yesa mengajak ke tiga temannya ke kantin duduk santai dan langsung membeli air minum,aus banget,Cuk! Abis baca doa bolak-balik double folio."tenggorokan gue lebih penting"ucap Yesa. ketiga temannya sangat di percaya dalam menjaga rahasia.gue udah jadian sama Yesi, gue memulai dengan suara yang rendah supaya menambah efek dramatis.
Ryan yang sedang memainkan ponselnya pun jadi berhenti. "APA? JADIAN?"matanya langsung melotot. keluar suara toa masjid milik Ivan. Bahkan sekalipun suara speaker bluetooth kekinian jauh lebih kalah. gue bekep mulutnya dan ngelihat sekeliling. Aman,nggak ada orang, barulah gue lepasin tangan gue dari mulutnya Ivan.
Anjir! Ilernya Ivan nempel di tangan gue, dengan cepat gue usap ke atas meja, berkali-kali .
Uli mendengus melihat kelakuan gue, tapi itu tidak bertahan lama karena rasa penasarannya jauh lebih besar. "Beneran Yesa?"tanyanya sekali lagi .
Gue ngangguk ."kalau bohong,ngapain gue ngomong sama lo bertiga."
Mereka bertiga ikut ngangguk-ngangguk ."Terus-terus mereka bertanya antusias.
"Sabar woi, satu-satu!"Nih anak bertiga kalo udah penasaran,kok,jadi nyebelin banget,sih?
"Iya iya,ini gue tanya ulang.serius udah jadian sama Yesi ?"
"Nah,gini,dong. Kan enak ngejawabnya,"ucap Yesa, lalu melanjutkan,"Iya,gue udah jadian."
"Terus,gimana?"
"Gimana apanya,van?"tanya Yesa dengan sabar.
Mumpung nih anak bertiga lagi penasaran gue kerjain aja."Gue beli minum dulu hehehe...''Gue nyengir tanpa dosa .
Terdengar geprakan meja."Ih kesel gue sama lo.!" Ucap Ivan. Yesa berjalan menuju meja tempat ke tiga temannya dan memberikan botol air mineral.Di bukanya tutup botol itu dengan sekali putar dan ditegaknya sampai air tersisa setengah.
Bell masuk berbunyi
Ke empatnya berjalan ke tempat di mana Mbok Surti untuk membayar air mineral .
Uli grasak-grusuk meraba saku dan kantong celananya, kemudian menatap gue sambil nyengir.karena gue teman yang baik, jadilah gue bayarin setelah itu kami berempat jalan menuju kelas.Di koridor sangat sepi, tidak ada tanda-tanda murid yang mangkal di luar kecuali gue,Uli,Ryan dan Ivan.
Yesa membuka pembicaraan lagi,baru saja mau membuka mulut,tapi ada suara dari arah belakang menegur kami berempat,"kalian kenapa keluyuran di jam pelajaran ?"
Mampus! Orang seberang aja kenal itu suara Pak Harry.Tanpa nengok kanan,kiri,depan dan belakang lagi,kita berempat lari dan langsung ngacir masuk kelas.
"Jangan lari kalian berempat !"teriak suara horror itu.Parahnya,dia ikut mengejar.
Kami berempat nggak dengerin. Lari terus sampai jarak kami dengan Pak Harry lumayan jauh.
Kebetulan kelas kami sudah dekat. Setelah menormalkan napas, barulah kami berempat masuk ke dalam kelas. Kami meneguk air mineral yang tersisa di botol, lalu membuangnya ke tempat sampah untuk menghilangkan barang bukti.
"Assalamualaikum ,Bu?" Ucap kami berempat bersamaan .
"Waalaikumsalam .Darimana saja kalian?"
Tanya Bu Devi, dengan tatapan tajamnya . "Dari UKS, Bu. Uli sakit perut."Seolah mengerti dengan kode yang diberi Yesa, Uli pun mengangguk dan memegang perutnya.
Untung introgasi ini tidak berlangsung lama."
Ya sudah, silahkan kalian duduk .Buka buku halaman 38."
Akhirnya Yesa dan ke tiga temannya menghela napas lega, sambil berjalan menuju meja masing-masing. Setelah duduk,kami berempat bertos ria sambil ngakak tanpa suara.
Tiba-tiba, Daffa si ketua kelas mendekati meja kami. "Yesa,Uli,Ryan dan Ivan kalian berempat di panggil Pak Harry."
Gue langsung duduk tegak. Gue liat teman gue bertiga masih sibuk dengan tugasnya."Iya Daf.Makasih."
Daffa ngangguk dan langsung pergi.
Gue bangkit, langsung keluar menuju ruang BK."Van,kira-kira kita bakal diapain, ya?"
Nggak ada yang jawab,gue manggil sekali lagi.gue coba mencari jawaban ke Uli dan Ryan masih nggak ada yang nyaut, mereka bertiga ngintilin gue di belakang.
Di depan kami berempat ada pintu yang tercetak dengan jelas dengan huruf kapital semua 'RUANG BK'. Tarik napas, hembuskan. Tarik napas lagi, hembuskan,lalu gue menoleh kesamping." Udah siap kalian bertiga?"
Uli komat-kamit yang kedengaran jelas di telinga gue. Sumpah ni anak baca surat yasin? Gue pengen ngakak dengernya, tapi gue tahan karena situasi dan kondisi yang nggak tepat.
Setelah mengusap tangan ke wajahnya dan mengucapkan kata 'amin',barulah Uli menatap Yesa,Ryan,Ivan dan ngangguk mantap.
Baru aja mau ngetok pintu, eh tiba-tiba pintu udah kebuka dari dalam. Dan berdirilah malaikat maut penunggu ruangan dengan muka datarnya. "Masuk! Saya tahu kalian sejak tadi berdiri di depan pintu."
"Masuk! Perintah Pak Harry lagi pada kami berempat sambil berjalan menuju singgasananya. Kami berempat duduk dan mendapatkan tatapan tajam dari Pak Harry. Bahkan matanya kaya pisau bermata empat yang baru diasah. Ngeri Cuk!
"Kalian tadi darimana saja? Bukannya mengikuti pelajaran,malah keluyuran tidak jelas."
"Ke UKS,Pak."Sambil nyenggol kaki Ryan yang berdiri di kanan gue buat ngeiyain alasan gue.
"I-iya,Pak. Kami ke U-UKS,"jawab Yesa terbata-bata.
"Oh, ya? Saya baru tau ada UKS di kantin?"Ivan yang awalnya nyender di kursi kini duduk tegak."Setelah dari UKS,baru kami ke kantin." Gue nyengir.
"Benar,Uli,Ryan,Ivan?"tanya Pak Harry, tatapan tajamnya juga tertuju ke kami berempat.
Gue berdoa dalam hati, moga aja si Uli,Ryan dan Ivan ngangguk. Kalau nggak, bisa mampuss gue!
Ka-kami ng-nggak ke U-UKS."serentak jawab mereka bertiga.
Mampuss kali ini. Gue yang awalnya bersidekap, kini menggaruk-garuk kepala. Tatapan tajam Pak Harry ditujukan ke gue lagi,disertai dengan seringainya. "Baik,Uli,Ryan dan Ivan, saya hargai kejujuran kalian. Jadi saat ini kalian boleh keluar dari ruangan saya."
Sekarang tinggallah gue dan Pak Harry. Mendadak ruangan jadi dingin, bahkan suasananya jadi menegangkan.
"Jadi, hukuman apa yang cocok untuk murid bandel seperti kamu?"tanyanya sambil menekankan kata 'murid bandel.'
"Apa aja,sih,Pak. Yang penting jangan bikin capek . Gue kembali bersandar di kursi. Kelewat santai.
"Oke. Saya beri hukuman yang tidak membuat kamu capek. Bersihkan toilet laki-laki, lalu munguti sampah yang ada di lingkungan sekolah.
Saya tidak ada toleransi walaupun kamu itu anak direktur.
Gue buka mulut ingin protes. Eh Pak Harry motong duluan,"Kalau protes, hukuman akan ditambah. Setelah pulang sekolah, langsung kamu kerjakan. Nggak ada tapi-tapian. Sekarang, kamu boleh pergi dari ruangan saya!"
Di kelas masih pada ribut padahal jam pelajaran di mulai sejak sepuluh menit yang lalu. Gue masuk, tatapan gue langsung terarah pada meja paling depan. Giila banget,Uli tertawa ngakak bareng Ryan dan Ivan. Wah, udah bisa tertawa bertiga."Giila tuh, Pak Harry.Ngasih gue hukuman bersihin toilet sama munguti sampah,tau nggak!
"Maafin kita bertiga,ya,Yesa? Nanti kita bantuin lo,"
Gue menggelengkan kepala. Nggak pa-pa,kan gue yang ngajakin lo bertiga ke kantin? Bahkan gue juga ngajakin lo bertiga bohong."
Nggak,Yesa, pokoknya nanti kita bertiga bantuin, lo!"Uli bersikeras.
"Gue nggak pa-pa. Nggak usah, nanti hukuman gue nambah."
Akhirnya,"kalo lo butuh bantuan kita bertiga, ngomong aja ke kita.
Bel pulang sekolah berbunyi, semua murid
Terlihat bahagia sekali. Contohnya saja wajah Uli,Ryan dan Ivan, bahkan dari tadi nyengir-nyengir. Gue sebenernya bahagia juga dengar bel pulang berbunyi. Tapi, kebahagian itu pupus saat mengingat tampang Pak Harry.
Jadilah,gue sekarang di depan toilet. Ampun sedih banget hidup gue yang seharusnya gue main ke rumah Yesi.
Sebelum masuk pintu toilet, gue ngirim pesan lebih dulu untuk mama.
Yesa: [Ma, Yesa pulang telat,ya. Ada yang harus Yesa kerjakan di sekolah.]
Mama: [Oke, jangan sampai malam,ya, pulangnya.]
Yesa: [Oke,Bos.]
Lalu menyimpan ponsel ke dalam saku, dan langsung membuka pintu toilet.Gue lihat di pojok ada pel lantai dan sapu. Pokoknya,di situ lengkap alat bersih-bersih lantai. Gue ambil pel lantai, lalu mulai mengerjakan tugas dadakan ini.
Piuuh....gue menyeka keringat di pelipis. Satu jam telah berlalu, sekarang toilet sudah bersih,licin dan kinclong. Yesa menaroh pel lantai ke tempat asalnya lalu keluar dari toilet.
Sebelum mungutin sampah, gue duduk lebih dulu di bangku taman di depan kelas. Gue keluarin buku tulis dan gue jadiin kipas. Lumayan anginnya dikit ngilangin gerah.
"Oh,jadi ini kerjaan kamu? Malas-malasan !
Dih, apaan, sih nih guru killer ? Tiba-tiba muncul lalu nyindir.
"Iya, Pak, iya. Ini saya lagi mau mungutin sampah,kok."
"Saya awasi kamu. Kalau sampai tidak memungut sampah, kamu tidak akan saya suruh pulang!"ancamnya, lalu berbalik ninggalin gue.
Gue mengepalkan kedua tangan, meninju-ninju untuk melampiaskan kekesalan.
Gue mungutin sampah dari ujung halaman depan kelasnya Yesenia 3 IPA 1.
Beruntunglah sampahnya tidak terlalu banyak,jadi kerjaan gue cepat kelar.
Gue ngeliat jam di pergelangan kiri gue. Pukul lima sore. Gue lihat sekeliling lapangan, sunyi.
Dengan cepat gue ngacir ke depan gerbang sekolah. Serem banget suasananya menjelang maghrib.
Gue ngeluarin mobil dari parkiran sekolah dan bergegas pulang.