HAPPY READING..
.
.
.
Sudah seminggu berlalu akan malam panas yang terjadi di antara LhioLia (LL), kini keduanya kembali menjalankan kehidupan seperti biasanya.
"Lia, ayo makan siang." Ajak Lhio berjalan ke meja kerja Lia yang berhadapan dengan meja kerjanya.
"Ah tidak Lhio, pekerjaanku masih menumpuk." Tolaknya halus, senyumnya sangat manis dan merindukan.
Alis Lhio mengerut, kesal. Ia berjalan ke sisi belakang Lia dan menutup laptop gadis itu, sontak Lia kebingungan dan mendongak melihat rahan Lhio mengeras, pria itu mengukung penggerakannya dengan kedua tangannya di kedua sisi tubuhnya.
"Aku Bosnya, kau harus menuruti perintahku. Ayo makan siang karena ini waktunya istirahat."
Melihat keseriusan Lhio membuat Lia terkikih geli, entah sejak kapan Lhio sememaksa ini, tapi Lia gemas akan tingkah kekanak-kanakan Lhio.
Lia berdiri berhadapan dengan Lhio, menatap senang Lhio yang tampak kesal dan jengkel.
"Aku bukan bermaksud ingin sibuk bekerja, tapi aku tidak berselarah makan hari ini. Jadi, jika kau lapar, pergilah. Tidak apa-apa aku disini." Jelasnya.
Lia mau duduk kembali ke kursinya, tetapi Lhio memeluknya dari belakang, pemuda itu mengendus lehernya.
"Kalo begitu, aku mau memakanmu saja."
"A..apa?.."
Blesss
"Ngahhh! Lhioo?"
"Shhttt, aku lebih suka memakan mu yang tanpa lauk ini daripada makanan di kantin Lia, hah.. ini lebih enak."
Lhio mulai menggerakkan pinggulnya, Lia yang hanya mengenakan rok dengan mudah bungsu Fenict itu sibak dan menjebloskan kejantananya.
"Hmmm! Ahhh L-lhiohh owhh, bagaiamana ahhh jika ada nghh yang melihat?."
"Sshtt, tidak akan. Kita lakukan ini dengan cepat."
Lia membusungkan dadanya tinggi-tinggi kala Lhio mengencangkan hentakan pinggulnya di belakang sana.

Tangan Lhio juga tak tinggal diam, sedari tadi sudah memainkan payudara Lia seiring hentakan-hentakannya yang luar biasanya itu.
"Ahhh! Ahhhh! Lhioohhh! Lhio!!"
Cup
Bibir mereka saling melumat, membagi saliva yang sudah pasti merembes kemana-mana.
Keduanya dalam fase kenikmatan, hingga ditengah-tengah pencapaian pelepasan seksual mereka..
Tok.. tok.. tok..
Seseorang mengetuk pintu! Untuk sesaat kegiatan LL berhenti, Lia sudah pasti mulai panik dan saling menatap dengan Lhio.
"Ada yang mengetuk pintu, Lhio."
Berbeda dengan Lia yang panik, Lhio malah biasa-biasa saja. Bahkan sekarang mendorong tubuh depan Lia agar gadis itu membungkuk di meja dan di belakang sana dirinya melanjutkan gerakan in-out.
"Hn tidak apa-apa, aku sudah mengunci pintunya."
Kemudian Lhio membungkuk juga tubuhnya karena bibirnya mau bermain di tengkuk Lia.
"Aahhh! Ahhh! Lhioo! L-Lhioohh AHH!"
Lia terguncang hebat, kecemasan akan ketahuan serta kenikmatan yang di terimanya bercampur aduk dalam pikirannya.
Apalagi pupil emeraldnya menangkap kenop pintu terus saja di putar dari luar membuat gadis itu menggerakan pinggulnya pula agar bisa mencapai pelepasan hormon mereka dengan cepat.
"Sssthh! Lia."
"AHHH LHIO!!"
Crooott.
Ceklek...
Pintu ruang kantor Lhio terbuka, entah darimana Nian, wanita yang akan bertunangan dengan Lhio itu mendapatkan kunci cadangan Lhio, yang pasti kini alisnya mengerut dalam merasa curiga menatap LL yang sibuk bekerja.
"Hn Nian? Apa yang kau lakukan kemari?" Ujar Lhio dingin, mencoba menahan rasa denyut kejantananya yang di tendang Lia tadi.
"Ah Lhio, aku khawatir padamu karena belum makan siang, jadi aku datang kemari dan membawakan mu makanan dari kantin." Ucap manis Nian berjalan mendekat ke arah Lhio.
"Tidak perlu, aku sudah kenyang." Kata Lhio masih terkesan dingin dan melirik Lia sembari tersenyum menggoda.
Tentu Lia melotot padanya yang mana membuatnya gemas.
"T-tapi Lhio, makanannya.."
"Bawah pergi saja."
"L-lhio."
"Pergilah Nian, kau sangat berisik." Gerutunya membuat wanita itu berkaca-kaca dan benar-benar pergi seperti perintahnya.
Setelah pintu tertutup, Lhio berdiri dari kursi singgasananya mendekati gadis manisnya didepan sana.
Cup
Sesampainya di hadapan Lia, pria Fenict itu mencuri satu kecupan singkat yang penuh menawan.
"Masih marah?"
"Menurut mu?" Ketus Lia.
Lhio terkekeh, tangan besarnya bergerak mencubit gemas pipi chubby Lia yang sangat gatal ingin di hisapnya.
"Kau membuatku ingin melakukannya lagi Lia."
Plak
"Dasar Lhio, menyebalkan! Jangan temani aku bicara, aku marah pada mu." Lia merajuk, memunggungi Lhio sambil bersedekap dada.
Lhio tersenyum tipis, mendekat dan membujuk Lia, Lhio memeluk gadis itu dari belakang.
"Maaf, lain kali aku tidak akan memaksa mu lagi, Lia." Ucap bersungguh-sungguh Lhio.
Membuat gadis itu luluh dan mengangguk memaafkan.
"Tapi kau melukainya tadi, tidakkah seharusnya kau bertanggung jawab nanti?" Goda Lhio mesum dengan senyum seringai di bibir tipisnya.
"Apa?" Terkejut Lia.
"Hn, malam nanti temani aku di apartment semalam penuh, tepatnya di ranjang Lia. Aku jadi tidak sabar." Dan Lhio mencubit gemas puncuk dada Lia.
"Kyaa! MENYEBALKAN!"
Lhio terkekeh lagi untuk yang sekian kalinya hari ini, tanpa mereka ketahui jika sebenarnya Nian di luar sana masih ada sambil mengepalkan tangannya marah, dan mengintip pembicaraan mereka.