Sekumpulan manusia di pagi hari yang cerah membuat rasa penasaran semua pasang mata, membuat mereka melangkah mendekat untuk melihat nya.
Kejadian yang membuat rusuh area itu di datangi para petugas kepolisian. Sebuah tragedi crush yang menjatuhkan korban.
Berita itu menjadi pusat perhatian karena korban kecelakaan adalah seorang CEO bernama Dave Levision, selain perusahaan yang membuatnya terkenal di kalangan kaum millineal yang ingin sekali masuk ke perusahaan itu Dave juga di kenal karena kisah pribadinya. Pangeran yang kehilangan enam istri begitulah orang-orang membicarakan lelaki itu di belakangnya.
Ya enam pernikahan Dave sebelumnya benar-benar kandas tanpa terendus media tentang kesalahan dalam rumah tangganya dan ada yang membuat ia sampai berganti 6 istri.
Mata lelaki itu perlahan terbuka, langit-langit rumah sakit adalah yang pertama ia lihat.
"Dave," Suara gemetar wanita paruh baya itu terdengar sedikit gemetar ketika melihat mata putra semata wayangnya terbuka.
"Dimana aku?" Lirih pria itu yang menahan kesakitan.
Lenia tak langsung menjawab pertanyaan putranya, ia langsung memanggil Dokter untuk memeriksa Dave.
Setelah mata, lidah dan detak jantung. Kini giliran Dokter menyuruh Dave menggerakkan tangan kemudian bagian Kaki. Namun Dave terkejut ketika kakinya terasa berat sekali. "Dok, kaki saya masih kaku sekali" Jelas Dave.
Dokter memakai refleks hammer untuk mengecek refleks kaki nya. Dan sesuai degan perkiraannya bahwa pria itu tidak bisa merasakan kakinya.
"Kami sudah melakukan semua pengecekan dan tulang belakang anda cedera"
Tatapan Lucas pada Dokter itu seakan ingin menerkam nya. "Apa yang terjadi, apakah kau bilang aku lumpuh?" Dave tampak punya energi untuk marah bahkan ketika ia baru bangun beberapa saat di ranjangnya.
Bernadette seakan tidak terima dengan apa yang terjadi dengan kaki putranya. Mereka kemudian pulang ke rumah, karena Dave tidak ingin berada di rumah sakit lagi.
Satu bulan berlalu, ia tidak ingin ke Rumah sakit untuk mengecek kakinya. Kekecewaan nya membuat pria itu terus tersulut emosi. Bahkan hampir setiap hari ia memecat para pelayan nya. Bahkan ketika pelayan tidak sengaja menatap kakinya, Dave melempar semua barang di dekatnya karena merasa di hina.
Lenia melihat tingkah putranya yang sudah tidak bisa di kendalikan lagi. Bahkan ia menghentikan para pelayan kecuali satu orang kepercayaan mereka yang sudah bekerja lebih dari 20 tahun bernama Aiden.
Lenia menghampiri putranya yang sedang duduk di samping jendela besar yang penuh dengan kaca. "Apakah kamu ingin sesuatu?" Tanya ibunya itu.
"Aku bisa sendiri, jangan bersikap seperti para pelayan bodoh itu. Aku masih bisa melakukannya sendiri" Dave menjawab dengan ketus.
"Semua pelayan sudah berhenti dan tidak sanggup bekerja di sini lagi," jelas Lenia.
Dave memutar matanya kemudian menatap ibunya. "Kalau begitu cari lagi, kita bisa dengan mudah memperkerjakan orang"
"Bagaimana jika berita tersebar, kamu memecat semua orang yang melayani mu di rumah ini."
"Aku bisa sendiri kalau begitu tidak perlu pakai pelayan" ia kesal dengan tanggapan ibunya, ia mengeluarkan tempramen seolah bisa melakukan semua hal sendirian dalam kondisi seperti ini.
Lenia menarik nafas lalu menghembus kan nya. "Dave, bukan hanya kami yang harus di urus di rumah ini. Tanaman harus di siram, lantai harus di bersihkan, bahkan ada yang harus membukakan pintu dari gerbang utama sebelum masuk ke rumah kita. Apakah kamu ingin ibu sendirian yang melakukannya?"
Mendengar ucapan sang ibu Dave kemudian diam.
"Kembali lah denga istri ke enam mu, sepertinya perempuan itu masih menyukaimu,"
Dave kini menatap wajah ibunya lekat-lekat. "Apkah ibu ingin aku kembali dengan Sarag, gadis yang tidak tahu sopan santun itu?"
"Dia menangis saat akan kamu ceraikan saat itu, dia menyukaimu, "
Lucas tertawa menyeringai. "Dia menangis karena takut perusahaan Ayahnya akan hancur, bukan karena takut di ceraikan"
"Lalu bagaimana sekarang, siapa yang akan mengurus mu?" Pertanyaan itu seolah mengudara agar Dave paham posisinya sekarang.
"Walaupun ibu ingin aku di urus oleh seorang wanita, bukan berarti aku akan kembali dengan semua perempuan itu. Aku tidak akan pernah kembali dengan mereka"
"Dave,sadarlah!" Kini emosi Lenia sedikit terbakar oleh putranya.
Dave melihat mata ibunya yang berkaca-kaca. "Bagaimana aku bisa sadar ketika kaki ku saja tidak bisa di gerakkan, tidak mungkin ada wanita yang akan menerima pria lumpuh sepertiku" Dave bertambah emosi sekarang.
"Siapa yang tidak ingin menikah dengan seorang Lucas, semua gadis pasti menginginkannya. Dan ibu yakin, tidak semua gadis seperti gadis yang meninggalkan mu ke luar negeri hanya untuk sebuah audisi balet"
Ucapan ibunya membuat ia mengangkat wajahnya, bagaimana bisa ibunya menyamakan wanita lain dengan gadis yang di jaganya setengah mati. Hal itu menyakiti hatinya. "Apa yang ibu tahu tentang gadis itu, tidak ada gadis lain yang bisa menandingi nya. Tidak akan ada!" Seolah menegaskan bahwa hanya wanita itu yang mengisi hatinya selamanya.
Dave membalik kursi rodanya dan memutar roda itu denga tangan. Meninggalkan ibunya yang hanya mematung meneteskan air mata.
Keesokan harinya, Dave masih tidak terima atas ucapan sang ibu. Dia ingin membuktikan kepada ibunya bahwa tidak ada wanita seperti gadis itu di dunia ini.
Dave memasang iklan di sebuah universitas bergengsi di pusat kota, ia ingin membuktikan bahwa tidak ada gadis yang ingin menikah dengan seorang pria lumpuh. Gadis di universitas itu memiliki kepintaran yang tidak perlu di pertanyakan. Pria itu sangat yakin bahwa gadis berpendidikan tidak ingin repot mengurus lelaki lumpuh sepertinya.
Satu hari setelah memutuskan, media sosial di penuhi berita itu. Sebuah foto pengumuman di papan mading universitas menjadi tagar nomor satu di pencarian utama. "PRIA LUMPUH MENCARI ISTRI KE TUJUH" begitulah judul pengumuman itu.Tidak ada biodata atau apapun di sana, selain nomor yang bisa di hubungi dan juga tertera hadiah satu miliar jika bertahan dalam pernikahan selama satu tahun.
Hadiah yang sangat besar bagi siapapun yang melihat nya.
Semua gadis di universitas menertawakan pengumuman itu. Mereka bahkan mengatakan bahwa itu hal yang mustahil, siapa yang akan menikah dengan pria lumpuh menjadi istri ke tujuh pula.
Gadis dengan setelan jeans polos dan baju yang sederhana melangkah mendekati mading itu. Ia membaca dengan seksama, selain lowongan kerja paruh waktu dia juga membaca pengumuman mengejutkan itu. "Ah, satu miliar adalah uang yang banyak, seandainya aku bisa mendapatkan uang itu mungkin aku akan pergi dari rumah dan tinggal sendirian" Lirih Selina, gadis dengan setelan jeans polos yang hampir pudar warnanya itu.
Dia memandang lurus ke dinding bertuliskan sayembara dengan hadiah nominal sangat besar itu.