Chereads / MELT THE HEART CEO / Chapter 5 - CHAPTER 5 SENDOK PERAK

Chapter 5 - CHAPTER 5 SENDOK PERAK

Ucapan yang dilayangkan Dave pada Selina benar-benar di luar nalarnya, selain kejam pria itu juga terus merendahkan nya. Walau memang benar Dave adalah seorang pria yang di katakan lahir dengan sendok perak di mulutnya, bagi Selina sungguh keterlaluan jika dia menilai hidup orang lain dan merendahkan nya karena ia miskin.

Setelah memikirkan semua hal ini, Liona sekarang berada di ambang kebingungan. Apa yang dikatakan Dave benar-benar menghinanya. Tapi dia memikirkan banyak hal, Nyonya Lenia terlalu baik dan dia punya hutang besar pada Budi. Lagi-lagi dia kecewa pada dirinya sendiri.

Lenia memasuki kamar Selina, dia mengelus kepala gadis itu. "Selina, apakah kata-kata Dave begitu menyakitimu?" Leniabertanya dengan nada yang sangat lembut.

Gadis itu mengangguk. "Selina, Dave mendapatkan vas bunga ini beberapa tahun yang lalu, dan dia sangat menyukainya. Vas bunga yang dia beli di pasar lelang dunia dan salah satu hal yang sangat dia sukai"

Selina mengangkat wajahnya. "Nyonya aku akan bertahan meskipun Dave memperlakukanku seperti itu. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi karena aku berhutang banyak padamu, " Selina merasa semakin pasrah karena merasa bersalah.

"Selina, coba pikir ini bukan pekerjaan atau bayar hutang Budi, anggap kamu yang bertanggung jawab atas hidupmu dan jangan sampai ada yang mengacaukannya.

Mendengar itu, gadis itu sepertinya tidak mengerti. "Apa maksudmu nyonya?" Tanya Selina.

"Lakukan dengan ikhlas dan biasakan, lakukanlah agar tidak ada yang bisa memperlakukanmu seperti itu." BlNyonya Lenia melanjutkan lalu memeluk gadis itu.

Dave melihat benda di samping tempat tidurnya, vas bunga kesayangan nya itu kini sangat berubah menjadi labu Halloween warna-warni dengan pola bunga dan mata hitam. "Kenapa sayangku jadi begini," kata Dave dibalik sifatnya yang keras ia ternyata sedih karena vas bunga.

Dave tidur karena kesal sepanjang hari.

Nyonya Lenia masih di kamar Selina, dia kemudian mengatakan solusi untuk Selina. "Kau ingin Dave menyukaimu?" tanya Lenia.

Kini Selina mulai menerima takdirnya dimana ia harus rela melakukan apapun dalam keluarga. "Ya apa itu?"

"Tinggal di kamar Dave, kamu bisa tinggal di kamar yang sama jadi kalian banyak bicara."

"Di kamar yang sama, apa kau menyuruhku tidur dengannya?" Selina melebarkan matanya.

"Tidak, maksudku kau bisa tidur disana untuk menjaga Dave. Agar kalian berdua bisa lebih sering berbicara, kuharap dia akan lebih terbuka padamu"

Selina belum menjawab, menurutnya ini agak tabu untuknya mengingat belum menikah. Dia tidak mengikuti budaya semacam itu. "Apakah dia juga memperlakukan istri sebelumnya seperti ini?" Tanya Selina lagi.

"Ya, enam wanita sebelumnya bahkan diperlakukan sama seperti Anda" jelas Lenia.

"Tidak heran mereka semua pergi," pikir Selena.

Keesokan harinya Lenia mengirim satu-satunya pembantunya untuk pergi berlibur, tanpa sepengetahuan Dave. Kemudian memberi tahu pada putranya bahwa dia bisa di temani Seli a di untuk menjaganya.

Walau bagaimanapun Dave pasti membutuhkan sesuatu, dan membutuhkan seseorang untuk membantunya.

Dave melihat perilaku ibunya semakin tidak masuk akal, dia tidak suka area pribadinya dikunjungi orang lain. Namun, keputusan Nyonya Lenia tidak bisa diganggu gugat.

Lenia memasukkan Selina ke kamar Dave, dan dia memberi tahu putranya bahwa dia akan mengunci pintu dari luar. Selina kini benar-benar salah tingkah dengan pakaian tidur selututnya.

Ya, dia akan tidur dengan seorang pria malam ini. Perlahan, Selina melihat sekeliling ruangan yang didekorasi dengan mewah.

Padahal tadi malam dia juga masuk kamar tapi tidak memperdulikannya.

Dave dan Selina saling berpandangan. "Apakah kamu bermimpi tidur denganku?" Kata-kata itu kembali terdengar merendahkan Selina.

"Apakah kamu pikir aku seperti seorang gadis yang ingin tidur denganmu?"

"Lalu mengapa kamu ingin melakukan apa yang ibuku katakan?"

"Saya ingin bertanggung jawab atas hidup saya, termasuk kesalahan saya"

"Apakah kamu menyesal telah mengubah Vas bunga kesayangan ku menjadi labu Halloween?"

"Apakah kamu juga berpikir aku lebih rendah dari labu itu?"

"Tentu saja!" Dave pasti menjawabnya. Dia tidak benar-benar berpikir Selina sedang berbicara dengannya.

Selina benar-benar tidak mengerti bagaimana Dave tidak memandangnya seperti seorang gadis. "Aku akan tinggal di sini" bentak nya.

Dave memandangi tubuh Selina dari bawah ke atas. Itu membuat gadis itu bergidik. Namun melihat pria di depannya yang tidak bisa berjalan membuat Selina sedikit tenang.

Namun tatapan Dave seolah masih melekat di kulitnya dan membuatnya sangat stres karena biasanya ia menggunakan celana panjang untuk menyembunyikan kaki jenjang nya.

"Kalau begitu, bukankah kamu di sini untuk menjagaku?"

Selina lalu mengangguk. "Tolong bawakan saya sebuah buku cokelat dengan gambar cahaya di atasnya"

"Apakah kamu akan membaca buku pada jam ini?" Selina melihat jam sudah jam 11 malam.

"Tentu saja, tolong ambilkan" Tampak Dave menyuruh dengan nada ketus, yang memang harus di patuhi. Jika tidak pria itu akan terus berteriak.

Selina bergegas ke perpustakaan pribadi di kamar Dave, rumah mewah itu sebenarnya memiliki ruang multifungsi yang besar di setiap kamar. Selina mengambil sebuah buku dengan tulisan bahasa asing dengan lampu di atasnya, lalu memberikannya kepada Selina.

"Bukan buku ini," kata Dave, dia bahkan tidak menyentuh buku yang dibawa Selina.

Gadis itu kembali dan membawa buku lain. Lagi-lagi Dave menolak. Selina merasa ini tidak benar.

"Jadi, beri tahu aku judul buku yang kamu inginkan" teriak Selina marah karena hari sudah larut malam. Ini sudah pagi.

"Aku lupa judulnya, kenapa kamu tidak mau mencarinya?" Dave mengangkat satu alisnya ke arah gadis di depannya yang sudah hampir kebakaran jenggot karena kesal sedari tadi.

Namun hal itu menambah adrenalin Dave untuk membuatnya tidak nyaman.

Gadis itu menarik napas dalam-dalam, tetapi dia mencoba berbicara dengan lembut. "Aku akan mencarinya, Tuan Dave yang terhormat!" kata Selina, melipat satu tangan di belakang punggungnya seperti seorang putri sedang memulai sebuah tarian.

Dia kembali ke perpustakaan danmencari buku coklat itu. Tapi matanya sudah tidak kuat lagi sekarang. Selina tertidur di tumpukan buku yang hampir separuh perpustakaan berada di bawahnya, dan semuanya adalah buku cokelat.

Satu jam berlalu, hampir jam 4 pagi, Selina masih belum kembali dengan bukunya. Dave mengira gadis itu telah meninggalkan kamarnya. Jadi dia memutuskan untuk melihatnya. Langkah kaki kecil terdengar di telinga Selina, seperti seseorang yang mendekat, dia mengira itu Lenia karena tidak mungkin pria itu berjalan pada jam segini. Lagipula Dave harus memakai kursi roda.

Selina berharap dia bisa membuka matanya untuk memeriksa, tapi rasa kantuknya benar-benar tidak bisa dihilangkan.

Suara itu semakin keras dan dekat, tetapi ia tidak tahan sama sekali. Keingintahuannya bahkan tidak membangunkannya.

Sampai akhirnya ia benar-benar terlelap tanpa tahu siapa yang berjalan mendekati nya.