Udara di dalam ruangan semakin dingin, membuat gadis itu sadar karena hawa dingin menyentuh kulitnya.
Suara kecil yang terdengar di telinganya membuat gadis itu membuka mata.
Di pagi hari yang ia sadari bukan kamarnya, Selina terbangun dengan hampir setengah buku yang tergeletak di lantai tadi malam sudah diatur ulang. "Siapa yang mengurus ini," Lirih Selina. Seluruh tubuhnya sakit seperti balok kayu.
Namun dia benar-benar tidak membereskan buku di ruangan itu semalam, karena jelas-jelas rasa kantuk nya mengalahkan kesadaran.
"Hei, apa yang kamu lakukan, cepat bersihkan buku-bukuku," kata seorang pria dan ternyata itu adalah Dave.
Dia duduk di kursi roda, dia melihat pria dingin itu berulah seperti biasa dia memperlakukan nya.
"Aku sangat ingin tidur tapi kau membuatku tidur disini, "
"Jangan sampai bukuku rusak, tolong lebih hati-hati dengan barang-barangku. Apalagi buku di sana, " Dave menunjuk buku yang sudah tertata rapi kembali seperti semula.
"Apakah kamu membersihkannya?" tanya Selina Namun, pria itu menghindari pertanyaan Selina.
"Kamu sangat menyukai barang-barangmu,"Selina tampak terluka karena Dave membiarkannya tidur sepanjang malam di perpustakaan.
Ia merasa sangat tidak dihargai karena pria itu tidak peduli walau dia kelelahan sepanjang malam hanya untuk mencarikan sebuah buku untuknya.
"Apakah kamu tidak tahu betapa sulitnya membeli buku itu sebelumnya, " Dave sekarang berbicara dengan nada yang sedikit lembut namun tegas.
"Mana saya tahu, saya belum pernah membaca buku ini," jawab Selina sambil merapikan buku yang belum dikompilasi.
Bagaimana mungkin kamu tidak tahu, ini adalah buku paling legendaris pada masanya." Penjelasan Dave sangat panjang, dia menceritakan cukup detail tetapi Selena sepertinya tahu filmnya.
"Ah, apakah ini film dengan beberapa manusia kecil?"
"Ya, bukankah itu sangat menakjubkan?" Dave terlihat sangat tertarik begitu Selena mengetahui tentang film tersebut.
Reaksi Dave membuat Selina merasa sedikit aneh, pria itu tidak mirip dengannya. Dia sepertinya suka film.
Dave langsung sadar, dia langsung kembali dari sana meninggalkan Selina dan menyesal berbicara dengannya.
"Kamu manusia aneh," gumam Selina sambil merapikan semua buku yang berserakan. hanya sedikit yang belum di rapih kan, yaitu buku yang di jadikan bantalan tidur olehnya.
Gadis itu keluar dari kamar yang dibuka Lenia Ia bertemu dengan ibu Dave yang langsung tersenyum padanya, begitu melihat baju Selina yang berantakan. "Nyonya, haruskah saya tidur lagi di kamar putra Anda malam ini?" Lirih Selina.
"Apakah terjadi sesuatu di antara kalian berdua tadi malam?" tanya nya.
Mendengar itu, Selina menyadari bahwa sepertinya Nyonya Lenia tidak membersihkan buku-buku yang berserakan tadi malam, jika dia bahkan tidak tahu dirinya tidur di perpustakaan milik Dave.
"Tidak, aku sedikit lelah di sana."
"Kau bisa kembali ke kamarmu malam ini," sela Dave tiba-tiba begitu mendengar obrolah Selina dengan ibunya.
"Tidak, kalian berdua akan tinggal bersama lagi malam ini," lanjut Nyonya Lenia. Kata-katanya segera menerima tatapan tajam dari Dave. Raut ke tidak sukaannya sangat terlihat jelas.
"Maksudku, Mama ingin seseorang menjagamu sebelum pelayan kita kembali, " lanjut Nyonya Leniadan segera meninggalkan mereka.
Selina membalikkan tubuhnya untuk melihat Dave "Apakah kamu senang tidur di kamarku lagi malam ini?" Tanya Dave dengan tatapan tajam namun berusaha mendapatkan raut kekesalan Selina.
"Apakah kamu pikir aku baik-baik saja tidur di lantai?" Selina mengatakan itu dengan mata hitam di bagian bawah.
Selina membersihkan dan kembali untuk menyediakan semua kebutuhan Dave. Kali ini dia bermaksud untuk tidak berbicara dengan pria itu. Kekesalannya terlalu besar untuk pria yang sangat kejam padanya.
"Selina, ayo makan" Ajak Nyonya Lenia.
"Tidak, nanti saja Nyonya. Saya akan melakukan pekerjaan lain untuk sementara waktu," jawab gadis itu. Dia hanya menyiapkan makanan untuk sarapan Dave dan Nyonya Lenia.
Gadis itu tidak makan karena malas satu meja dengan Dave. Kemudian dia berniat untuk membersihkan toilet pria karena dia melihat banyak debu di perpustakaannya.
Begitu dia mengangkat buku, tiba-tiba Selina mendengar suara bergerak dari lemari. Dia mulai takut ketika lemari bergeser.
Entah apa yang dilihatnya, rak buku itu terus terbuka menampakan sebuah lorong gelap di belakang nya.
Selina kaget ternyata di ruangan yang sudah banyak fungsi ini ternyata masih ada ruangan lain.
"Ruangan apa ini, kenapa gelap sekali, " Lirih nya namun kakinya terus melangkah.
Tangannya menyentuh dinding, lalu ia meraih saklar lampu dan menyalakannya. Seketika ruangan itu menyala.
Gadis itu bisa melihat warna hitam mendominasi seluruh ruangan itu, ada banyak foto di sana. Beberapa foto bahkan terlihat usang. Tergantung seolah baru selesai di cuci.
Foto-foto berbingkai kecil menunjukkan seorang anak laki-laki dan perempuan memegang balon merah bersama-sama.
Dan ada seorang gadis kecil bermain balet, senyumnya yang indah membuat pesonanya terpancar.
Ada bingkai di belakang kamar, Selina mengambilnya. Wajah cantik di balik bingkai sekarang terlihat, seorang gadis dewasa tersenyum dalam gaun biru meniup lilin ulang tahun, di sebelahnya adalah seorang pria berdiri tegak menatapnya dengan senyum di wajahnya. Selina melihat lebih detail, karena wajah pria itu sangat familiar. "Bukankah ini Dave, lalu siapa gadis di sampingnya?" Lirih Selina jarinya menyentuh wajah tersenyum pria itu. "Laki-laki yang tidak punya hati sebenarnya bisa tersenyum," lanjut Selina tak percaya.
Sementara di meja makan Dave ingin membuat Selina meninggalkan rumahnya sekarang, tetapi dia tidak memiliki kekuatan untuk melawan ibunya.
Dia memutuskan dia akan membuat gadis itu tidak nyaman di sini. Dave selesai makan dan langsung mencari Selina untuk membuatnya bekerja lebih keras hari ini.
Dia tidak dapat menemukan gadis itu di mana pun, meskipun dia telah mencari ke mana-mana. Tiba-tiba dia melihat kamarnya terbuka. Dave langsung masuk. Tapi tidak melihat gadis yang di carinya di kamar.
Dave kemudian berencana untuk menutup pintu kamarnya, tetapi sebuah suara membuat Dave menatap kembali ke kamar. Dia pikir dia salah dengar, tetapi sebuah suara kembali lagi, dalamruangan yang sudah lama tidak disentuhnya.
Tatapannya berubah tajam. Dave menggerakkan kursi rodanya dengan cepat ke sumber suara. Dia terkejut melihat ruangan di perpustakaannya terbuka. Dan menatap Selina yang ada di sana melihat foto-foto yang tergantung di dinding.
"Sudah kubilang, jangan melewati batasan mu Selina, " teriak Dave dengan otot leher yang kaku. Lebih marah daripada saat vas bunga pecah. Selina terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa dengan mata merah Dave yang tertuju padanya.
Emosi kemarahan benar-benar terasa sekarang, deru nafas Dave terdengar seperti baru saja dikejar seseorang. Kemarahan itu membuat Selina mengeluarkan keringat ketakutan.
"Dave, maafkan aku," Seolah Selina tak mampu menjelaskan apa yang sedang dia lakukan di ruangan nuansa hitam itu.