Selina terdiam, dia juga tak mau kehilangan kesempatan untuk Steve
Hari ini juga steven sudah mendapatkan perawatan intensif dan dipindahkan ke ruang VIP. Lenia menanggung semua biaya operasi dan rawat inap.
Mereka juga menyewa seseorang untuk menjaga steve sementara Liona pergi bersamanya ke rumah mewah kedua milik keluarga Dave. Dave bahkan tidak tahu bahwa gadis itu akan tinggal di sana. Tapi dia sering kehilangan ibunya, dan melihatnya memasuki rumah kedua.
Di hari pertama Selina belajar berjalan, tubuhnya yang ramping memudahkannya untuk memakai sepatu hak tinggi. Meski baru pertama kali, kegigihan Liona bisa dengan cepat mengambil pelajaran itu.
Lenia memesan banyak sekali pakaian langsung dari desainer, dan mereka bahkan datang untuk membawanya pulang.
Selain itu, ia juga membawakan make up profesional untuk memoles wajah Selina Rambut lurus gadis itu kini dibuat lebih bergelombang.
Satu minggu dihabiskan gadis itu untuk belajar layaknya gadis sejati, setelah 21 tahun ia habiskan hanya dengan mengenakan jeans dan kaos.
Lenia melihat Dave duduk di kursi rodanya, di samping jendela besar di perpustakaan pribadinya. "Dave ada yang ingin bertemu denganmu,"
Dave menutup buku yang sedang dibacanya, lalu menoleh ke ibunya. Langkah seorang gadis ke ruang perpustakaan.Pria itu melihat dari kaki ke atas, gadis dalam gaun merah cerah dan rambut cokelat bergelombang. Mata hijaunya menambah kecantikannya.
Selina berjalan dengan anggun dan meletakkan tangannya di antara pinggangnya. Sejujurnya, ini sepertinya dia hanya menggunakan semua hal yang sekarang mempercantik tubuhnya.
Mata terkejut Dave pada pandangan nya terhadap Selina membuatnya terdiam saat lidahnya mati rasa. "Kenapa kamu terlihat seperti itu, aku tidak cantik?" kata Selina dengan serius.
Dave menjawab sesuai apa yang di lihatnya, baginya Selina kali ini tidak terlalu buruk. Tapi dia tidak ingin membuat gadis itu merasa berada di atas angin dan memilih untuk tetap diam.
"Selina, ayo duduk dan makan bersama," kata Ibu Dave.
"Ma, apakah kita akan makan di meja yang sama lagi?" Dave bertanya dia merasa tidak nyaman.
"Tentu saja, dan Selina akan bergabung karena dia adalah calon anggota baru keluarga kita Dave," jelas Mrs Lenia pada putranya.
Dave mengusap wajahnya, kenapa ibunya terlihat gegabah mengatakan hal seperti itu.
Tanpa persetujuan Dave, Liona akhirnya tinggal di rumah utama. Dia diberi kamar mewah di lantai satu. Sungguh ini adalah sambutan yang sangat mewah bagi seorang gadis yang baru saja masuk ke dalam keluarganya, bahkan belum dinyatakan.
Pikiran Selina kembali tertuju pada Steven dia masih khawatir meskipun Steven dirawat oleh seseorang yang disewa oleh keluarga Dave di rumah sakit.
Keesokan harinya Selina bertekad untuk membuat pria kursi roda itu meleleh dengannya, jadi dia memutuskan untuk membantu semua kebutuhan Dave.
Pria itu seperti biasa sedang membaca buku di samping jendela besar rumahnya yang mewah. Selina berjalan ke arah Dave, dan mengenakan gaun selutut dengan rambut sedikit bergelombang.
"Apakah Anda mau teh?" tanya Selina.
Dave menatap gadis itu. Dia kemudian melirik ke meja di sampingnya. Dan Selina segera mengerti bahwa ada secangkir teh di sana.
"Ah, rupanya kamu sedang minum teh. Apakah kamu mau susu?"
"Apakah menurutmu aku harus minum teh kemudian susu secara bersamaan?" Dave memelototi Selina.
Selina ingin mencakar Dave saat mendengar nada menyebalkannya.
Selina tidak keluar dari kamar Dave, dia terus berada di sana meskipun lelaki tidak menyukainya.
Selina tidak ada lagi yang bisa dilakukan karena kesal, dia membersihkan kamar. Dan sekarang menyeka pot yang indah.
"Hei," sapa pria itu. Sebuah panggilan membuat Selina kaget dan memecahkan pot yang dipegangnya.
Mata pria yang baru saja berbicara dengannya sekarang menatap tajam. Warna kulit putihnya kini terlihat merah. "Selinaaaaaaa apa yang kamu lakukan?" Suara Dave sedikit mencicit sekarang.
Selina mendengar pria itu menyebut namanya untuk pertama kalinya. Tapi darahnya tampak gemetar menandakan bahwa ini tidak baik-baik saja.
Pot tanpa bunga itu sekarang hancur berkeping-keping di lantai dengan serpihan yang tidak beraturan.
"Ah, Tuan Dave maafkan aku," suara Selina bergetar seperti tubuhnya.
"Sudah kubilang jangan ganggu aku, apa kau sadar kehadiranmu di sini tidak terlalu dibutuhkan?" Selina memegangi kepalanya.
"Aku akan mengganti pot bunga yang sama seperti ini, tolong jangan marah seperti itu"
Mendengar perkataan Selina malah menyulut emosi Dave. "Apakah kamu punya uang untuk mengganti ini? Apakah kamu punya banyak uang?" Pertanyaan Dave lebih seperti penghinaan.
"Berapa harganya?" Selina memaksakan diri untuk bertanya tentang harga barang yang baru saja dipatahkan, padahal dia tahu pasti sangat mahal mengingat Dave sangat marah padanya.
"1 miliar dan hanya ada satu di dunia. Lalu di mana kamu akan mendapatkan hal yang sama, ketika satu-satunya hal di dunia ini rusak seperti itu" teriak Dave di akhir kalimatnya.
Mendengar 1 miliar membuat tubuh Selina menyusut ke lantai. Dia sepertinya mendengar kebohongan yang tidak dapat diterima, tetapi tubuhnya bereaksi berlebihan.
Swlina benar-benar ketakutan sekarang. Teriakan itu membuat nyonya Lenia datang. "Ada apa Dave, Selina?" Tatapan Nyonya Lenia tertuju pada benda keramik tak beraturan itu. Kemudian menatap dua manusia di depannya secara bergantian.
"Ya ampun, ada apa dengan vas nya," Nyonya Lenia juga tampak sangat terkejut.
Vas bunga yang sangat mahal adalah barang favorit Dave dari beberapa tahun tahun yang lalu, yang dia beli di lelang dunia.
"Nyonya Lenia, saya tidak sengaja memecahkannya karena saya terkejut," kata Selina bergetar.
Wanita paruh baya itu juga bingung ketika melihat reaksi marah putranya ini. "Dave mama akan mencarikanmu vas seperti ini lagi di pelelangan tahun ini"
"Tahukah kamu bagaimana aku menjaga barang ini, dia bukan hanya Vas biasa, " Dave terlihat masih sangat marah.
Dave memutar kursi rodanya dan meninggalkan ruang bacanya. Dia benar-benar marah ketika dia memunggungi Selina dan ibunya.
Lenia melihat pot yang pecah dan kemudian ke Selina. "Selina, kamu baik-baik saja?"
Selina kini menangis, tak menyangka Ny. Lenia lebih dulu menanyakan kondisinya dibandingkan Vas bunga Satu miliaran itu. "Nyonya, aku minta maaf. Aku benar-benar tidak bermaksud, aku akan melakukan apa saja untuk membuat Dave tidak marah. Aku akan mempertaruhkan segalanya,"
Mendengar itu, Ny. Lenia tahu bahwa Selina pasti akan mempertaruhkan segalanya demi kebaikan seseorang. Ini yang dia suka dari gadis itu.
"Selina aku akan menemui Dave, kamu pergi ke kamarmu dan tenanglah."
Setelah itu Lenia melihat Nyonya Lenia pergi, dia mengumpulkan semua pecahan pot.Kemudian ia membawanya ke kamarnya. "Apa yang akan saya lakukan sekarang, hutang saya bahkan belum lunas dan sekarang saya telah membuat hutang 4 kali lebih banyak. Apakah saya ditakdirkan untuk melunasi hutang saya seumur hidup di rumah ini," Lirih Dave sambil menggosok matanya dalam kebingungan.
Sepanjang malam Selina tidak tidur dan menyusun kembali pecahan pot sedikit demi sedikit. Namun ada beberapa yang tidak bisa ditempel karena terlalu kecil dan hancur. Kali ini tidak kehabisan ide, Selina mengambil kancing dari bantal di kamarnya, dia menempelkannya di sana untuk menutup lubang.
Selina mengetuk pintu Dave. Pria itu mengira bahwa ibu atau pelayannya yang datang. Kemudian Dave menyuruhnya masuk.
Selina memegang Vas dengan hati-hati, ditutupi oleh kain putih polos.
Mengetahui gadis itu masuk ke kamarnya membuat Dave mendidih lagi. "Kenapa kamu masuk ke sini?" Dave berteriak lagi.
"Kau menyuruhku masuk" jawab Selina polos.
Gadis itu membuka benda yang dibawanya. Dave langsung mengernyit. "Apa ini?" Tanya Dave.
"Vas mu, aku sudah memasangnya kembali." jawab Selina.
Benda yang dia pecahkan sekarang lebih mirip labu Halloween, bukan vas bunga lagi. Dave menatap wajah Selina dan benda itu secara bergantian, dan menyadari betapa bodohnya gadis itu.
Dave berteriak lagi membuat Nyonya Lenia bangun dan masuk ke dalam. Dia melihat Dave memarahi Selina sepanjang jalan. Gadis itu meletakkan Vas bunga milik Dave di meja samping tempat tidurnya, dan berlari keluar dari sana.
Nyonya Lenia melihat pertarungan mereka terlalu intens dan dia khawatir Dave akan lepas kendali.
Pria itu marah luar biasa, rasa kesalnya terhadap Selina seolah membludak.