Chereads / Terjerat Pesona CEO / Chapter 2 - Menikahi Perempuan Lain

Chapter 2 - Menikahi Perempuan Lain

"Aku telah meniduri seorang perempuan."

Gerakan tangan Dirgantara yang berencana untuk meraih remot TV yang tergeletak di atas meja terhenti di udara. Begitu juga Arabel yang tadinya sibuk membaca majalah mingguan, kini melotot tidak percaya dengan ucapan Arjuna.

"Kamu jangan becanda, Juna." Arabel tertawa, menyangka kalau ucapan Arjuna hanyalah lelucon saja. Dia meletakkan majalah yang ada di tangannya ke atas meja.

Arjuna memijat pelipisnya yang berdenyut, lalu menatap sepasang suami istri itu dengan frustasi. "Aku tidak becanda. Sekarang perempuan itu memintaku untuk bertanggung jawab."

Keheningan terjadi untuk beberapa saat. Dirgantara menatap wajah Arjuna untuk mencari kebohongan dari anak itu. Namun, tatapan frustasi itu membuat Dirgantara memejamkan mata dengan bibir mengerut.

Setelah beberapa menit, Dirgantara membuka matanya. "Bagaimana bisa? Apa kamu sengaja melakukan ini supaya perjodohanmu dengan Agretha dibatalkan?"

Arjuna menggeleng pelan. "Tidak."

Dirinya memang ingin perjodohan itu dibatalkan, tetapi hal ini tidak termasuk dalam rencana Arjuna.

"Bagaimana ini, Pa?" Wajah Arabel cemas.

"Mau bagaimana lagi, Ma? Kita harus membatalkan perjodohan Arjuna dengan Agretha."

"Tapi, Pa. Mereka pasti marah," ucap Arabel tidak tenang.

Hubungan baik Arabel dengan Amanda sudah berlangsung sangat lama. Mereka sudah berencana menjodohkan anak masing-masing sebelum mereka menikah dan melahirkan anak. Arabel takut Amanda akan merasa dikhianati karena hal ini. Persahabatan mereka yang terjalin sejak bangku sekolah itu bisa kandas karena hal ini.

"Ini sudah konsekuensi kita, Ma. Mau tidak mau Arjuna harus bertanggung jawab atas kesalahannya," balas Dirgantara. "Papa akan hubungi mereka, dan mengatakan yang sejujurnya."

"Tidak, Pa! Aku tetap ingin Arjuna menikah dengan Agretha!"

"Keputusan Papa sudah bulat, Mama tidak bisa menentang!" tegas Dirgantara lalu berlalu dari sana.

-----

Brak!

"Kalian mempermainkan kami?!" Adam, papa dari Agretha menggeram mendengar tentang pembatalan pertunangan yang keluar dari mulut Dirgantara.

"Saya minta maaf, tidak ada maksud hati untuk mempermainkan kalian. Namun, Arjuna memang tidak menginginkan pernikahan ini, juga dia telah memiliki calonnya sendiri."

Tangis Agretha pecah, dia malu dan sakit hati mengetahui dirinya tidak jadi bersanding dengan Arjuna. Laki-laki pujaannya itu tidak menampakkan raut bersalah di wajahnya.

"Kamu tega, Bel. Kita sudah sepakat dulu, kalau kita akan menikahkan anak-anak kita nantinya!" seru Amanda sembari menatap nanar kepada sang sahabat.

Arabel hanya bisa membisu. Dia tahu akan seperti ini jadinya. Tatapannya ia alihkan kepada sang suami yang memberi kode supaya tidak berucap hal-hal yang akan membuat keluarga Agretha mengetahui alasannya.

Iya. Mereka memutuskan untuk merahasiakan alasan utama kenapa perjodohan itu dibatalkan, karena takut nama baik keluarga Dirgantara rusak. Dirgantara tidak bisa mempercayai mereka sepenuhnya, walau pun Amanda merupakan sahabat Arabel.

"Sekali lagi saya minta maaf, dan saya dengan yakin memutuskan perjodohan antara Agretha dan anak saya, Arjuna."

"Brengsek!" pekik Adam.

Adam menarik kasar kerah kemeja yang Arjuna kenakan. Napas lelaki paruh baya itu menggebu-gebu. "Berani-beraninya kamu mempermainkan anak saya! Kamu pikir hanya kamu laki-laki yang ada di dunia ini?!"

Arjuna menepis tangan Adam yang menggenggam bajunya. "Dengar Tuan, sejak awal saya sudah menolak perjodohan dengan anakmu. Jadi, kalau sekarang perjodohan ini dibatalkan, kau dan keluargamu tidak sepatutnya marah, karena hal ini sepenuhnya salah kalian yang memaksakan kehendak."

"Arjuna, aku mohon. Aku mencintaimu, kenapa kamu tidak bisa melihat sedikit saja ketulusanku?" Dengan tangisan yang terus mengalun Agretha memohon.

Arjuna bergeming, bukan salahnya karena menolak. Terlepas dari rasa sakit yang Agretha terima, Arjuna jelas sudah mewanti-wanti sejak pertama kali perjodohan itu dicetuskan.

"Ayo kita pergi, Ma."

Dirgantara menyeret Arabel yang masih mematung di tempat, dia tahu perasaan sang istri, tetapi Dirgantara juga tidak ingin memaklumi Arjuna yang bermain-main dengan perempuan.

Kepergian mereka disusul oleh Arjuna yang merasa sedikit lega bisa terbebas dalam rencana perjodohan, tetapi tidak benar-benar tenang karena dirinya akan tetap menikah meski dengan perempuan yang berbeda.

"Awas saja kalian, aku tidak akan tinggal diam atas penghinaan ini!" teriak Adam dengan emosi yang sudah tidak dapat dirinya tahan.

"Aku menginginkan Arjuna, Ma, Pa. Kenapa dia tidak mau denganku?"

Adam dan Amanda merasa sakit melihat kesedihan Agretha. Dalam hati, keduanya sama-sama bertekad untuk membalas perbuatan keluarga Dirgantara.

-----

Perempuan cantik dengan kebaya yang membalut tubuhnya menatap cermin. "Hh ... Clau, kamu bodoh! Kenapa malam itu kamu masuk ke kamar itu!"

Claudya memaki diri karena nasibnya yang sial. Dia hanya bisa berandai-andai, kalau dia membiarkan perempuan yang waktu itu tetap berada di sana, pasti dirinya tidak akan menjadi korban kebejatan Arjuna.

"Kamu sudah siap, Clau?"

Air mata Claudya sontak menetes. "Bu, aku minta maaf karena tidak bisa menjaga diri."

Aira tersenyum lebar, tidak ada raut marah di wajahnya. "Ibu tidak marah, justru Ibu senang kamu bisa menikahi laki-laki kaya raya seperti Arjuna."

"Tapi, Bu ...."

"Sudah, jangan bicarakan itu. Calon suami kamu sudah menunggu dari tadi," ucap Aira mengalihkan pembicaraan. "Ayo keluar, jangan biarkan dia menunggu terlalu lama."

Claudya mengangguk. Beberapa jam dari sekarang, dirinya akan menjadi seorang istri. Langkah kaki yang dilapisi high hills itu berpadu dengan lantai keramik. Seluruh pasang mata kini tertuju kepadanya.

Arjuna menatap Claudya dari atas hingga bawah, dia mengakui kalau perempuan itu semakin terlihat mempersona dari biasanya.

Dirgantara cukup puas melihat wajah cantik calon menantunya. "Mereka sangat serasi ya, Ma."

Arabel berdecih. "Menurut Mama, Arjuna akan lebih serasi jika bersama Agretha."

"Jangan memulai, Ma," tegur Dirgantara.

"Kenapa memangnya? Sudah jelas perempuan miskin itu memang sengaja menyerahkan tubuhnya kepada Arjuna, dan meminta pertanggung jawaban. Dia menginginkan harta kita, Pa."

"Stop, Ma. Jangan sampai perkataan Mama didengar oleh orang lain," bisik Dirgantara menyadarkan Arabel.

Saat ini tamu dari benyak kalangan datang hanya untuk melihat pernikahan Arjuna, Dirgantara takut kecerobohan Arabel malah menimbulkan masalah baru.

Arabel langsung menutup mulut dan tidak lagi berkomentar.

"Tuan Dirgantara," sapa Septian, ayah dari Claudya.

"Halo, Tuan Septian." Dirgantara membalas dengan ramah, berbeda dengan Arabel yang melirik sinis calon besannya itu.

"Terima kasih banyak, Tuan atas acara yang sangat mewah ini. Tidak pernah saya pikirkan, kalau anak saya bisa mengadakan pernikahan dengan sangat meriah."

"Dasar kampungan," desis Arabel.

Dirgantara langsung menyenggol sang istri dan memintanya untuk diam. Pandangannya kini tertuju kepada Aira dan Septian. "Tentu, Tuan. Saya juga senang karena Arjuna akhirnya mau menikah setelah sekian lama dia hanya fokus dengan pekerjaannya."

Perbincangan antara Septian dan Dirgantara terus berlanjut. Dirgantara tahu mereka adalah orang baik, jadi dia merasa senang dan berharap semoga Claudya bisa membuat Arjuna menjadi pribadi yang lebih baik.