Chereads / Terjerat Pesona CEO / Chapter 1 - Dijodohkan

Terjerat Pesona CEO

Azmya31
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 6.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Dijodohkan

"Apa maksud semua ini?!" Seorang pria berteriak lantang.

Arjuna Dirgantara, pria dengan perawakan jangkung dan kekar itu tidak dapat menahan emosi mendengar pembicaraan para orang tua yang ada di meja makan.

"Juna, yang sopan kamu!" tegur Arabel kepada sang anak.

"Jadi, karena ini Papa dan Mama memaksa aku supaya ikut dalam acara dinner dengan mereka?"

"Duduk, Juna. Biar Papa jelaskan semuanya," ucap Dirgantara tegas.

Arjuna mendesah kasar, menatap tajam semua orang yang ada di sana, terutama pada satu-satunya perempuan muda yang ada di sana. Arjuna kembali menempelkan pantatnya kepada kursi dengan sedikit kasar.

Setelah merasa emosi Arjuna sedikit mereda, barulah Dirgantara memulai penjelasannya.

"Sebenarnya, beberapa waktu yang lalu Papa ingin memberitahukan hal ini kepada kamu, tetapi tidak pernah menemukan waktu yang tepat. Kamu terlalu sibuk di kantor, sehingga Papa dan Mama harus memaksa kamu ikut dalam acara ini. Papa ingin kamu menikah dengan Agretha."

Arjuna mendesis. "Aku tidak akan mau menikahi wanita yang tidak aku kenal."

"Papa tidak peduli penolakanmu! Mau tidak mau kamu harus tetap terima," balas Dirgantara tidak ingin dibantah.

"Aku tidak mau! Jangan memaksaku!" Arjuna tidak ingin mengalah. Ini hidupnya, meski mereka adalah orang tuanya, tetapi mereka tidak berhak ikut campur pada urusan internalnya.

"Arjuna ... apa aku tidak cantik, sehingga kamu menolakku dengan kasar?"

Arjuna menatap Agretha. Sekali tatap pun dia tahu, kalau wanita itu sangat cantik. Namun, sayangnya Arjuna bukanlah pria yang mudah tertarik, apalagi masalah percintaan.

"Kamu cantik, tetapi saya tidak ingin menikah," jawab Arjuna.

"Tetapi, aku tertarik denganmu. Memang kita baru saling mengenal, tetapi tidak ada salahnya untuk mencobanya, kan?"

"Maaf, tetapi aku sedang tidak ingin berhubungan dengan wanita mana pun."

Agretha menunduk sedih karena mendapat penolakan.

"Arjuna," tegur Arabel. "Terima saja, apa susahnya? Agretha adalah perempuan yang baik."

"Tidak, Ma!"

Arjuna tetap tidak menyetujui permintaan tersebut. Untuk saat ini, dia hanya ingin fokus pada pekerjaannya di kantor.

"Tolong pertimbangkan kembali keputusan kamu, Arjuna. Anak saya tidak akan pernah mengecewakan kamu."

Amanda, wanita sepantaran Arabel memohon. Arjuna mengenal wanita itu, karena dia sering terlihat bersama Arabel.

"Arjuna, Mama dan Papa melakukan semua ini demi kebaikan kamu. Usia kamu sudah tidak bisa dibilang muda lagi, sudah sepatutnya kamu memulai membina rumah tangga," ucap Arabel yang sejujurnya menginginkan seorang cucu.

Suara desahan napas gusar keluar dari Arjuna. "Tolong hargai keputusanku, aku tidak ingin menikah untuk saat ini."

"Papa ingin kamu menikah dengan Agretha!" Suara tegas Dirgantara menyahut.

Sontak Arjuna menatap Dirgantara kesal. "Aku tidak suka dipaksa!"

"Kalau kamu tetap menolak, maka Papa akan mencabut namamu sebagai ahli waris kekayaan Dirgantara!"

Deg.

Arjuna terdiam tidak percaya ucapan Dirgantara. Hanya karena hal yang tidak penting seperti ini membuat Papanya itu tega untuk menyingkirkan anak sendiri.

"Turuti permintaan Papa, kalau kamu tidak mau ditendang dari daftar ahli waris," lanjut Dirgantara.

Brak!

Napas Arjuna menggebu-gebu, matanya semakin tajam. "Terserah, aku tidak peduli!"

Setelah berucap seperti itu, Arjuna langsung membalik badan untuk pergi dari tempat makan itu. Arjuna sangat terganggu oleh perjodohan yang diatur antara dia dan Agretha. Dia merasa sulit untuk fokus pada hal lain karena kepalanya terasa berat memikirkannya. Arjuna bergumul dengan emosi yang bertentangan, dia membutuhkan hiburan agar bisa melupakan semuanya.

Arjuna melajukan kendaraan roda empatnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Berkali-kali dia menghela napas, sampai dia tiba di salah satu tempat yang tidak asing, klub malam.

Suara musik kencang dan ruangan yang dihuni banyak orang yang sedang bersenang-senang menjadi hal pertama yang Arjuna temukan. Dia melangkah mendekati barista dan duduk di kursi yang tersedia.

"Wess ... Arjuna, seperti biasa?" tanya barista dengan name tag Fabrian yang ternyata sudah mengenal akrab Arjuna.

Arjuna hanya membalas dengan anggukan malas, lalu Fabrian menyiapkan pesanan Arjuna.

"Sudah lama kamu tidak ke sini, Bro!" Seseorang menepuk pundak Arjuna.

"Kamu juga di sini?"

"Tentu, setiap hari aku ke sini," jawabnya.

Hanya anggukan yang Arjuna berikan. Dia tidak terlalu memedulikan keberadaan Kevin, salah satu rekan kerjanya.

Kevin mendudukkan diri di samping Arjuna. "Sepertinya kamu sedang banyak masalah. Ada apa, Bro?"

Arjuna menarik napas panjang untuk ke sekian kali. Lalu meneguk vodka yang telah disiapkan oleh Fabrian. "Tidak apa-apa."

"Aku tahu kamu sedang banyak masalah. Tidak apa-apa kalau kamu tidak mau bercerita, kita bersenang-senang saja malam ini!"

Arjuna dan Kevin terus memesan minuman alkohol tanpa henti. Arjuna merasa tubuhnya melayang, kepalanya seakan berputar-putar.

"Kamu cepat sekali mabuk, Bro." Kevin tersenyum puas saat Arjuna ambruk.

Seorang wanita yang telah dia siapkan sejak tadi mendekat. "Tuan Kevin, boleh aku bersenang-senang dengannya sekarang?"

"Tentu saja, boleh. Nikmati malam indahmu cantik," ucap Kevin setelahnya berjalan menjauh dengan perasaan puas.

Wanita asing dengan pakaian ketat itu menatap Arjuna penuh minat. "Sayang, ayo bangun. Kita ke kamar, yuk? Aku akan memuaskanmu di sana."

Arjuna mengerang pelan.

"Baby, ayo kita pergi dari sini," ucap perempuan itu lagi.

"Agh! Pergi!" Arjuna menyentak tangan perempuan itu. "Pergi kamu!"

Wanita itu terkejut karena Arjuna menatapnya marah. Dia pikir Arjuna sudah sadar dari mabuknya, dia ingin pergi sebelum mendapat amukan. Namun, mengingat tugas dan bayaran yang diberikan Geral membuat dirinya nekat.

Dengan seluruh tenaga yang ada, dia menyeret tubuh Arjuna ke salah satu tempat menginap tersekat dari klub tersebut. Meski kesusahan karena berat Arjuna bertumpu padanya, tetapi dia tetap berusaha.

"Hah ... akhirnya," ucapnya lega saat melihat kamar yang dipesankan untuknya. Dia membawa Arjuna masuk ke dalam dan menidurkan di atas kasur.

"Tubuhku hampir remuk, ugh!" keluhnya.

Dia mengeluarkan pil perangsang yang dia sembunyikan sejak tadi, dan menyuapinya ke Arjuna. Tidak beberapa lama kemudian, Arjuna mulai bergerak gelisah, keringat dingin mulai menetes.

Suara pintu terdengar, sosok wanita cantik bernama Claudya itu menatap kegiatan tidak senonoh di depannya.

"Halo? Maaf, tapi kamar ini sudah dipesan, sebentar lagi pemilik kamar akan tiba" ucapnya jujur.

"Hah?" Wanita itu membeliak menatap angka kamar, dan ternyata dia memang salah masuk. sial!

"Tolong pergilah, kamar ini bukan tempat untuk bercinta." Claudya itu melirik risih pada Arjuna yang bergerak gelisah. "Tolong pergi dari sini sebelum saya memanggil petugas keamanan."

Wanita suruhan itu ketakutan dan langsung berlari dari sana.

"Hei!" pekik Claudya kesal.

Kini pandangan Claudya tertuju kepada Arjuna yang tidak berhenti menggerakkan tubuh. "Ada apa denganmu?"

Kabut napsu tampak jelas di mata Arjuna, melihat mangsa yang menggiurkan membuatnya langsung menarik Claudya hingga membentur kasur. Tangannya dengan tidak sabaran membuka pakaian yang Claudya kenakan.

Claudya ketakutan dan berusaha memberontak, tetapi obat itu sudah menguasai Arjuna sehingga dirinya tidak sadar sudah memperkosa seorang perempuan.

-----

Esok harinya Arjuna bangun dengan pusing yang mendera, dia mencoba bangun, tetapi apa yang dia lihat membuatnya membola.

"Apa yang terjadi?!"

Claudya menatap Arjuna dengan tangisan. "Kamu harus bertanggung jawab!"