Karma Dari Sang Pelakor
BAB 2 : Jalan-jalan
*******
Mira terperanjat ketika mendengar ponselnya berdering.
Dengan separuh nyawa, tangan Mira meraba-raba area kasur di sisi tubuhnya untuk mencari ponsel yang bergetar di sertai dengan dering yang membuat Mira terbangun dari tidur.
📞 [Halo!!]
Ucap Mira dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur, ketika sambungan telfon terhubung.
📞 [Hei! Kamu baru bangun?] Tanya Dion dari seberang telfon.
📞 [jam berapa ini? ]
📞 [Setengah 10, aku pikir kau sudah bersiap-siap, karna aku akan segera menjembutmu,]
Mira menjauhkan ponsel dari telinga, kemudian menatap layar ponsel dengan mata yang melotot.
📞 [Astaga! Aku kesiangan, Ok! tunggu sebentar. Aku akan segera bersiap-siap ]
📞 [Kabari aku jika kamu telah siap ]
📞 [Ok, aku akan mengabarimu,]
Mira kemudian memutuskan panggilan telfon. Lalu bergegas beranjak dari tempat tidur. Mira meraih handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya, Kemudian berlari keluar dari kamar dan berlari menuju ke kamar mandi.
Di dalam kamar mandi,
Byur!!
Dengan mandi ala bebek, Mira menyiram asal tubuhnya. Memakai sabun, membasuh dan selesai.
Mira kembali ke kamar untuk bersiap-siap. Setelah siap, Mira mencari orang tuanya untuk berpamintan.
"Isi perut dulu, jangan sampai pingsan di jalan kamu Mir," tegur ibu Mira saat melihat Putrinya yang sedang tergesa-gesa.
"Aku sudah telat Ma, nanti di bilangnya Mira ngaret lagi," Sahut Mira dengan tangan meraih sepotong roti yang ada di atas meja makan. Dan tak lupa, Mira mencium pipi Ibunya sebelum beranjak.
Kini Mira berjalan ke arah depan Rumah. setelah Mira berpamitan. Se'sampainya Mira di depan Rumah, Mira mulai mengabari Dion. Bahwa Mira sudah menunggu di depan rumah.
Sambil menunggu, Mira mulai menscroll beranda Aplikasi biru pada ponsel . Agar Mira tidak bete, dan setelah beberapa menit Mira menunggu, Sebuah mobil warna hitam telah terparkir di bahu jalan di depan rumah Mira.
Tit..Tit!!
Mira yang mendengar bunyi klakson, dengan cepat berlari menghampiri mobil hitam tersebut. Mira kemudian menaiki mobil yang kini berada di hadapannya.
"Sudah lama menunggu?"
Tanya Dion, ketika melihat Mira yang sedang mengatur posisi duduk sembari memasang sabuk pengamanan.
"Tidak juga. Terus, hari ini kita kemana?"
"Ada deh!"
Sahut Dion yang kemudian menginjak pedal gas, lalu melaju beranjak dari rumah Mira. Sekitar 30 Menit, mobil Dion berhenti di bahu jalan yang di sisi kiri dan kanan jalan, di tumbuhi dengan pohon jati yang berjejer.
"Kita sudah sampai," ucap Dion.
Mira menautkan kedua alis lalu menatap heran dengan penampakkan hutan dari dalam mobil.
"Serius? Kita ngapain di hutan seperti ini?" Tanya Mira dengan perasaan sedikit takut. Karna jujur saja, Mira tipe wanita yang selalu curiga.
"Ayo turun dulu," ajak Dion yang beranjak turun dari mobil.
Mira hanya mengikuti, dan Mira pun turun dari mobil. Mira memandangi area hutan jati tersebut,' ini sangat sunyi. Apa yang akan di lakukan Dion di tempat seperti ini?' batin Mira.
"Jangan bengong, kesembet ntar loh!"
Ucap Dion tiba-tiba. Yang kemudian menarik tangan Mira, Mira terlihat hanya mematung lalu mencoba menepis tangan Dion yang kini sedang menarik tangannya.
"kita sebenarnya mau kemana sih? Kenapa kamu mengajakku ke tempat seperti ini?" Tanya Mira dengan Raut yang penuh keraguan.
"Mira! Aku tidak akan berbuat apa-apa. Aku hanya ingin menunjuk'kan suatu tempat yang indah di balik hutan jati ini." Dion mencoba menjelaskan.
Mira masih terdiam ketika mendengar penjelasan Dion, Mira ragu. karna Mira belum begitu mengenal Dion.
"Tidak perlu ragu Mira. Ayo!"
Dion kembali menarik tangan Mira. Dan kali ini, Mira terlihat hanya pasrah dan mengikuti tarikkan tangan Dion yang membawa Mira menuju ke arah semak dan belukar.
Dion dan Mira, berjalan melewati belukar dan semak-semak. Kadang dalam hati Mira merancu, karna harus menerima gatal- gatal Ketika rerumputan yang mengenai kulitnya.
Hingga 10 menit berjalan, di antara semak dan belukar, Terselip sebuah kilauan dari bias matahari di atas permukaan air. Saat tiba di kilauan tersebut, Mata Mira sontak berbinar tak kala ia melihat hamparan laut dengan batu-batu karang yang tersusun dengan rapi, di sertai dengan beberapa ekor burung yang sedang terbangan.
"Bagaimana menurutmu?" Tanya Dion tiba-tiba.
Mira menoleh ke arah Dion," serius? Ada tempat seindah ini di balik hutan?" Dengan binar mata bahagia. Seakan Mira tidak percaya bahwa di kampung halamannya, Ada tempat seindah tempat ini.
"Masa bohong? Padahal, Kamu sendiri yang menyaksikan 'nya sendiri di hadapamu saat ini ," Ucap Dion.
Mira tanpa berpikir panjang, Mira Langsung berlari ke arah deburan ombak yang melambai se'akan-akan memanggil dirinya.
Byurr!!!
Mira menceburkan tubuh ke dalam Air yang bening, yang terlihat bah seperti air di dalam aquarium. Dion hanya menggelengkan kepala. Ketika melihat tingkah Mira yang terlihat begitu bahagia.
"Dion! Apakah kau tidak ingin mandi? Ini sangat menyegarkan loh!"
Teriak Mira di sertai lambaian tangan ke arah Dion. Yang saat ini, Dion masih tetap berdiri di bibir pantai menatap Mira.
Dion yang mendengar teriak'kan Mira, membuat ia melepaskan kaos serta celana Yang ia pakain. Kini Dion hanya memakai celana kolor. Lalu berlari menghampiri Mira lalu menceburkan tubuhnya ke dalam air bersama dengan Mira.
"Apakah kau masih ragu denganku?"
Tanya Dion. Kekita ia bertatap dengan Mira di saat berada di dalam air.
Mira menatap ke arah Dion," bagimana bisa kau menemukan tempat semacam ini?" Tanya Mira mengahlihkan pembicaraan.
"Karna aku adalah orang yang suka menyendiri, dan di saat aku menelusuri bibir pantai, aku menemukan pantai ini," jawab Dion.
Mira tersenyum, "kau hebat yah! Bisa menemukan tempat se'indah ini,"
Ucap Mira di sertai tangan yang menepuk-nepuk bahu Dion yang berada di hadapannya.
Dion menahan tangan Mira yang sedang menepuk bahunya . Lalu menatap lekat ke arah Mira dengan tatapan intens, Hal tersebut membuat Mira menjadi Canggung dan menjadi salah tingkah akibat tatapan intens yang di berikan oleh Dion kepadanya.
"Kau wanita pertama yang aku ajak kesini,"
Mendengar ucapan Dion, membuat jantung Mira berdetak lebih cepat dari semestinya. Apalagi sinar mata Dion yang kini menatap lekat ke arah Mira, Membuat Mira hanya bisa terpaku.
"He.. Dion! Apakah kau bisa melepaskan tanganmu?" Pinta Mira kikuk dan mencoba menghindari kontak mata dengan Dion.
"Aku akan melepaskannya. Tapi, kau harus menjawab pertanyaanku dulu, " ucap Dion dengan pandangan tulus dengan harapan yang tersilap ketika matanya menatap lekat.
Mira menggaruk kepala dengan satu tangan. " pertanyaan apa?"
"Apakah kau sudah mempunyai pacar?" Tanya Dion.
"Mmm... Belum punya. . . kenapa?"
"Aku menyukaimu sejak SMP, namun dirimu tidak Peka. Setelah lama tidak melihatmu, dan melihatmu kembali di acara pesta tadi malam, membuat aku kembali menyukaimu," ucap Dion dengan pandangan tulus menatap lekat ke bola mata yang kini sedang beradu.
Degh!!
Jantung Mira seakan berhenti berdetak beberapa detik, ketika ia mendengar penuturan Dion. Perasaan Mira kini berada di antara senang dan juga bingung, karna ini terlalu cepat dan mendadak bagi Mira.
"E. . . tapi Dion, bukankah ini terlalu mendadak?" Ucap Mira dengan hati-hati.
"Jika kau membutuhkan waktu, akan aku berikan. Aku tidak akan memaksanya,"
Sahut Dion yang kemudian melepaskan genggaman pada tangan Mira, kemudian beranjak dari hadapan Mira dan berenang menjauh.
Mira hanya menatap kepala lelaki itu dengan perasaan yang bingung, jika ia langsung menerima. ia belum mengenal watak Dion yang sesungguhnya. Jika menolak, Maka akan menyakiti hati Dion.
Mira kini beranjak dari air, lalu duduk di atas pasir di bibir pantai , dengan iris mata yang kini menatap Dion yang masih berenang dengan perasaan Dilema.
Tak lama, Dion terlihat berenang menuju ke tepi pantai, lalu beranjak dari air kemudian berjalan ke arah Mira.
"Hei! Jangan terlalu di pikirkan. Aku merasa bersalah jika kau menjadi diam seperti ini," ucap Dion yang kemudian duduk di samping Mira.
"Bisakah kita pulang saja? Aku sudah sangat dingin," pinta Mira memberi alasan. Agar ia bisa terlepas dari perasaan canggung.
"Baiklah, cuma. Aku mohon kepadamu. Jangan terlalu mimikirkan jawaban atas pertanyaanku tadi,"
Ucap Dion , seraya mengelus kepala Mira, lalu beranjak dari pasir yang di jadikan alas. Kemudian ia menuju ke tempat dimana ia manaruh pakaiannya.
Setelah menggunakan pakaian, Dion menghampiri Mira , Dion melempar jaket ke arah Mira.
"Pakai itu! Kau akan masuk angin jika tidak mengganti pakianmu," ucap Dion.
Mira dengan refleks menangkap jaket yang di lempar oleh Dion, dan mereka mulai berjalan menelusuri belukar untuk tiba di tempat Dion memakirkan mobilnya.
ik