Chereads / Karma Dari Sang Pelakor / Chapter 6 - 1.6

Chapter 6 - 1.6

Karma Dari Sang Pelakor 

BAB 6

******

Di Desa G tahun 2013,

Jarum jam menunujukan pukul 02.30 dini hari. Mira, yang sudah bersiap-siap. Kini Sedang menikmati nasi goreng beserta teh panas, Untuk mengisi perutnya dan sekedar menghangatkan tubuhnya. Sebelum Dion datang menjemput Mira.

Tit..Tit!! 

Klakson mobil terdengar di depan rumah Mira. Mira tahu siapa yang datang.

Ibu Mira dan Ayah Mira pun  berlari ke depan pintu rumah. 

"Mira! Nak Dion sudah ada," Teriak ayah Mira dari arah ruang tamu. 

Mira yang mendengar teriakkan Ayahnya, bergegas mengeluarkan koper dan 2 dus yang akan ia bawa. 

"Sini, biar aku saja!" 

Dion yang menghampiri Mira yang sedang menenteng bawaan'nya. Dengan sigap meraih dus yang ada Di tangan Mira, kemudian menaruh semua bawa'an Mira ke dalam bagasi mobilnya. 

"Nak Dion, titip Mira ya! bawa mobilnya pelan-pelan saja," Pinta Ayah Mira. 

"Iya Pak. " jawab Dion. 

"Mira, kuliah yang benar ya. Dan hati-hati, semoga sampai tujuan dengan selamat." 

Ucap Ayah Mira dengan pandangan Sendu menatap ke arah Mira.

"Nak, sering - sering isi perut ya. Selalu berdoa,semoga skripsi dan jalanmu di mudahkan." Timpa Ibu Mira seraya memeluk tubuh Mira. 

"Mira minta restu dan doa'nya ya. Papa. Mama." Ucap Mira yang kini memeluk kedua orang tuanya. Di sertai kecupan sayang di ke dua pipi orang tuannya. 

"Ya sudah. sana jalan," ucap ayah Mira. 

"Mira pamit ya, Mama. Papa." 

Ucap Mira mencuim punggung tangan orang tuanya, dan kemudian berjalan ke arah mobil Dion. 

"Pak. Bu. Saya jalan ya!" Ucap Dion berpamitan. 

"Iya, " jawab orang tua Mira bersamaan. 

Mira membuka pintu mobil bagian Depan, Saat pintu terbuka, Mira terkejut ketika mendapati Kirana gadis mungil itu, sedang tertidur di jok tengah dengan bantal dan Empeng di mulutnya. 

Dion yang membuka pintu kemudi mobil, menatap ke arah Mira. 

"Kenapa belum naik?" Tanya Dion. 

"Kirana ikut?" 

"Oh.. iya, tadi pas aku panasin mobil. Dia menangis ingin ikut, aku tidak tega. Jadi, aku membawanya. " 

"Oh!" 

Mira langsung menaiki mobil Dion.

Dion membunyikan klakson mobil, Sebelum ia melaju. Setelah orang tua Mira melambaikan tangan mereka, Dion kemudian melajukan mobilnya untuk menempuh 6 jam perjalanan. 

"Aku ke belakang saja ya!" 

Mira membuka pembicaraan. Karna sedari tadi, Mira memperhatikan Kirana yang sedang terlelap begitu pulas di belakang tanpa ada pengaman yang menghadang tubuh mungil balita itu. Karna Mira takut, jika Kirana akan jatuh. Kalau-kalau ada polisi tidur atau Dion yang mendadak mengijak rem.

Dion melirik ke arah Mira, " kamu begitu peduli pada Kirana?" ucap Dion yang kembali menatap lurus. 

"Bukan begitu, Itu di samping tubuhnya tidak ada penyangga . Kalau dia jatuh kan kasihan,"  sahut Mira. 

"Ya sudah, kamu kebelakang temani Kirana . Kalau masih kamu masih ngantuk, kamu tidur lagi," Ucap Dion. 

Mira mengangguk dan mencoba beranjak dari kursi depan menuju ke belakang. Kini, Perjalanan nampak sunyi. Karna Dion lebih memilih fokus untuk menyetir.

Di dalam mobil, Hanya terdengar bunyi deru mesin mobil yang melaju membelah jalanan yang pekat berkabut.

"Dion!"

Panggil Mira yang sedari tadi mencoba menahan. Namun, ia tidak bisa jika harus berlama-lama dengan situasi yang hanya saling berdiam diri.

"Iya ada apa?" Sahut Dion. 

"Apa kamu tidak sedih jika aku pergi?" 

"Sedih? Jika aku memintamu untuk tetap di sini, apakah Kamu mau?" 

"Iya juga sih, aku akan tetap berangkat juga," 

"Jangan seperti anak kecil. Toh kamu sekarang sudah mau skripsi, tidak lama lagi akan wisuda. Jadi tidak perlu takut aku menghilang," jelas Dion.

" Iya, aku hanya merasa bahwa reaksimu biasa saja. Ketika melihat aku akan pergi." Ucap Mira terdengar sendu. 

"Ya ampun! Apakah aku harus menangis dan menunjukan bahwa aku sedang sedih? Aku akan menyusulmu, jadi kamu tenang saja ya!" Sahut Dion. 

"Serius?" 

"Iya, tapi aku selesaikan urusanku dulu di sini. Setelah itu, aku akan terbang menemuimu," sahut Dion. 

Mira dengan refleks langsung memeluk tubuh Dion dari belakang . 

"He.. bahaya Mira!" Pekik Dion yang kaget ketika Mira mendekapnya dari arah belakang. 

"Maaf! Aku terlalu senang," ucap Mira, melepaskan pelukannnya. 

"Sekarang kamu tidur, kita masih harus menaiki kapal penyebrangan. Dan masih sangat jauh," titah Dion mengingatkan. 

"Baik" 

Mira pun mencoba tidur dengan tangannya yang menghadang tubuh Kirana , Agar Kirana tetap aman. 

"Papa...papa!" 

Dengan separuh nyawa, Mira mencoba membuka matanya. Ketika Kirana menangis memanggil Papanya yaitu Dion. 

"Kirana sudah bangun ya Sayang?"  

Tanya Mira dengan suara serak lalu mencoba mengangkat tubuh Kirana yang masih terbaring di atas jok.

"Sini, sama tante Saja ya. Papa Dion lagi nyetir," sambung Mira mencoba menenangkan Kirana yang sedang rewel. 

"Sabar ya Sayang, Nanti juga kita sampai kok." Ucap Dion yang masih fokus menyetir. 

"Mira, aku bisa minta tolong?" Pinta Dion. 

"Minta tolong apa?" 

"Buatkan susu untuk Kirana, Ada di dalam tas di bagasi. Ada termos, susu dan beberapa cemilan untuk Kirana," 

"Ah baik!" 

Mira manaruh Kirana di atas jok,Lalu beranjak ke arah bagasi. Untuk mengambil tas yang di maksud oleh Dion. 

Dengan patuh, Mira menyiapkan segala keperluan Kirana. Mira merasa, dia sudah menjadi seperti seorang ibu untuk Kirana. Tidak ingin berdebat, Mira mencoba menuruti perintah Dion.

"Sayang minum susu ya!" Uca Mira seraya menyodorkan botol susu ke arah mulut Kirana. 

PLAK!!

Mira terkejut, ketika botol susu yang Mira berikan Di tepis kasar oleh Kirana. Entah kenapa, hal tersebut membuat hati Mira terasa nyeri. 

"Kok di buang sih!" Ucap Mira mencoba menahan emosinya. seraya meraih botol susu yang di tepis oleh Kirana yang kini jatuh di bawah jok kursi mobil.

"Kiran! Siapa yang ngajarin kamu bandel?" Teriak Dion tiba-tiba. 

"Bunda! Mau Bunda," rengek Kirana. 

"Iya..iya.. ini mau ke tempat bunda, Jangan nangis. Kalau nangis ,papa tinggal di sini. Mau?" 

DEGH!!! 

Ucapan Dion membuat Mira semakin tidak mengerti, 'sebenarnya Kirana itu siapa? Kenapa Dion mengatakan pergi ke tempat bunda? Bukankah kakak perempuannya Dion ada di kampung?' bantin Mira yang mulai merancu. 

Mira terdiam, ia biarkan Kirana yang terus meraung meminta kehadiran bundanya. Mira kini lebih fokus mencerna apa yang barusan di katakan oleh Dion. 

"Sayang , main dulu sama tante Mira ya. Nanti papa akan beliin kamu hadiah , kalau kamu menjadi anak yang baik," ucap Dion yang sesekali melirik ke arah belakang. 

Mira yang mendengar namanya di sebut, seketika tersadar, "Oh..iya, main sama Tante saja ya." 

Mira mencoba menahan rasa penasarannya, dan mencoba menenangkan Kirana yang ada di sampingnya.

Hingga Kirana pun bisa berbaur dengan Mira, Namun sepanjang perjalanan. Kirana kadang merengek karna ingin bertemu dengan bundanya. 

Mira yang ingin bertanya, mengurungkan Niatnya. Toh ada waktu,  semua akan nampak lebih jelas. Tidak mungkin Dion akan selamanya menyembunyikan status tentang dirinya. 

Dan tanpa terasa, mobil Dion telah tiba di dermaga penyerbangan. Membutuhkan Waktu 1 jam untuk tiba di kota T, Dan setelah tiba di kota T. Dion kembali melaju 'kan mobilnya menuju ke arah bandara yang membutuhkan waktu 1 jam. 

Setibanya di Bandara, Dion menepikan mobilnya. Mira dengan cepat turun dari mobil dengan tanya yang terus berputar pada otaknya. 

Mira, kau bisa mengeluarkan barang-barangmu? Maaf , Kirana minta di gendong." Ucap Dion. 

"Iya.. tidak masalah, aku ambil troli dulu. " Ucap Mira yang berlari mengambil Troli. 

Mira kemudian menaruh semua barangnnya di atas troli yang baru saja ia ambil. Sesekali, Dion membantu mengeluarkan barang-barangnya dari bagasi mobil  dengan satu tangannya. Karna Kirana, masih berada di dalam gendongan Dion